Pejabat 'KPK' Korea Selatan Ditemukan Tewas Saat Sedang Usut Kasus Tas Mewah Ibu Negara
Pejabat senior dari Komisi Anti-Korupsi Korea Selatan ditemukan tewas saat sedang menangani isu sensitif.
BaperaNews - Seorang pejabat senior dari Komisi Anti-Korupsi dan Hak-Hak Sipil Korea Selatan ditemukan tewas di sebuah apartemen di Kota Sejong pada Kamis (8/7). Pejabat yang menjabat sebagai pelaksana tugas kepala biro anti-korupsi tersebut diduga melakukan bunuh diri dan meninggalkan sebuah catatan sebelum kematiannya.
Jasadnya ditemukan sekitar pukul 09.50 waktu setempat oleh seseorang yang mengunjungi apartemen setelah pejabat tersebut tidak hadir di tempat kerja dan tidak dapat dihubungi melalui telepon.
Pejabat KPK Korea Selatan tewas ini diketahui sedang mengawasi sejumlah penyelidikan kasus-kasus sensitif secara politis, termasuk kasus penerimaan tas mewah oleh ibu negara Kim Keon Hee dan penggunaan helikopter oleh pemimpin oposisi Lee Jae-myung setelah ia diserang dengan pisau pada Januari.
Bulan lalu, pejabat tersebut juga menghadiri sidang parlemen untuk menjawab pertanyaan dari anggota parlemen terkait berbagai kasus yang sedang diusutnya.
Kematian pejabat ini langsung memicu perhatian publik, terutama terkait kasus-kasus besar yang sedang ditanganinya, salah satunya adalah dugaan penerimaan tas mewah oleh ibu negara Korea Selatan.
Tas mewah tersebut diduga menjadi salah satu barang bukti dalam kasus yang tengah diselidiki oleh biro anti-korupsi yang dipimpin oleh pejabat yang tewas tersebut.
Polisi saat ini sedang menyelidiki penyebab pasti kematiannya, meskipun dugaan bunuh diri sudah mencuat seiring dengan ditemukannya catatan yang ditinggalkan oleh almarhum.
Baca Juga: Korea Selatan Pertama Kali Impor Buah Persik ke RI
Menurut informasi dari Yonhap News Agency, pejabat KPK tersebut sempat melakukan panggilan telepon dengan seorang kenalan sebelum kematiannya, di mana ia mengeluhkan tekanan dan stres yang dirasakannya dalam menjalankan tugasnya.
Partai Demokrat (DP), sebagai partai oposisi utama di Korea Selatan, pada Jumat (9/8), menyatakan komitmennya untuk mengungkap kebenaran di balik kematian pejabat senior tersebut.
Juru bicara DP, Hwang Jung-a, menuding tekanan dari pemerintah sebagai penyebab utama kematiannya. Dalam pernyataannya di Majelis Nasional Korea Selatan, Hwang Jung-a mengatakan bahwa pejabat tersebut merasa ditekan untuk menutup beberapa kasus sensitif, yang menjadi penyebab ia mengalami stres berat.
Di sisi lain, perwakilan DP, Chung Jung-rae, dalam pertemuan dewan tertinggi partai, menyatakan bahwa kebrutalan pemerintah Yoon telah memaksa pejabat tersebut hingga akhirnya mengambil langkah ekstrem.
"Pasti sangat menyakitkan bagi seseorang yang telah bekerja lebih dari 20 tahun di biro anti-korupsi untuk menutup kasus-kasus tersebut," kata Chung Jung-rae.
Namun, Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang berkuasa menyayangkan langkah DP yang dianggap mempolitisasi insiden tragis ini.
Juru bicara PPP, Kwak Kyu-taek, menyatakan bahwa pihak oposisi seolah memanfaatkan kematian pejabat tersebut untuk menciptakan ketegangan politik, padahal belum ada fakta yang terkonfirmasi mengenai penyebab pasti kematian tersebut.
"Pihak oposisi membingkai pejabat tersebut sebagai korban tekanan pemerintah ketika belum ada fakta yang dikonfirmasi," tegas Kwak Kyu-taek.
Kematian pejabat KPK Korea Selatan ini menambah daftar panjang insiden tragis di kalangan pejabat publik yang sedang menangani kasus-kasus korupsi besar.
Banyak pihak yang kini menanti hasil penyelidikan resmi dari pihak kepolisian untuk mengetahui penyebab pasti kematian tersebut, terutama mengingat bahwa kasus-kasus yang ditanganinya melibatkan tokoh-tokoh penting, termasuk ibu negara Korea Selatan.
Baca Juga: Pria Asal Korea Selatan Pecahkan Rekor dengan Memiliki IQ Tertinggi di Dunia