Fahd A Rafiq: Para Pengusaha Diharapkan Menyesuaikan Zaman dan Ubah Persepsi Kita Terhadap Gen Z

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menegaskan bahwa para pengusaha harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, terutama dalam menghadapi karakteristik Generasi Z (Gen Z).

Fahd A Rafiq: Para Pengusaha Diharapkan Menyesuaikan Zaman dan Ubah Persepsi Kita Terhadap Gen Z
Fahd A Rafiq: Para Pengusaha Diharapkan Menyesuaikan Zaman dan Ubah Persepsi Kita Terhadap Gen Z. Gambar : Istimewa

BaperaNews - Ketua Umum DPP Bapera, Fahd El Fouz A Rafiq, menegaskan bahwa para pengusaha harus segera menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, terutama dalam menghadapi karakteristik Generasi Z (Gen Z).

Dalam sebuah pernyataan di salah satu perkantoran di Jakarta Selatan, Fahd menyampaikan bahwa Gen Z memiliki perilaku dan kebiasaan yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya, dan hal ini akan sangat memengaruhi dunia bisnis serta kerja. 

"Pengusaha yang tidak mampu beradaptasi dengan Gen Z akan tertinggal oleh zaman," ujar Fahd A Rafiq.

Perubahan Besar di Dunia Kerja Akibat Gen Z

Fahd menjelaskan bahwa Gen Z, yang lahir dan tumbuh di era teknologi canggih, telah mulai memasuki dunia bisnis dan kerja. Menurutnya, karakteristik generasi ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, sehingga mereka lebih cenderung menjadi wirausaha daripada bekerja sebagai pegawai negeri atau pekerja formal.

"Survei menunjukkan bahwa Gen Z lebih tertarik untuk berwirausaha karena mereka ingin bergerak sesuai passion dan lebih fleksibel dalam bekerja," tambahnya.

Gen Z, yang dikenal dengan penggunaan gadget sejak usia dini, terbiasa dengan internet yang semakin cepat dan platform media sosial yang berkembang pesat, seperti TikTok dan game kompetisi.

Hal ini berbeda dengan generasi sebelumnya, khususnya Millennial (Gen Y), yang lebih akrab dengan Facebook, YouTube, dan Instagram. Menurut Fahd, generasi Millennial yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 juga telah terbentuk oleh teknologi, namun tidak secepat dan seintens Gen Z.

Gaya Kerja Gen Z dan Dampaknya pada Dunia Bisnis

Fahd A Rafiq mengungkapkan bahwa Gen Z memiliki gaya kerja yang lebih kasual dan fleksibel dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka cenderung tidak bekerja di kantor secara penuh dan lebih memilih bekerja pada malam hari.

"Separuh kaki mereka berada di luar kantor, mereka tidak suka bekerja di meja tetap, dan lebih sering menggunakan aplikasi seperti Zoom atau conference call daripada menghadiri rapat fisik," ujar Fahd.

Ia juga menekankan bahwa para pengusaha harus memahami bahwa Gen Z seringkali tidak tahan dengan pekerjaan formal yang penuh aturan.

"Banyak dari mereka yang tidak tahan dengan tekanan di tempat kerja, sehingga cepat mengundurkan diri jika merasa tidak nyaman," ungkap Fahd, mengutip sebuah survei dari Harvard Business School yang menunjukkan bahwa 3 dari 4 manajer kesulitan dalam menghadapi tenaga kerja dari Gen Z.

Gen Z juga dikenal tidak memiliki loyalitas tinggi terhadap pekerjaan dan cenderung sering berpindah-pindah pekerjaan atau melakukan "job hopping." Menurut Fahd, Gen Z hanya ingin bekerja di tempat yang mereka sukai dan tidak mau berada di bawah tekanan yang besar.

"Mengelola Gen Z memerlukan keterampilan komunikasi yang khusus serta kesabaran ekstra," tambahnya.

