GAP Bakal PHK 500 Karyawan!
Perusahaan ritel fashion terkenal GAP dikabarkan akan mem PHK 500 tenaga kerjanya di lingkup global.
BaperaNews - GAP, perusahaan ritel fashion kabarnya akan mem PHK 500 tenaga kerjanya di lingkup global. Keputusan ini menambah panjang daftar perusahaan Amerika Serikat yang melakukan langkah pengurangan karyawan untuk tetap bisa bertahan di dunia bisnis.
GAP disebut sedang mengalami suatu masalah dan satu-satunya cara untuk mengatasi hal tersebut dengan melakukan pengurangan jumlah karyawan.
Sebelumnya Meta, induk dari Facebook dan Instagram juga mengurangi jumlah karyawannya di tengah kekhawatiran naiknya resesi di AS termasuk Disney yang telah memangkas 4.000 karyawannya pekan lalu.
PHK GAP diperkirakan akan memangkas sekitar 500 karyawannya seperti yang pernah mereka lakukan pada September 2022 lalu. Kabar ini didapat dari sumber yang mengetahui masalah di perusahaan, namun pihak GAP sendiri enggan berkomentar secara terbuka.
GAP hanya memberitahu karyawannya yang akan diberhentikan di divisi sumber internasional pada 18 April 2023, perusahaan juga memberitahu staf tentang adanya kemungkinan PHK GAP lanjutan di Kantor Pusat GAP di San Fransisco AS pekan ini.
GAP memiliki jumlah karyawan sebanyak 95.000 jiwa per 28 Januari 2023. Adanya resesi ekonomi dan menurunnya minat pasar membuat perusahaan tak punya solusi lain untuk bisa tetap bertahan.
Baca Juga : PHK Meningkat! Cek Data Korban PHK Indonesia 2022!
Bisnis pakaian nampaknya makin sepi di AS meski pakaian juga tak pernah berhenti dibanjiri mode baru dan inovasi terus dilakukan untuk meningkatkan performa bisnis.
GAP berdiri sejak tahun 1969, fokus menjual produk fashion seperti jeans Levi’s dan LP. GAP fokus pada generasi muda dalam penjualannya, namun sayangnya bisnis yang mereka jalankan tak selalu mulus, tidak semua produk GAP diminati pasar.
Pada tahun 2014, GAP berhasil memiliki 200 cabang toko tambahan hanya dalam waktu 2 tahun dan memiliki 134.000 karyawan di 90 negara.
Jumlah karyawan di Januari 2023 yakni 95.000 tentu menandakan sudah berkurang jauh dari jumlah karyawan yang mereka miliki di tahun 2014 lalu. Memang GAP juga sempat berjuang akibat terdampak pandemi Covid-19.
AS dikenal sebagai negara dengan biaya hidup tinggi, kabarnya saat ini banyak warga AS yang bekerja tambal sulam, artinya bekerja mendapat pendapatan untuk seminggu dan harus mencari uang lagi untuk seminggu ke depan.
Hal ini terjadi sejak adanya pandemi Covid-19 ditambah dengan perang Rusia Ukraina yang tak kunjung usai. Semua orang berjuang untuk hidupnya agar bisa tetap bertahan.
Baca Juga : Simak Ketentuan Pesangon Korban PHK Dalam Perppu Ciptaker!