Akun Ini Rugi 99 Juta Akibat Customer Care Palsu Di Twitter

Penipuan dengan modus akun palsu customer care atau layanan konsumen perbankan di media sosial kian marak, salah satunya terdapat 1 akun di twitter yang rugi sebanyak 99 juta akibat terkena modus akun palsu.

Akun Ini Rugi 99 Juta Akibat Customer Care Palsu Di Twitter
Akun Ini Rugi 99 Juta Akibat Customer Care Palsu Di Twitter. Gambar : Twitter/Edelwis

BaperaNews - Penipuan dengan modus akun palsu customer care atau layanan konsumen perbankan di media sosial kian marak. Hal ini dikarenakan proses pembuatan akun media sosial yang cenderung mudah. Beberapa akun palsu tersebut bahkan bisa merespons keluhan pelanggan lebih cepat bila dibandingkan dengan akun asli dari bank yang bersangkutan.

Kemarin (7/3/2022) warganet diramaikan pada sosial media Twitter akibat adanya korban penipuan dari akun palsu layanan konsumen perbankan kembali, dalam sebuah threadnya dengan username @twinkletaekook berkata "temen2 aku minta bantuannya utk bantu di viralin. aku gapunya lg uang utk sewa lawyer atau tim IT segala macemnya, harapan aku spya ada org baik yg emg bisa bantu aku lacak pelakunya. kemarin aku kena penipuan&pembobolan rekening mandiri, total kerugianku mencapai kurleb 99jt????????"

Ia menceritakan bagaimana bermula penipuan itu terjadi, dalam lanjutan dari cuitan pertamanya ia berkata "jadi awalnya aku emg baru aja kena penipuan LM 10gr, dan aku sudah buat laporan via flip by email tapi tak kunjung mendapat jawaban, sehingga aku mention twitternya yang dijawab oleh ini. memang sy akui posisi saya kemarin capek banget mata saya lelah dan emg gapake kacamata lagi"
Setelah berhasil komunikasi dengan akun palsu tersebut, sang pemilik akun tersebut akhirnya pindah obrolan ke via Whatsapp, selama obrolan ia pun diminta untuk mengisi sebuah link, karena kebingungan dengan prosedur yang mengharuskan isi ini itu, ia pun mengirimkan foto kepolisian dan juga KTP nya.
Karena sudah cukup ragu dengan customer care tersebut, ia beralih untuk mencari pertolongan lain, ia mencari customer care bank Mandiri dan lagi lagi yang ia temui ternyata customer care yang palsu. Dalam cuitan threadnya ia mengaku menyesal dan bodoh karena telah tidak teliti untuk memastikan akun itu bercentang biru atau tidak.  
Dengan modus yang sama, ia pun beralih bercakap ke Whatsapp, sang admin akun palsu tersebut terus menelefon pemilik akun dan menyuruhnya mengisi link juga dan mengirim sms yang ternyata itu adalah pengalihan aplikasi livin by mandiri ke penipu tersebut. Setelah itu ternyata si penipu ini mengecohnya dengan melakukan transfer ke rekening lain.
Setelah ia menyadari tengah menjadi korban Scam, kemudian esok harinya ia melaporkan hal tersebut langsung ke pihak bank yang bersangkutan untuk  memblokir segala rekening dan kartu kreditnya. besoknya ia pun  ke polres setempat dan memberikan pelaporan dan harus melengkapi rekening korannya.
Kasus scam yang berawal dari akun customer care bank palsu sudah menjamur, untuk menghindari kemungkinan kita terjebak pada situasi tersebut, adalah dengan menyadari salah satu tanda yang paling mudah dikenali yaitu tanda centang biru. Artinya, akun tersebut merupakan akun resmi yang sudah diverifikasi oleh pihak Twitter.
Namun, nyatanya tidak banyak masyarakat yang benar-benar paham dan bisa membedakan tanda centang biru yang asli dan palsu, terutama bila dalam keadaan panik. 
Hal lain yang perlu diperhatikan yakni nama akun dari bank yang bersangkutan. Misalnya, untuk BNI akun Twitter resmi mereka memiliki nama yang sama, yakni @BNI, tanpa embel-embel angka. Sementara untuk BCA, akun Twitter yang mereka gunakan adalah @haloBCA.
Dosen mata kuliah pidana Universitas Gadjah Mada, M Fatahilla Akbar pun ikut mengkutip thread tersebut "Memang edukasi kepada para customer itu penting. Tapi kalau kita membiarkan akun2 scam seperti ini menjamur dan dibiarkan bebas, itu juga berbahaya. Kebanyakan jg ga berani lapor seperti ini karena sdh malu.. Perlu disanksi tegas nih sindikat2 aeperti ini. Dilacak dan tangkap."
Memang dalam kasus ini ada kelalaian korban yang dapat menjadi highlight dari perbincangan publik, namun perlu ada tindakan serius dari pemerintah terutama Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) untuk mencegah dan melerai akun palsu tersebut.