Korsel Akan Beri Rp 7,4 Juta Untuk Pemuda yang Malas Keluar Rumah
Pemerintah Korsel memberi tawaran sebesar 500 dolar AS atau Rp 7,4 juta per bulan untuk pemuda yang malas keluar rumah agar mau keluar rumah dan mencari hiburan.
BaperaNews - Pemerintah Korea Selatan memberi tunjangan sebesar 500 dolar AS atau Rp 7,4 juta kepada pemuda yang berdiam diri di rumah agar mau keluar rumah, mencari hiburan, dan bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya.
Tawaran keluar rumah dapat uang ini dibuat pemerintah dalam rangka mengajak anak-anak muda Korsel kembali melakukan kegiatan di luar rumah baik itu sekolah atau kuliah, bekerja, dan memulihkan kebiasaan hidup sehari-harinya.
Kementerian Kesetaraan Gender & Keluarga Korsel menyebut pemuda yang akan terima tawaran keluar rumah dapat uang ini ialah mereka yang berumur 9-24 tahun yang memenuhi syarat, akan diberi tunjangan tiap bulan.
Dana akan diberikan agar bisa dipakai untuk berbagai keperluan seperti membeli makanan, baju, kebutuhan rumah, dan biaya hidup lainnya.
Mereka yang memenuhi kualifikasi tawaran keluar rumah dapat uang tersebut akan diberi uang dalam bentuk tunai ke rekeningnya juga mendapat dalam bentuk barang yang dibutuhkan.
Adapun untuk pemuda yang masih berumur di bawah 18 tahun dana akan dikirim ke rekening orang tua atau walinya dengan persetujuan terlebih dahulu dari pemuda yang bersangkutan.
Usai mendapatkan uang tunjangan, diharap para pemuda ini bisa segera keluar rumah dan melakukan sosialisasi. Namun mereka tak perlu membuktikan mereka telah benar-benar bersosialisasi untuk bisa mendapat tunjangan bulan depannya.
Baca Juga : Krisis Populasi, 450 Sekolah di Jepang Ditutup Permanen Setiap Tahun
Menyendiri Karena Kemiskinan
Dari data Institut Kesehatan & Sosial Korsel tahun 2022, diketahui warga berumur 19-39 tahun sebanyak 338.000 orang ternyata berubah jadi penyendiri dan tidak bersosialisasi.
Remaja dan dewasa ini sengaja mengurung diri di rumah dalam waktu lama untuk menghindar dari sekolah dan bekerja selama bertahun-tahun karena masalah ekonomi atau kemiskinan.
Kondisi ini mirip fenomena hikikomori atau isolasi diri sebagaimana yang terjadi di Jepang yang dilakukan oleh sekitar 1 juta warga Jepang. Sebagian pemuda Korsel yang mengisolasi diri tersebut sebagian besar dari keluarga miskin.
Mereka melakukannya karena trauma pribadi, misalnya mendapat bully di sekolah, stres karena tuntutan pendidikan, konflik dari keluarga, juga kurangnya dukungan dan perhatian dari orang tua.
Di Korsel telah terjadi sejumlah kasus siswa remaja mengalami masalah mental sulit bersosialisasi, ia memilih untuk tidak hadir di ujian masuk perguruan tinggi, kemudian pergi lebih jauh dari sosialisasi.
Kondisi lain ialah siswa yang mendapat kekerasan di rumahnya sendiri membuatnya sulit percaya orang lain dan sulit bersosialisasi. Maka pemerintah membuat program tersebut untuk mengembalikan semangat anak-anak muda disana.
Pemerintah Korea Selatan juga menyediakan semacam tempat rehabilitasi yang bisa ditempati oleh siapapun dengan trauma pribadi agar bisa sembuh dan mendapat terapi kemudian bisa kembali bersosialisasi dan beraktifitas seperti manusia pada umumnya.
Baca Juga : Upaya Atasi Resesi Seks, China Beri Libur Mahasiswa Untuk Cari Pacar