Industri Hilir Kelapa Sawit Berkomitmen pada Ramah Lingkungan dan Net Zero Emission, Fahd A Rafiq: Salah Satu Strategi Yang Dinilai Ampuh
Industri kelapa sawit Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dalam perjalanan menuju pencapaian Net Zero Emission.
BaperaNews - Industri hilir kelapa sawit di Indonesia menjalani transformasi menuju keberlanjutan dengan fokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dan pencapaian Net Zero Emission (NZE). Predikat "rendah emisi" menjadi faktor penentu dalam pemasaran produk kelapa sawit, sejalan dengan perubahan pola konsumsi global yang semakin berorientasi pada produk "hijau".
Dalam konteks ini, aspek keberlanjutan pada industri hilir kelapa sawit telah berkembang dari sekadar aspek lingkungan menjadi tanggung jawab terhadap seluruh rantai pasokan produknya. Direktur Jenderal Industri Agro menjelaskan bahwa di masa depan, konsumen kemungkinan akan mempertimbangkan tingkat emisi GRK yang dihasilkan dalam proses produksi ketika memilih produk kelapa sawit.
Ketua DPP Bapera Fahd El Fouz A Rafiq, menyatakan bahwa emisi gas rumah kaca dapat berdampak sangat besar bagi lingkungan jika tidak segera diatasi.
“Gas Rumah Kaca merupakan salah satu bahaya yang mengintai saat ini, lingkungan yang kita hirup udaranya sehari hari pastinya dibutuhkan solusi atas mulai berkurangnya kualitas udara di lingkungan hari ini yang makin memburuk setiap harinya.” Ujar Fahd A Rafiq, Rabu (1/11).
Indonesia merupakan produsen terbesar kelapa sawit di dunia, yang membuka peluang bagi negara ini untuk memimpin upaya global dalam mengurangi emisi. Industri kelapa sawit telah tumbuh sekitar 3,90% pada Triwulan II-2023 dengan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektor non-migas. Oleh karena itu, pemerintah telah menjadikan industri ini sebagai prioritas nasional.
Hilirisasi industri kelapa sawit, yang menghasilkan berbagai produk turunan dari kelapa sawit, menjadi fokus utama dalam kebijakan pembangunan sektor kelapa sawit. Saat ini, terdapat sekitar 179 jenis produk hilir kelapa sawit, dan sekitar 90% volume ekspor produk kelapa sawit adalah produk hilir. Hanya sekitar 10% volume ekspor yang masih berupa bahan baku minyak sawit mentah (CPO/CPKO).
Selain meningkatkan penggunaan produk hilir kelapa sawit di dalam negeri, pemerintah juga telah meluncurkan program biodiesel wajib selama delapan tahun terakhir, yang saat ini mencapai 35% (B35). Program ini adalah contoh konkret dari upaya dekarbonisasi.
“Net Zero Emission ini diharapkan dapat membantu Indonesia bahkan dunia dalam rencana yang akan dijalani ini dengan memanfaatkan produksi minyak sawit mentah.” Ujar Fahd A Rafiq, Rabu (1/11).
Strategi konkrit dalam pencapaian Net Zero Emission di sektor ini adalah dengan menerapkan teknologi terbaru dalam produksi minyak sawit mentah. Salah satunya adalah Steamless Palm Oil Technology (SPOT) yang mengurangi emisi GRK hingga 20,84% dibandingkan dengan pabrik kelapa sawit konvensional.
Kementerian Perindustrian berterima kasih kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang mendukung penelitian relevan dengan upaya dekarbonisasi. Menteri Perindustrian menetapkan target bahwa sektor industri kelapa sawit akan mencapai Net Zero Emission pada tahun 2050, sepuluh tahun lebih awal dari target global pada tahun 2060.
Langkah-langkah ini mencerminkan komitmen Indonesia dalam mendukung perubahan iklim global dan melindungi lingkungan hidup. Industri kelapa sawit berperan penting dalam mengurangi emisi GRK dan mendorong keberlanjutan di sektor ini, menjadikan negara ini sebagai pemimpin dalam upaya global dekarbonisasi.
Penulis : Ahmad G