Fahd A Rafiq Review Prestasi Indonesia Pada HUT Kemerdekaan Ke 77
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq memberikan review terhadap prestasi apa saja yang sudah di raih Indonesia saat HUT RI Kemerdekaan Ke-77.
BaperaNews - 77 tahun Indonesia sudah Merdeka dari Kolonialisme Gaya Lama. Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq akan review terhadap prestasi apa yang telah dibangun sejak awal periode Ir. Soekarno yang sudah 20 tahun berkuasa, lalu ditambah dengan 32 tahun rezim order baru, serta 25 tahun era reformasi.
Oleh karena itu, Fahd A Rafiq akan mereview prestasi apa saja yang sudah dihasilkan oleh 7 pemimpin secara terakumulasi. Seperti apa itu? Simak penjelasannya.
Ketua Umum DPP Bapera ini telah menyampaikan, “Dalam 77 tahun usia Indonesia, apakah Nusantara yang kaya dengan SDM ini dan lokasinya sangat strategis sudah menjadi negara yang makmur? Negara yang paling berpengaruh menjadi super power atau masih menjadi negara berkembang, masih jauh jarak antara orang kaya dan orang miskin”.
Menurutnya, Indonesia masih belum bisa memproduksi kebutuhan utama dalam negerinya, masih berhutang konsumtif, masih bergantung dengan negara lain untuk pemenuhan kebutuhan utama.
Lalu, masih sedikit juga hasil karya kelas dunia, masih mengikuti teknologi buatan negara lain, serta jarang dikunjungi pemimpin besar dunia.
“Ini bukanlah sebuah kritikan, namun ini sebuah masukan solutif. Kami Barisan Pemuda Nusantara (Bapera) tidak akan pernah lelah memberikan masukan positif untuk bangsa dan negeri ini,” ujar Fahd A Rafiq.
“Kita review perolehan terdekat 10 tahun ini saja, dimana dalam 10 tahun Indonesia dibandingkan dengan kerja Tiongkok di bawah pimpinan Xi Jin Ping yang baru saja menjabat sebagai Presiden Tiongkok sejak tahun 2013 alias belum genap 10 tahun. Dan ia langsung menempatkan posisinya menjadi pemain dunia dan mampu menantang negara Super Power,” lanjut Fahd A Rafiq.
Ia melanjutkan, padahal Xi Jin Ping mengelola 1,5 Miliar penduduk yang jauh lebih banyak dari Indonesia dan pastinya lebih sulit mengaturnya. Mengapa dia bisa? Apa yang salah dengan Indonesia? Negara Indonesia lebih dulu merdeka, Indonesia itu seniornya Tiongkok, serta Belt Road Initiative (BRI) itu adalah buah pikir Ir. Soekarno yang dimodifikasi oleh Tiongkok.
Baca Juga : Fahd A Rafiq Bocorkan Jika Negara Ingin Maju
Fahd A Rafiq juga menambahkan apabila review KPI era reformasi ini berhasil akan dilanjutkan, namun kalau gagal ia akan ganti. Jadi, Fahd A Rafiq akan melihat data lainnya, data indikator suksesnya sebuah pemerintahan, sehatnya sebuah bangsa serta makmurnya sebuah negara.
Diketahui, pemilik Rumah Sakit Citra Arafiq ini memberikan data yang mengejutkan. Ia menyebut bahwa saat ini 140 KG/orang Indonesia makan nasi. Hal itu bisa membuat semua penduduk menderita sakit gula. Kalau hal itu justru ditingkatkan, 140 KG/orang akan naik untuk makan karbo.
Karena, 140 KG angka terbesar di dunia, yang sehat 80 KG/orang per tahun. Makanya, penyakit diabetes sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia dan hal ini harus segera diantisipasi pemerintah secepatnya.
Beliau menambahkan lagi, 19,5 juta kasus diabetes diprediksi meningkat jadi 28,6 juta pada 2045. Diabetes lebih mematikan daripada Covid-19. Indonesia menjadi salah satu negara kasus diabetes tertinggi di dunia.
“Menurut data International Diabetes Federation (IDF) 2021, saat ini Indonesia menempati posisi kelima dalam daftar. Diabetes bertanggung jawab atas 6,7 juta kematian pada 2021 atau 1 orang setiap 5 detik, ini lebih bahaya dari Covid-19. Artinya masyarakat Indonesia belum sehat,” imbuh Fahd A Rafiq.
“Kita lihat lagi data selanjutnya. Kita beralih ke susu, masyarakat Indonesia mengkonsumsi susu 16 liter/orang/tahun. Eropa barat 150 liter/Orang/tahun, Amerika 120 liter, Singapura 45 Liter, Malaysia 36 liter/Orang/Liter dua kali lipat Indonesia,” lanjut Fahd A Rafiq.
Konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia setahun hanya 34,5 kg/kapita/tahun. WHO menganjurkan konsumsi buah harus mencapai 75 Kilogram/Kapita/Tahun. Standar yang dikatakan sehat untuk konsumsi buah dan sayur adalah 91,25 KG/Kapita/Tahun.
Konsumsi Listrik per kapita masyarakat Indonesia 1.100 kwh, negara dikatakan negara maju jika konsumsi listriknya 4000 Kwh per kapita. Saat ini penyediaan kebutuhan listrik Indonesia baru mencapai 74 giga watt yang dihasilkan dan baru dikatakan negara maju apabila minimum naik ke 300 giga watt.
Pengguna Internet baru 82 juta manusia Indonesia yang menggunakan, dimana keterjangkauan Internet baru menjangkau 60% wilayah, 82 juta baru menjangkau 30% populasi. Untuk dikatakan negara negara maju, jangkauan internetnya adalah 100%.
Dan penggunanya diatas 80% baru dikatakan negara maju, Malaysia itu sudah 90% pencapaian wilayahnya dan 80 persen pengguna Internet. Filipina 60% pencapaian wilayahnya, India yang jauh lebih besar dari Indonesia 60% wilayah.
“Hikmah apa yang sudah kita dapat dari Informasi semua ini. Sudahkah Indonesia menjadi negara maju dari fasilitas negaranya? Sudahkah Indonesia menjadi sehat warganya? Sudahkah Indonesia menjadi bangsa yang bahagia (Seperti yang ada di Stanza kedua lagu Indonesia Raya)? Kalau belum, mau berubah?atau masih sama seperti sekarang. Pemuda harus segera bangkit dari tidur panjang, persaingan ke depan sangat ketat,” tegas Fahd A Rafiq.
“Rakyat Indonesia sangat mengharapkan Indonesia wajib berbenah dan terus mengejar ketertinggalan tersebut. Apapun itu Sahabat Dirgahayu Indonesia Ke 77. Merdeka!!!,” tutup Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar.
Baca Juga : Fahd A Rafiq : IMF Prediksi 12 Negara Akan Failed State (Warning Untuk Indonesia)