Proyek LRT Ada Salah Desain, Wamen BUMN: Belok Harus Pelan Sekali

Wamen BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa proyek LRT Jabodebek salah desain. Simak selengkapnya!

Proyek LRT Ada Salah Desain, Wamen BUMN: Belok Harus Pelan Sekali
Proyek LRT Ada Salah Desain, Wamen BUMN: Belok Harus Pelan Sekali. Gambar : Kompas.com/Djoko Setijowarno

BaperaNews - Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, buka suara soal proyek LRT Jabodetabek yang mengalami salah desain pada struktur jembatan rel atau longspan di Kuningan, Jakarta Selatan.

Hal tersebut membuat kecepatan kereta LRT Jabodebek melambat ketika melewati tikungan tersebut.

“Kalau dilihat dari longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan kan ada jembatan besar, itu sebenarnya LRT salah desain, karena dahulu Adhi sudah bangun jembatannya, tetapi ia tidak menggetes sudut kemiringan keretanya,”ujar Tiko.

Menurut Wamen BUMN, tikungan itu kurang lebar sehingga mempengaruhi kecepatan kereta LRT tersebut, Tiko juga melanjutkan, jika tikungan jembatan itu dibuat lebih melebar, maka kereta LRT Jabodebek bisa tetap melaju dalam keadaan kencang.

“Jadi kondisi sekarang kalau belok pelan sekali, karena seharusnya tikungan itu dibuat lebih lebar, jika tikungan dibuat lebih lebar, kereta bisa belok dalam kecepatan kencang, tetapi karena sudah terlanjur tikungan itu dibuat menyempit, mau ga mau kereta harus jalan dengan kecepatan 20 km per jam, dan itu pelan banget,” ungkap Tiko.

LRT Proyek Besar, Terdapat Banyak Komponen, Tapi Tidak Punya Integrator

Ia memaparkan bahwa, pada dasarnya ada enam struktur komponen dalam proyek LRT Jabodebek.

Diantaranya prasarana yang dibuat oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk, kereta yang digarap oleh PT INKA (Persero), software development oleh Siemens, hingga persinyalan yang digarap oleh PT Len Industri (persero).

Tetapi, dari banyaknya jenis komponen yang terlibat dalam proyek LRT Jakarta, tapi tidak ada peran integrator atau penghubung di dalamnya, sehingga, setiap komponen bekerja masing-masing tanpa adanya sistem integrator.

Hal tersebut menyebabkan banyak terjadinya kesalahan koordinasi, salah satu masalahnya mengenai desain longspan yang tidak sesuai.

“Dalam semua proyek besar itu terdapat sistem integrator, tapi ini tidak ada, hal tersebut mengakibatkan semua komponen dalam proyek itu berjalan liar tanpa adanya integrator di tengah,” lanjut Tiko.

Spesifikasi 31 Rangkaian LRT Berbeda-beda

Kondisi tersebut juga mengakibatkan spesifikasi kereta LRT Jabodetabek yang berjumlah 31 rangkaian menjadi berbeda-beda, hal tersebut membuat sistem perangkat lunak (software) harus diperbaiki, dan itu memerlukan biaya menjadi besar.

Tiko berkata, kesalahan koordinasi yang terjadi antara pihak yang menggarap proyek sering kali terjadi di Indonesia, oleh karena itu, hal tersebut harus menjadi tantangan yang harus diperbaiki di masa yang akan datang.

“Karena prasarananya pada saat dibangun tidak ngobrol dengan spek sarananya, di Indonesia sering terjadi kejadian seperti ini, tapi ya itulah bagian dari pembelajaran, harus kita beresin satu-persatu,” kata Tiko.

Baca Juga : Lupa Bangun Akses Jalan ke Stasiun Kereta Cepat, Wamen BUMN Kecewa

Ia juga menyampaikan bahwa, perbaikan-perbaikan yang dilakukan selama 3,5 tahun terakhir ini membuat LRT Jabodebek semakin siap untuk dioperasikan ke masyarakat.

LRT Jabodebek Dijadwalkan Diresmikan Presiden 18 Agustus 2023

LRT Jabodebek itu ditargetkan akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo  pada 18 Agustus 2023.

Namun menurut Tiko, untuk beroperasi secara komersial rencananya akan dilaksanakan pada 28 Agustus 2023.

“Jadi juga ini barangnya, ini effort dan kedetailan rapatnya sampai ke level yang sangat mendetail dan melelahkan, dan hal ini akhirnya mendapatkan keputusan, bahwa LRT Jabodetabek akan dioperasikan secara komersial tanggal 28 Agustus 2023,” ungkapnya.

Baca Juga : Harga BBM Pertamax Naik Per 1 Agustus, Segini Harganya!