Baca Juga : Fahd A Rafiq Dukung Konseling Bisnis Kemendag Bersama Perwadag RI untuk Perluas Akses Pasar

Pengaruh Gen Z Terhadap Kebijakan Publik dan Dunia Bisnis

Lebih jauh, Fahd memperingatkan bahwa Gen Z akan membawa perubahan besar pada kebijakan publik dan cara bisnis dijalankan di seluruh dunia.

Ia memprediksi bahwa pada tahun 2030 ke atas, ketika posisi CEO dan manajer mulai didominasi oleh Gen Z, akan ada sekitar 40% jenis pekerjaan yang ada saat ini yang hilang karena tidak sesuai dengan karakteristik generasi tersebut. 

"Jika pengusaha tidak segera berbenah dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mereka akan tergilas oleh perkembangan teknologi dan pasar," kata Fahd.

Perkembangan teknologi yang pesat, termasuk munculnya berbagai aplikasi di smartphone, diciptakan karena menyesuaikan dengan kebiasaan dan permintaan Gen Z yang tinggi.

Banyak pengusaha yang gagal bertahan di era ini karena enggan mengadopsi teknologi seperti e-commerce dan media sosial. Fahd mengutip bahwa banyak toko ritel dan perusahaan yang bangkrut beberapa tahun terakhir karena tidak mau beradaptasi dengan teknologi. 

"Para pengusaha yang masih menggunakan cara lama akan tertinggal dari mereka yang sudah memperbarui kemampuan teknologinya," tegas Fahd.

Gen Z dan Masa Depan Dunia Kerja

Selain itu, Fahd A Rafiq juga menyoroti bahwa di era kerja yang serba digital ini, Gen Z cenderung lebih memilih menonton video untuk belajar daripada membaca buku seperti generasi sebelumnya.

Dalam hal berkomunikasi, Gen Z lebih memilih menggunakan emoji dan pesan singkat daripada email formal. Mereka juga meminta agar jam kerja di kantor diubah agar lebih fleksibel, sesuai dengan preferensi mereka yang lebih aktif di malam hari.

"Generasi Z itu dididik oleh 'swipe screen' dan 'screenshot', informasi mereka sangat cepat dan minat mereka banyak, namun kurang fokus. Hal ini membuat mereka sulit untuk memahami nilai uang sebagaimana generasi sebelumnya," jelas Fahd. Ia memperkirakan bahwa seiring dengan semakin bertambahnya jumlah pekerja dari Gen Z, pengusaha di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, harus siap menghadapi perubahan yang dibawa oleh generasi ini.

Adaptasi Pengusaha di Era Gen Z

Fahd A Rafiq kembali menegaskan bahwa para pengusaha di Indonesia tidak bisa lagi mengabaikan atau melawan perubahan yang dibawa oleh Gen Z. Sebaliknya, mereka harus mulai mengubah persepsi mereka dan menyesuaikan diri dengan karakteristik generasi ini.

"Kita tidak mengubah arah, tetapi mengubah layar. Pengusaha harus mulai mengatur keseimbangan antara kelemahan Gen Z dan fleksibilitas mereka agar bisa meningkatkan produktivitas bisnis," ujarnya.

Fahd juga menambahkan bahwa berdasarkan survei yang ia temukan, kecenderungan Gen Z untuk menjadi wirausaha jauh lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka tidak tertarik menjadi pegawai negeri karena menganggap gajinya kecil dan kurang menantang.

"Gen Z hidup di zaman yang serba fleksibel dan dinamis, sehingga mereka lebih suka pekerjaan yang menantang dan tidak diatur-atur dari A sampai Z," tutup Fahd A Rafiq.

Dengan demikian, di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan perubahan pola hidup yang dibawa oleh Gen Z, para pengusaha dituntut untuk segera beradaptasi dan menyesuaikan strategi bisnis mereka agar tetap relevan dan kompetitif di masa mendatang.

Penulis : ASW

Baca Juga : Fahd A Rafiq Bangga dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Forum Bisnis Indonesia-Australia