Pengurus Besar PGRI Minta Guru Melek Teknologi Agar Tak Kalah Dengan AI

Pengurus Besar PGRI mendorong guru untuk menjadi melek teknologi agar dapat bersaing dengan kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan dan membantu mempersiapkan siswa untuk masa depan yang semakin digital.

Pengurus Besar PGRI Minta Guru Melek Teknologi Agar Tak Kalah Dengan AI
Pengurus Besar PGRI Minta Guru Melek Teknologi Agar Tak Kalah Dengan AI. Gambar : Savic Rabos, DI: Raga/VOI

BaperaNews - Pengurus Besar PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) membahas masalah digitalisasi yang kini berpengaruh pada sistem pendidikan, ia meminta guru-guru di Indonesia bisa lebih adaptif dan melek teknologi agar perannya sebagai pengajar dan pendidik tidak tergantikan oleh teknologi.

“Sekarang ini kita menghadapi misalnya ChatGPT, digitalisasi pendidikan, juga dengan pembelajaran yang luar biasa. Walaupun sebenarnya guru gak akan bisa tergantikan, tapi kita kan harus ditingkatkan capasitynya, diendridge” tutur Ketum PGRI Prof Dr Unifah Rosyidi pada Minggu (7/5).

Diketahui saat ini ada platform ChatGPT yang dioperasikan dengan sistem AI atau kecerdasan buatan. Ada juga platform Character AI yang hampir sama fungsi dan sistem operasinya.

Kedua aplikasi berbasis AI tersebut bisa menjadi media untuk mendapat informasi ketika mencari suatu referensi ilmu atau mengerjakan tugas termasuk ketika butuh respon chatting layaknya ngobrol dengan sesama manusia. 

Digitalisasi juga tak luput dari dunia pendidikan, memudahkan peserta didik mendapat berbagai ilmu di dunia internet, bahkan tak sedikit kursus dan pembelajaran dilaksanakan via online.

Baca Juga : Guru Ngaji di Sleman Perkosa 15 Anak Pakai Modus Terapi Indigo

Maka hal ini juga harus diimbangi dengan kemampuan guru melek teknologi. Untuk bisa terus memberi pendidikan terbaik untuk peserta didiknya, guru juga harus update ilmu teknologinya dan kemudian menerapkannya pada pendidikan.

Menurut Unifah, kemajuan pesat di dunia teknologi juga harus diikuti oleh kesiapan guru melek teknologi, jika tidak antisipatif maka peran guru bisa tergantikan. Guru, lanjutnya, harus mendapat fasilitas dan punya empati untuk mendorong semangat peserta didik, hal inilah yang tidak dimiliki oleh teknologi.

“Guru sendiri punya persoalan, seperti kesejahteraan dan lainnya. Kami committed pada guru PPPK, juga kepada guru yang belum mendapat sertifikasi, jadi memang masih banyak masalahnya. Kami berusaha lakukan dialog, misalnya kapan 3.043 guru bisa diangkat berikutnya, kemudian soal PMK 212/PMK.07/20222 itu sudah ada gaji penuh dari pusat ke daerah” pungkas Unifah.

Unifah menyebut masih banyak masalah terkait guru di Indonesia ini yang seringkali menjadi salah satu hambatan mengenalkan teknologi lebih jauh pada para guru.

Teknologi perlu dikenalkan dengan bantuan alat canggih seperti komputer atau laptop dan juga pengajar yang berkompeten, yang bisa memberi pemahaman pada guru tentang digitalisasi dan belajar mengajar sehingga guru melek teknologi.

Tentu untuk mencapai semua itu butuh dana dan persiapan yang tidak sedikit. Sebab itu guru diharap sedikit demi sedikit bisa upgrade ilmu teknologinya secara mandiri agar bisa mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi di dunia pendidikan.

Baca Juga : Aminef Buka Beasiwa di AS Untuk Dosen dan Guru, Ini Syaratnya!