Riset: Gen Z Mau Terima Gaji Kecil Asal Kerja WFA
Generasi Z memilih kesehatan mental dan fleksibilitas dalam dunia kerja, bahkan rela mengorbankan gaji besar.
BaperaNews - Bagi Generasi Z (Gen Z) yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, bekerja bukan hanya soal gaji besar. Mereka lebih cenderung mementingkan kesehatan mental dan fleksibilitas dalam bekerja.
Sebuah riset baru yang dikeluarkan oleh Hewlett-Packard (HP), yang bertajuk "Work Relationship Index," mengungkapkan bahwa Gen Z rela menerima gaji lebih kecil asalkan mereka bisa menjaga kesehatan mental dan memiliki fleksibilitas dalam bekerja.
Penelitian ini melibatkan 15.624 responden dari 12 negara, termasuk Indonesia, dan berlangsung pada 9 Juni hingga 10 Juli 2023. Riset ini dilakukan sebagai respons terhadap perubahan cara kerja pasca-pandemi, yang kini lebih banyak mengadopsi model kerja hibrid dan Work From Anywhere (WFA).
Menurut Oliver Hill, Country Manager HP New Zealand, riset ini dilakukan karena cara kita bekerja telah berubah, terutama dengan adopsi kerja hibrid dan konsep WFA. Selain itu, riset ini juga bertujuan untuk memahami dampak hubungan pekerjaan yang tidak sehat pada kesejahteraan fisik dan mental pekerja.
Salah satu temuan utama dari riset ini adalah bahwa hanya sekitar 27 persen responden yang memiliki hubungan yang sehat dengan pekerjaannya secara umum. Mayoritas, yaitu sekitar 76 persen, yang memiliki hubungan kerja yang tidak sehat cenderung mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaan mereka saat ini.
Baca Juga : Daftar Lowongan Kerja WFH Hari Ini, Ada Staff HR Hingga Video Editor
Di Indonesia, sekitar 38 persen pekerja memiliki hubungan yang sehat dengan pekerjaan mereka. Namun, dari jumlah tersebut, sekitar 77 persen responden dari Indonesia mengaku sedang mempertimbangkan untuk mengundurkan diri atau keluar dari pekerjaan mereka saat ini.
Responden yang tidak memiliki hubungan yang sehat dengan pekerjaan cenderung kurang produktif, tidak merasa terikat dengan pekerjaan dan perusahaan, dan melakukan hal minimum.
Selain itu, riset HP juga menunjukkan bahwa hubungan pekerjaan yang tidak sehat dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental pekerja. Pekerja yang memiliki hubungan kerja yang tidak sehat cenderung:
Dampak pada Kesehatan Fisik:
- Makan lebih banyak makanan tidak sehat.
- Tidak terlalu sering berolahraga.
- Tidak bisa tidur nyenyak.
- Bertambah berat badan.
Dampak pada Kesehatan Mental atau Emosional:
- Mengalami masalah kesehatan mental.
- Masalah kesehatan mental ini juga berdampak pada aspek lain kehidupan mereka, dengan 45 persen menyatakan bahwa hubungan pribadi mereka dengan teman dan keluarga terganggu.
- Lebih dari separuh, yaitu 59 persen, merasa terlalu lelah untuk mengejar minat pribadi mereka.
- Merasa gagal dalam hidup.
- Rasa harga diri menurun.
- Merasa seakan-akan kehilangan jati diri.
- Merasa terisolasi.
Riset HP juga menemukan bahwa Gen Z rela menerima gaji yang lebih kecil asalkan mereka bisa bekerja dengan lebih fleksibel. Sebanyak 83 persen pekerja Gen Z bersedia menerima gaji lebih rendah asalkan hubungan dengan pekerjaan mereka sehat.
Fleksibilitas dalam tempat dan waktu bekerja menjadi salah satu faktor penting dalam menciptakan hubungan kerja yang sehat.
Menariknya, Gen Z adalah kelompok yang paling bersedia mengorbankan gaji untuk mendapatkan fleksibilitas. Mereka bersedia menerima gaji 16 persen lebih kecil jika diberi kesempatan untuk bekerja dari mana saja dan kapan saja (WFA).
Sementara itu, Millennial, Gen X, dan Baby Boomer bersedia menerima gaji lebih kecil masing-masing sebesar 14 persen, 11 persen, dan 9 persen untuk mendapatkan manfaat yang sama.
Baca Juga : Lowongan Kerja Part Time Oktober 2023 Hari Ini, Ada Guru Hingga Marketing