Jokowi Buka Suara Soal Pergantian Pertamax Green Pengganti Pertalite
PT Pertamina merencanakan pergantian Pertalite dengan Pertamax Green 92 sebagai bagian dari upaya mengurangi pencemaran dan polusi udara.
BaperaNews - PT Pertamina mengkaji kebijakan Pertalite diganti Pertamax Green 92 sebagai bagian dari mengurangi pencemaran dan polusi udara.
Pertalite ialah jenis BBM RON 90 sedangkan Pertamax Green 92 jenis BBM RON 92 yang diklaim lebih ramah lingkungan dengan kandungan 7% bioetanol. Pergantian rencananya mulai diterapkan tahun 2024 mendatang.
Presiden Jokowi ketika ditanya pendapatnya terkait hal ini mengaku belum mengetahui sebab belum ada informasi yang disampaikan pada pihaknya.
“Belum tahu, belum dapat informasi” kata Presiden Jokowi hari Kamis (31/8).
Wacana Pertalite diganti Pertamax Green 92 sebelumnya disampaikan Dirut PT Pertamina Nicke Widyawati ketika Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI pada hari Rabu (30/8).
Menurut Nicke, pergantian BBM ini akan dilakukan mulai tahun 2024 sehingga PT Pertamina nantinya hanya akan menjual 3 jenis BBM yang ramah lingkungan yakni Pertamax Green 92, Pertamax Turbo, dan Pertamax Green 95.
Program yang disebut “Program Langit Biru Tahap 2” masih dibahas secara internal dan belum diputuskan sehingga belum disampaikan pada pejabat atau pihak lain termasuk Presiden Jokowi.
Baca Juga : Pertamina Luncurkan BBM Baru "Green 95" Pertama di Surabaya
“Kami akan keluarkan Pertamax Green 92. Itu Pertalite dicampur etanol 7%. Jadi tahun 2024 hanya ada 3 produk saja yang kita yakin bisa memberi manfaat. Program Langit Biru Tahap 2 ini sudah sesuai dengan aturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mengatur jenis BBM di Indonesia seharusnya minimal RON 91 agar bisa menurunkan emisi karbon dan menurunkan impor. Program ini baru kajian pihak internal, belum ada keputusan dari pemerintah. Hal ini akan kami urus dan bahas lebih lanjut” kata Nicke dalam rapat.
Jika kebijakan Pertalite diganti Pertamax Green 92 ini disetujui, maka akan diatur oleh pemerintah tentang segala teknis termasuk dengan besaran subsidi dan harganya.
Kebijakan ini untuk ciptakan kualitas BBM yang lebih baik sebab BBM dengan kadar oktan tinggi tidak ramah lingkungan.
“Tidak mungkin harga diserahkan ke pasar karena ada subsidi dan kompensasi di dalamnya. Kalau misalnya dengan harga yang sama tapi masyarakat mendapat BBM dengan kualitas lebih baik dengan oktan number lebih baik untuk mesin kendaraan juga lebih baik ditambah emisi bisa menurun kenapa tidak. Namun ini baru usulan dan masih jadi perdebatan” tandas Nicke.
Baca Juga : Pertamina Klarifikasi soal Hapus Pertalite Mulai 2024