Kemenkes Ungkap Penyebab Stunting di Indonesia dan Cara Pencegahannya!
Kemenkes ungkap sejumlah penyebab yang bisa membuat anak jadi stunting dan jumlah data kasus stunting pada 2022. Simak selengkapnya!
BaperaNews - Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Maria Endang menyampaikan sejumlah kondisi yang bisa membuat anak jadi stunting atau gagal tumbuh, dimulai dari terjadinya berat badan tidak naik sesuai standar (weight faltering).
“Anak-anak weight faltering ini jika dibiarkan akan jadi berat badan kurang (underweight) dan kemudian penurunan berat badan (wasting). Ketiga kondisi itulah jika terjadi berkepanjangan akan menjadi penyebab stunting” jelas Endang Sabtu (28/1).
Jika ingin menurunkan stunting, menurutnya ada 4 hal yang perlu diperhatikan. “Jika mau menurunkan masalah stunting, harus menurunkan masalah gizi terlebih dahulu yaitu berat badan tidak naik, berat badan kurang, dan gizi buruk, dan gizi kurang, jika keempat masalah itu tidak turun, stunting juga akan susah turunnya” paparnya.
Baca Juga : Dianggap Jijik, Kini Tinja Bisa Jadi Obat Penyakit
Pencegahan stunting yang paling tepat, lanjutnya, ialah dicegah dari hulu, yakni sejak ibu hamil hingga anak umur 2 tahun atau 1.000 hari pertama kehidupan. Pada masa setelah lahir, yang diutamakan ialah memantau pertumbuhan bayi per bulan. “Dengan demikian, bisa diketahui sejak dini jika anak mengalami gangguan pertumbuhan” pungkasnya.
Angka Stunting 2022
Dari data hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022, angka stunting Indonesia menurun 2,8% dari tahun 2021. “Angka stunting tahun 2022 turun dari 24,4% (2021) menjadi 21,6%, jadi turun 2,8%” tutur kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Liza Munira.
Sedangkan pemerintah menargetkan angka stunting di Indonesia harus turun mencapai 14% pada tahun 2024, maka harus turun 3,8% per tahunnya. Namun meski angka stunting di tahun 2022 turun, angka balita yang berat badannya turun dan yang berat badannya kurang justru naik.
Baca Juga : Lokasi Vaksin Booster Kedua di Jabodetabek, Gratis!
Balita dengan kurang berat turun naik 0,6% dari 7,1% di tahun 2021 menjadi 7,7%. Sedangkan angka balita dengan badan kurang naik 0,1% dari 17,0% di tahun 2021 menjadi 17,1% di tahun 2022. Tentu ini menandakan belum ada penurunan sebab stunting yang berarti, masih banyak balita yang perlu mendapat gizi lebih baik.
Kemudian untuk angka balita overweight atau kelebihan berat badan menurun jumlahnya, turun 0,3% dari tahun lalu dimana persentasenya 3,8% di tahun 2021 dan menjadi 3,5% di tahun 2022. Balita overweight juga beresiko kesehatan. Yang paling tepat ialah berat badan normal sesuai standar dan bisa naik tiap bulannya meski bertahap.
Untuk itu, perlu bagi orang tua mengenal penyebab stunting dan cara mencegah stunting. Sebab pencegahan yang paling tepat untuk stunting perlu dilakukan sejak bayi masih di kandungan.
Baca Juga : Cara Cek Status BPJS Kesehatan Aktif atau Tidak 2023