Sri Mulyani Sebut Ancaman Krisis Pasca Pandemi, Perubahan Iklim dan Disrupsi Digital
Menurut Sri Mulyani, Ancaman Krisis pasca pandemi akan ada krisis lain seperti perubahan iklim hingga disrupsi digital, Kesemuanya mempunyai dampak yang sama pada stabilitas keuangan negara.
BaperaNews - Tak hanya Indonesia, bahkan dunia kini tengah dihadapkan dengan krisis karena dampak dari pandemi covid 19. Diprediksikan kondisi krisis global bisa saja terjadi setelah pandemi berakhir.
Menurut penjelasan Sri Mulyani (Menteri Keuangan Republik Indonesia) bahwasannya krisis tidak hanya berakhir saat pandemi covid 19 selesai, akan ada krisis lainnya seperti perubahan iklim hingga disrupsi digital. Kesemuanya mempunyai dampak yang sama pada stabilitas keuangan negara.
“Saya selalu menyampaikan bahwa mengantisipasi kondisi keuangan harus dilakukan, karena kita tidak tahu krisis global atau pun krisis nasional yang bisa terjadi kapan saja,” tambahnya.
“Jika saat ini kita hanya melulu membahas krisis karena dampak dari pandemi, tapi sebagiannya sudah terbukti terjadi karena disrupsi digital,” ujar Sri Mulyani (Menteri Keuangan Republik Indonesia) saat sedang dalam kesempatan webinar.
“Serangan demi serangan yang nantinya pasti akan menyebabkan banyak perubahan baik di bidang ekonomi, sosial maupun lainnya, negara wajib hadir memberikan pendampingan. Nah inilah alasan mengapa kondisi keuangan negara harus selalu dalam keadaan sehat,” tambahnya.
Dari poin yang dijelaskan dan ditekankan berkali – kali oleh Sri Mulyani (Menteri Keuangan Republik Indonesia) mengenai krisis saat ini, Indonesia sebelumnya pernah dihadapkan dengan krisis yang hampir sama, hanya saja sumbernya saja yang berbeda. Pada tahun 1998 dan 2008 Indonesia sempat dilanda krisis yang mengakibatkan Presiden Soeharto harus lengser pada kala itu.
“Beberapa krisis yang telah dialami Indonesia sampai saat ini, semuanya memang mempunyai dampak cukup besar bagi kondisi keuangan negara. Namun dari sisi perbankan, bisa diatasi dengan baik,” jelasnya.
Perbankan dianggap lebih siap dalam menangani krisis pandemi karena sebelumnya juga telah mengalami krisis di tahun 1998 dan 2008 sehingga bisa dijadikan sebagai pembelajaran.
“Tak hanya perbankan – perbankan yang ada di Indonesia saja yang sangat siap menghadapi krisis pandemi ini, bahkan perbankan yang ada di luar negeri pun juga relatif mempunyai kemampuan bertahan, lebih siap dan juga adaptif,” kata Sri Mulyani (Menteri Keuangan Republik Indonesia).
“Karena perbankan di negara lain saya anggap memiliki cadangan modal yang lebih tinggi, sehingga proses strukturnya juga bisa dilakukan dengan sangat cepat,” tambahnya.