Usai Gagal Terpilih, Caleg PKS Beri Alasan Putus Saluran Air: Tak Kuat Biayai
Sumedi Madasik, caleg PKS yang gagal terpilih buka suara soal dirinya memutus saluran air di Kampung Cisuru, Kota Cilegon. Simak selengkapnya di sini!
BaperaNews - Sumedi Madasik, seorang calon legislatif (caleg) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPRD Kota Cilegon, menjadi sorotan setelah memutus aliran air bersih dari sumur bor miliknya untuk warga di Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon.
Tindakan caleg putus aliran air ini menuai kecaman dari warga setempat, yang terpaksa harus mengambil air bersih sejauh 2 kilometer setelah aliran air warga yang biasa digunakan terpaksa diputus oleh pemilik pompa air tersebut.
Dalam pengakuannya, Sumedi Madasik mengonfirmasi bahwa pemutusan aliran air bersih kepada warga merupakan bagian dari upaya mencari solusi terkait beban biaya yang selama ini ditanggungnya.
"Itu sudah berjalan 4 tahun lebih yang selisihnya antara Rp 2 sampai Rp 2,5 juta setiap bulannya, dan saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," ungkapnya.
Meskipun demikian, ia membantah bahwa tindakan tersebut dilakukan semata karena kegagalannya dalam lolos ke parlemen Kota Cilegon. Dikatakan Sumedi, tindakan tersebut dilakukan atas kesepakatan bersama dengan para tokoh masyarakat setempat.
"Saat itu saya bilang air sementara saya tutup, bukan saya putus, hanya sementara, karena tujuannya supaya ada yang terbaik buat saya pribadi, dan ada solusi yang terbaik buat masyarakat," ujarnya.
Menanggapi kekecewaannya terhadap hasil Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, Sumedi menyatakan bahwa sebagian warga terpengaruh dengan diberikannya uang oleh caleg lain.
"Dari jumlah 140 warga yang masuk DPT, saya cuma berharap itu cuma 100 suara, wajarlah sekitar 70 persen saja, tapi yang saya dapat cuma 45 persen. Itu akibat serangan fajar, pelakunya si RT sendiri yang pada malam hari dia sengaja bawa uang dari salah satu calon untuk dibagikan ke masyarakat, beli suara," ujar Sumedi.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa akan membuka kembali aliran air bersih ke warga Kampung Cisuru jika sudah ada solusi terbaik yang didapat dari kedua belah pihak.
Salah seorang warga, Misnawati, mengungkapkan kronologi peristiwa tersebut.
"Tahun 2018 kami minta bantuan ke Pak Sumedi agar sumur pompanya dialiri ke kampung kami. Dan Pak Sumedi setuju dengan kesepakatan warga membayar Rp 5.000 per kubikasi, dan warga pun setuju. Namun tahun ini Pak Sumedi nyaleg dari PKS, dan di TPS kami itu suaranya tidak sesuai harapan, makanya aliran air dari pompa miliknya diputus," kata Misnawati.
Keputusan Sumedi Madasik untuk memutus aliran air bersih kepada warga Kampung Cisuru tentu menjadi perhatian serius bagi pemerintah setempat. Masih terdapat banyak pertanyaan yang perlu dijawab terkait kebijakan tersebut, terutama mengenai dampaknya bagi kehidupan sehari-hari masyarakat yang mengandalkan air bersih dari sumur bor tersebut.