Fahd A Rafiq Mendukung Indonesia Akan Mencapai Pertumbuhan Ekonomi yang Stabil
Ketua Umum DPP Bapera Fahd A Rafiq berbicara tentang risiko global seperti perlambatan ekonomi Tiongkok dan ketegangan geopolitik .
BaperaNews - Dunia saat ini masih dihadapkan pada sejumlah risiko dan ketidakpastian yang beragam.
Faktor-faktor seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, fluktuasi harga komoditas, ketegangan geopolitik seperti perang Ukraina-Rusia dan konflik Palestina-Israel, serta perubahan iklim seperti ancaman El Nino menjadi bagian dari lanskap global yang penuh risiko.
Pertumbuhan ekonomi global juga terlihat lemah dan tidak merata, dengan proyeksi pertumbuhan hanya sekitar 2,9% pada tahun 2023, yang kemungkinan akan turun ke 2,8% pada tahun 2024.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi global ini menghadirkan risiko tambahan terhadap pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal keempat tahun 2023 dan tahun 2024, yang ditetapkan sebesar 5,2%.
Ketua Umum DPP Bapera Fahd A Rafiq dalam berita ini menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi ini juga memiliki tantangan untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Dampak perlambatan ekonomi global dan kompleksitas risiko serta ketidakpastian pada skala global, memiliki potensi untuk menghadirkan tantangan tambahan dalam mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal keempat tahun 2023 dan tahun 2024.” Ujar Fahd A Rafiq, Senin (23/10).
Meskipun Indonesia memiliki fondasi ekonomi yang solid, dengan catatan pertumbuhan ekonomi di atas 5% selama tujuh kuartal berturut-turut, inflasi yang terjaga, dan parameter ekonomi yang positif, seperti PMI Manufaktur yang masih ekspansif, serta optimisme masyarakat dari segi IKK yang tinggi, tantangan global dapat mempengaruhi pencapaian target pertumbuhan ekonomi.
Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sekitar 5,3% (yoy) pada 2023, diperkirakan diperlukan investasi sebesar Rp6.189,10 triliun, dengan mayoritas berasal dari sektor swasta. Pemerintah berencana untuk berkontribusi sekitar 9,7%, sementara sisanya akan datang dari Badan Usaha Milik Pemerintah.
Untuk target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% (yoy) pada tahun 2024, diperlukan investasi sekitar Rp6.900 triliun yang akan datang dari berbagai sumber, termasuk pemerintah, sektor perbankan, pasar modal, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), penanaman modal, dan pendanaan internal korporasi.
“Berbagai hal dapat dilakukan pada berbagai sektor, mulai dari penanamana modal asing dan juga utamanya dalam negeri, yang dapat memberikan efek kontribusi signifikan untuk memenuhi kebutuhan investasi.” Ujar Fahd A Rafiq, Senin (23/10).
Dalam konteks ini, semua pihak, termasuk pemerintah, investor, pelaku usaha, perbankan, dan media, memiliki peran penting dalam membangun optimisme dan kesinambungan dalam pembangunan ekonomi Indonesia, yang menghadapi tantangan global yang tak mudah.
Dalam menghadapi risiko global, kolaborasi dan kontribusi bersama sangat diharapkan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat.
Penulis : Ahmad G