Fahd A Rafiq: Pak Habibie Buat Pesawat N250, Dipatahkan IMF, dan Belum Diteruskan

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq mengatakan bahwa pesawat N250 yang dibuat oleh BJ Habibie dipatahkan IMF dan hingga saat ini belum diterukan oleh generasi selanjutnya.

Fahd A Rafiq: Pak Habibie Buat Pesawat N250, Dipatahkan IMF, dan Belum Diteruskan
Pesawat N250. Gambar : Kompas.com/Dok. Putra Prima Perdana

Ahmad Sofyan (Kontributor) - Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menggambarkan sosok BJ Habibie, Presiden ke-3 Indonesia. 

Dalam ceritanya, Fahd A Rafiq mengatakan, “Beliau (BJ Habibie) ingin menjadi mata air yang jernih untuk bangsa dan Negerinya. Kesetaraan ekonomi dengan mengkoneksikan 17.000 pulau untuk masyarakat sudah dipikirkan jauh hari oleh BJ Habibie ketika berada di Jerman, pesawat N250 adalah mahakaryanya, tapi mimpi itu sekejap dimatikan oleh IMF, rakyat menangis karena pesawat itu di museumkan hingga saat ini dan tidak diteruskan serta dikembangkan oleh generasi selanjutnya”. 

Sebagai informasi, setelah perang dunia ke II dunia, pesawat terbang memainkan peran penting untuk mempercepat aktivitas manusia dari satu pulau kepulau lain, Negara bahkan saat ini sudah memasuki tahap dari satu planet ke planet lain.

Jika dilihat dari versi Amerika, pesawat ditemukan oleh Wright bersaudara, maka di Andalusia Abbas bin Firnas adalah tokoh yang menemukan mesin pesawat terbang.

“Di Indonesia kita memiliki tokoh dalam Negeri yang bisa membuat pesawat pertama dengan N250 Gatot Kacanya yaitu Almarhum Bapak Baharuddin Jusuf Habibie (Presiden Ke-3 RI),” tutur Fahd A Rafiq di Jakarta, Rabu (25/1). 

Fahd A Rafiq mengatakan, “Cerita Indonesia dengan N250 nya pak Habibie yang akan menjadi raja pesawat kelas dunia dengan 17.000 pulau adalah kekuatan Negri rayuan pulau Kelapa. Kekuatan udara yang cocok adalah pesawat berbadan kecil dengan kapasitas penumpang hingga 100 orang dan pesawat N250 itu yang paling cocok karena hanya memerlukan landasan pendek”. 

Namun, hal tersebut kini sisa kenangan, mimpi-mimpi yang telah diukir oleh BJ Habibie telah dimatikan oleh IMF atas sebuah serangan Currency Warfare yang dilakukan IMF menggunakan proxy tangan George Soros pada tahun 1997-1998. 

“Soros itu proxynya Amerika untuk memukul Indonesia dengan Currency Warfare dari rupiah 2.500 mendadak menjadi 15.000 dalam waktu sekian bulan dan itu semua adalah by design agar Indonesia tunduk dan patuh kepada Amerika,” jelas Fahd A Rafiq. 

Fahd A Rafiq menegaskan, “Sebuah pesawat fly by wired adalah maha karya anak bangsa untuk penerbangan dunia, pak Habibie melihat bahwa dengan 17.000 pulau di Indonesia dapat membuat kesetaraan, maka semuanya harus terkoneksi. Jadi, untuk menyambung pulau satu dengan lainnya untuk transportasi dan distribusi. Pesawat berbaling-baling dengan mesin turboprop yang hanya memerlukan landasan pendek, murah, irit biaya adalah solusinya”. 

“Cukup menyambungkan semua jalur, makan kesetaraan akan terjadi di Indonesia. Cara menyambungkan ya itu tadi menggunakan pesawat N250 dan serial pesawat karya anak banga lainnya. Namun, hingga saat ini produksi massal terjadi, impian sudah 30 tahun lebih dan tidak pernah dimulai, diabaikan, tidak dilanjutkan, dipersulit, dan tidak dibantu,” jelas Fahd  A Rafiq. 

“Jujur hari ini kita masih takut dengan hegemoni Negara-Negara kuat, impian menguasai dirgantara dipatahkan IMF hingga saat ini tidak ada yang berani menerobosnya. IMF membatasi gerak Indonesia untuk menjadi raja udara di Negeri sendiri,” lanjut Fahd A Rafiq. 

“Empat Presiden RI setelah BJ Habibie juga tidak menganggap karya anak Bangsa untuk produksi massal pesawat tersebut dan dijadikan flagship Armada Nasional belum mampu dilakukan. Hingga saat ini Negeri yang dahulu bernama Nusantara masih mimpi dan jauh yang paham akan kekuatan nasional berbasis dirgantara sebagai alat angkut penyeimbang transportasi laut, dimana transportasi laut digunakan sebagai pembawa kargo dan barang berat ke seluruh pelosok pulau Indonesia dan transportasi udara untuk angkut manusia dan dokumen adalah tercepat. Kita bertanya lagi, ada apa dengan Indonesia atas kekuasaan dirgantara kok tidak dilanjutkan oleh kita sekarang?” sambung Fahd A Rafiq. 

“Almarhum Bapak BJ Habibie pola pikirnya strategis, beliau mengerti industri mana yang prioritas harus dimajukan agar bangsa ini mampu berdikari saat menghadapi tantangan untuk masa depan, pengembangan SDM adalah aset yang tidak terlihat guna memajukan ekonomi Indonesia berbasis ilmu pengetahuan,” tutup Fahd A Rafiq. 

Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat).