Diduga Bukan Bunuh Diri, Kapolda Kaltara Tewas dengan Luka Tembak

Brigpol HS ditemukan tewas dengan luka tembak di dada kiri, namun penyelidikan menunjukkan bukan bunuh diri.

Diduga Bukan Bunuh Diri, Kapolda Kaltara Tewas dengan Luka Tembak
Diduga Bukan Bunuh Diri, Kapolda Kaltara Tewas dengan Luka Tembak. Gambar : Kaltarafajar.co.id

BaperaNews - Brigpol HS yang tewas dengan luka tembak di dada kiri dipastikan bukan karena bunuh diri. Brigpol HS ditemukan bersimbah darah di rumah dinasnya pada hari Jumat (22/9) pukul 13.10 WITA. Di samping jenazah korban terdapat pistol HS-9.

Brigpol HS ialah ajudan dari Kapolda Kaltara Irjen Daniel Aditjaya. Kematian Brigpol menyisakan duka mendalam bagi keluarganya di Kendal, Jawa Tengah. Terlebih, istri korban sedang hamil 9 bulan. Keluarga korban telah melihat jenazah usai korban diterbangkan ke Semarang untuk kepentingan otopsi.

“Sebab kematian adalah luka tembak di dada kiri yang tembus jantung dan paru sehingga membuat perdarahan hebat. Tidak ditemukan luka lain, luka itu saja. Kami libatkan bukan dari Polri saja namun juga dari sipil, mahasiswa, pegawai negeri, komplit,” jelas Kepala Humas Kepolisian Jawa Tengah, Kombes Stefanus Satake.

Kasus masih diselidiki aparat berwenang dikawal oleh tim DVI, labfor, dan di luar Polri.

Baca Juga: Anggota Brimob Asal Sulut Tewas Ditembak KKB

Keluarga Berharap Kasus Diusut Tuntas dan Transparan

Perkiraan sementara, Brigpol HS tewas karena tertembak senjata api yang sedang ia bersihkan. Terdapat luka berupa bekas tembakan di dada kiri korban. Hal ini diakui oleh Dwi Jatmiko (46), saudara korban ketika di RS Bhayangkara Semarang.

“Lukanya itu hanya satu tapi tembus sampai belakang,” kata Dwi pada Sabtu (23/9).

Istri korban memang meminta otopsi dilakukan di Semarang agar lebih dekat dengan kediaman mereka. Keluarga berharap sebab pasti kematian Brigpol SH bisa diusut dengan jujur dan transparan sampai tuntas.

“Kami harap kematian keluarga kami yang merupakan anggota Polri ajudan Kapolda Kaltara ini bisa diselidiki secara jujur dan transparan. Di satu sisi adik saya (istri korban) akan melahirkan,” imbuhnya.

Sebelum personel Polri ini ditemukan tewas, ia sempat menghubungi istrinya yang sedang hamil yakni pada pukul 10.44 WIB melalui WhatsApp. Namun, pada pukul 11.00 WIB korban tidak bisa dihubungi. Korban menanyakan kondisi kesehatan istrinya yang hendak melahirkan dan meminta sang istri makan banyak agar kuat dan sehat.

“Saat itu adik saya di rumah di Semarang. Cuma disuruh makan banyak, setelah itu lost contact,” lanjutnya.

Kemudian, pada pukul 11.15 WIB istri korban mendapat informasi bahwa korban telah meninggal dunia. Kala itu tidak dijelaskan detail apa sebab dan kronologinya.

“Tiba-tiba dapat telepon dari temannya sesama anggota Polri ajudan Kapolda Kaltara katanya kecelakaan. Kecelakaan apa maksudnya tidak tahu. Ibarat kejatuhan genting aja kan juga kecelakaan,” pungkas Dwi.

Sahabat Brigpol HS, Riski Aritonang mengungkap korban sering curhat ingin pindah dinas kerja ke Pulau Jawa agar bisa merawat orang tuanya yang telah lanjut usia, terlebih Brigpol HS ialah anak laki-laki satu-satunya di keluarga.

“Terakhir kita berkabar pada 10 September 2023 itu dia punya impian pengen bisa pindah kerja dinas di Jawa,” tandas Riski.

Kasus yang dialami HS mengingatkan publik pada kematian Brigadir J yang juga seorang ajudan pejabat kepolisian dan meninggal dengan sejumlah luka tembakan di mana pada awalnya kasus kematian Brigadir J dibuat skenario kebohongan dan pada akhirnya terbongkar.

Belum diketahui sebab pasti kematian Brigpol HS, tentu keluarga berharap kematian Brigpol HS tidak seperti apa yang terjadi pada Brigadir J.

Baca Juga: Polisi Tembak Mati Warga di Gorontalo Gegara Ngamuk dan Serang Pakai Parang