Lagi Ramai, Modus Penipuan Nomor Palsu di Alamat Bisnis Google Maps
Modus penipuan nomor kontak palsu di Google Maps semakin marak. Pelaku menyunting informasi bisnis dengan nomor WhatsApp palsu untuk menipu pelanggan.
BaperaNews - Modus penipuan nomor kontak palsu yang muncul pada profil bisnis di Google Maps kini semakin marak. Penipuan ini melibatkan penyuntingan informasi alamat bisnis untuk menyertakan nomor kontak WhatsApp yang tidak sah, yang kemudian digunakan untuk menipu calon pelanggan.
Fenomena ini pertama kali diungkap oleh akun media sosial X @selvi*** pada 12 Agustus 2024, yang memperlihatkan bagaimana pelaku menambahkan nomor WhatsApp penipu ke kolom alamat bisnis.
Pengunggah menuliskan bahwa sejumlah lokasi bisnis, termasuk bank, hotel, dan praktik dokter, telah dimanipulasi oleh pihak tak bertanggung jawab.
Modus operandi penipu adalah dengan menambahkan keterangan seperti "WA 08XX" atau "CS 08XX" pada kolom alamat, agar korban yang menghubungi nomor tersebut dapat melakukan transfer uang ke rekening penipu.
"Hari ini baru sadar bahwa beberapa lokasi bisnis di-edit orang lain, alamatnya ditambahkan nomor WA penipu," tulis pengunggah.
Pakar teknologi informasi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Rosihan Ari Yuana, menjelaskan bahwa siapapun dapat mengusulkan perubahan informasi pada laman bisnis di Google Maps.
"Iya bisa diubah karena di Google Maps ada fitur untuk memberi saran perubahan terhadap informasi bisnisnya," ujar Rosihan pada 13 Agustus 2024.
Namun, menurutnya, pelaku penipuan tidak dapat mengubah nomor kontak resmi yang tertera di kolom berlogo telepon; mereka hanya bisa menambahkan nomor ponsel palsu di kolom alamat.
Baca Juga: Apple Dikabarkan Bakal Rilis 2 Perangkat Lipat di Tahun 2026
Rosihan menambahkan bahwa data di Google Maps bersifat berbasis masyarakat, memungkinkan pengeditan untuk beberapa informasi termasuk alamat.
"Alamat informasi bisnis memang bisa disarankan publik untuk diubah. Tapi nomor telepon resmi bisnisnya hanya bisa diubah oleh owner (pemilik) sendiri," jelasnya.
Untuk membedakan kontak asli dari yang palsu, Rosihan menyarankan agar masyarakat memeriksa kolom telepon dengan ikon call, karena nomor kontak yang valid biasanya tertera di situ.
Rosihan juga menyoroti kekurangan dalam fitur proteksi data yang bisa diubah oleh masyarakat.
"Pihak pemilik bisnis juga tidak dibekali dengan fitur untuk memproteksi data yang bisa diubah oleh masyarakat," tambahnya.
Pemilik bisnis diharapkan untuk rutin memeriksa informasi di Google Maps guna mencegah adanya penyalahgunaan data.
Menurut Pratama Persadha, Chairman Communication & Information System Security Research Center (CISSReC), penipu memanfaatkan fitur sunting pada Google Maps untuk memperbaiki informasi yang tidak akurat.
"Umumnya, masyarakat memang bisa menyarankan perubahan pada informasi bisnis di Google Maps. Saran tersebut akan ditinjau oleh tim Google sebelum disetujui," ujar Pratama pada 13 Agustus 2024.
Pratama menyarankan agar masyarakat berhati-hati dalam mempercayai informasi yang tertera di Google Maps.
"Sebaiknya, informasi pada laman tersebut hanya digunakan untuk menentukan lokasi dan mendapatkan panduan arah. Jika berencana melakukan transaksi, lakukan secara langsung di lokasi bisnis untuk memastikan keaslian," ujar Pratama.
Dia juga menyarankan untuk meminta nomor kontak resmi dan nomor rekening saat melakukan transaksi online berikutnya.
Google Indonesia juga telah merespons isu ini. Melalui akun resmi X @googleindonesia pada 13 Agustus 2024, Google menyatakan bahwa mereka telah mengetahui masalah mengenai nomor kontak palsu.
Google mengungkapkan bahwa usulan perubahan informasi harus berdasarkan data yang benar dan pihaknya terus bekerja untuk mengatasi masalah teknis yang mempengaruhi perubahan informasi bisnis. Google juga sedang memulihkan informasi yang akurat untuk mencegah penipuan serupa.
Baca Juga: Diduga Cekcok dengan Elon Musk, Presiden Venezuela Blokir X