Tak Ada Akses Darat, Siswa SD di Bone Dayung Perahu Sebrangi Sungai Demi Sekolah
Kisah inspiratif dua siswa SD di Bone, Sulawesi Selatan, yang mendayung perahu setiap hari untuk menyeberangi sungai demi menuntut ilmu.
BaperaNews - Dua siswa SD di Bone, Sulawesi Selatan, yang harus mendayung perahu untuk menyebrangi sungai demi menuntut ilmu. Cerita ini menggambarkan betapa semangat dan tekad kuat anak-anak ini dalam mengejar pendidikan, meski harus menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah.
Video viral yang memperlihatkan dua bocah SD di pinggiran Bone mendayung perahu untuk menyebrangi sungai demi berangkat ke sekolah telah menarik perhatian banyak orang. Aksi berbahaya ini dilakukan oleh kedua bocah tersebut untuk bisa sampai ke sekolah mereka yang berlokasi di Sinjai.
Mengenakan seragam merah putih yang rapi, kedua bocah SD itu tampak tak terlihat ketakutan saat mendayung perahu di atas sungai yang diperkirakan memiliki kedalaman ratusan meter. Video yang memperlihatkan aksi mereka ramai diperbincangkan setelah diunggah oleh akun Instagram @unikinfold pada Jumat (26/7).
Dalam video tersebut, terlihat dua bocah berseragam SD yang tengah terombang-ambing di atas sungai. Satu bocah berada di bagian depan perahu, sementara satu bocah lainnya duduk di bagian buritan perahu. Keduanya kompak mendayung perahu agar bisa sampai ke seberang.
Faidah, orang tua dari salah satu bocah tersebut, mengatakan bahwa kedua anaknya, Muhammad Ammar Ramadhan dan Muhammad Rifki, bersekolah di SD 139 Larea-rea, Kabupaten Sinjai.
Mereka tinggal di Borong Kalukue, Dusun Lagoppo Dua, Desa Massangkae, Kecamatan Kajuara, Bone. Untuk sampai ke sekolah, mereka harus menyeberangi Sungai Tangka setiap hari.
Baca Juga: Santri Terseret Arus Sungai hingga Tewas Saat Cuci Alat Potong Hewan
"Anakku itu Muhammad Ammar Ramadhan, dan Muhammad Rifki, dia sekolah di SD 139 Larea-rea, Kabupaten Sinjai dan baru duduk di kelas 2. Mereka ke sekolah memang naik perahu sampan kami," ujar Faidah pada Minggu (28/7).
Faidah menjelaskan bahwa anak-anaknya memilih sekolah di daerah Sinjai karena aksesnya lebih dekat dibandingkan dengan sekolah di wilayah Desa Massangkae, Bone yang terlalu jauh dan sulit diakses.
"Jauh kalau di daerah Bone sekolah, dan tidak ada jalanan karena empang semua. Kalau di Sinjai dekat, naik sampan saja, dan tidak jauh jalan kaki," katanya.
Meski harus menghadapi ombak tinggi dan angin kencang, kedua bocah ini tidak pernah takut untuk menyeberangi Sungai Tangka.
"Kalau tinggi ombak, kencang angin tetap pergi sekolah, karena itu sudah biasa. Yang penting mereka bisa belajar," tambah Faidah.
Aksi kedua bocah ini tanpa didampingi orang dewasa saat menyeberangi sungai tentunya menimbulkan banyak komentar dari warganet.
"carsautoholic: Menteri nya pusing mikirin ngubah seragam sama jurusan, padahal banyak yg lebih penting buat dibenerin & diurusin yaitu fasilitas pendidikan, akses pendidikan, biaya pendidikan, guru honorer."
"hilmiri: pasti mereka nanti jadi orang sukses, terus cerita ke anaknya, 'zaman papah dulu, sekolah harus naik sampan, makanya kamu sekolah yg bener'."
"icha_swifties: Gak kebayang sih sbrp besar tantangannya buat mereka menuntut ilmu, taruhannya nyawa, tp skrg malah yg dapat kemudahan untuk menuntut ilmu malah seenaknya aja, semangat ya kalian adek-adek."
"forkis_muslimah: Bertaruh nyawa demi meraih cita-cita di bangku SD."
Kepala Desa Massangkae, Muhammad Asri Arsyad, membenarkan bahwa beberapa warganya memang bersekolah di wilayah Sinjai karena aksesnya yang lebih dekat.
"Di Borong Kalukue itu perbatasan langsung dengan ibu kota Kabupaten Sinjai atau Kelurahan Lappa, Kecamatan Sinjai Utara. Kalau ibu kota desa ada sekitar 2 km dan melalui empang. Mereka lebih memilih sekolah ke Sinjai karena hanya menyeberang Sungai Tangka," ucapnya.
Asri juga menerangkan bahwa daerah Borong Kalukue terletak di pesisir pantai paling ujung dan terdapat sekitar 11 kartu keluarga (KK) di sana. Para siswa di daerah tersebut bersekolah di Kabupaten Sinjai, baik di tingkat SD maupun SMP.
"Warga saya sekolahnya semua di Sinjai, SD dan SMP. Ini sudah lama, karena rata-rata menyeberang saja naik perahu ke Sinjai, dan siswa rata-rata punya perahu sendiri," jelasnya.
Baca Juga: Ibu Kandung Buang Bayi ke Sungai di Sumbawa Gegara Sakit Hati