Fahd A Rafiq: Bicara Tragedi Kanjuruhan, Nikel Sampai MTsN 19 Jakarta
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq bicarakan tragedi Kanjuruhan, Nikel hingga tragedi tewasnya 3 siswa MTsN 19 Jakarta selatan.
BaperaNews - Ada berbagai macam tipe dan karakter pada suporter sepak bola, jika tim kesayangannya dizalimi maka otomatis jiwa fanatik para suporter akan akan jauh lebih beringas untuk melawan dari pada anak STM
Fahd A Rafiq mengatakan, "Polisi adalah sekumpulan manusia pilihan yang ditugaskan negara untuk menjaga keamanan, akan tetapi manusia yang selalu eror pasti akan selalu ada, baik individunya yang mengakibatkan tercorengnya satu Instansi tersebut. Akan tetapi yang jadi fokus mata dunia adalah tewasnya ratusan orang pada tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu bahkan sepak bola Indonesia mendapat sorotan FIFA".
"Ketika sepak bola Indonesia sedang melaju untuk mendapat ranking FIFA terbaik justru tragedi terjadi, ingat di tahun 2015 Indonesia terkena Sanksi FIFA karena dualisme kepengurusan klub
Yaitu Arema Cronus dan Persebaya 1926 dengan cepat Indonesia langsung kena Sanksi FIFA. Hal inilah yang membuat kaget pencinta sepak bola tanah air. Olahraga yang seharusnya menjadi hiburan menjadi ajang pertarungan politik" ujarnya.
Kembali ke Tragedi Kanjuruhan, evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh untuk mengetahui akar dari penyebab ini. Standar-standar pengamanan menjamin keselamatan dan melindungi Hak Asasi Manusia, bagaimana standard-standard tersebut dijalankan, pengambilan keputusan aparat keamanan dalam menggunakan alat-alat kekerasan, sampai pada sejauh mana manajemen risiko dari komersialisasi kegiatan yang dilakukan.
Seperti dugaan penjualan tiket dengan jumlah yang lebih besar dari kapasitas kursi stadion dan pelaksanaan pertandingan yang semestinya bisa dilaksanakan lebih awal. Pemeriksaan ini seharusnya harus diperiksa secara menyeluruh dengan bagaimana manajemen risiko diperhitungkan dan diantisipasi perlu dilakukan. Akuntabilitas juga harus di pertanggungjawaban jabatan, jika ditemukan pejabat atau pihak yang tidak melakukan upaya-upaya pencegahan efektif.
Baca Juga : Fahd A Rafiq Ucapkan Belasungkawa Atas Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang
Fahd A Rafiq menjelaskan “Tragedi Kanjuruhan mengakibatkan tewasnya 131, hal ini menjadi kegagapan aparat keamanan dalam memahami dan merespons Psikologi Massa” imbuhnya.
“Pengamanan suporter Sepak Bola harus dibedakan dengan kegiatan pengendalian massa umum seperti unjuk rasa. Karakter massa suporter Bola memiliki keunikan sendiri. Juga bentuk bangunan fasilitas olah raga. Penegak hukum harus menggunakan pendekatan, prosedur, hingga alat kekerasan yang tepat guna menghindari penggunaan alat kekerasan yang tidak perlu dan eksesif” lanjutnya.
Fahd A Rafiq juga menyebutkan “Belajar dari insiden Kanjuruhan ini, petugas seharusnya punya kapasitas untuk membedakan mana pelaku yang memicu dan melakukan kerusuhan dan mana penonton yang patuh dan suportif. Dugaan bahwa Polisi menembakan gas air mata ke arah penonton yang berada di tribun menunjukan bahwa petugas keamanan menempatkan seluruh supporter yang berada di Stadion sebagai obyek yang harus didisiplinkan. Padahal di tribun terdapat anak, perempuan, dan orang-orang yang sama sekali tidak punya itikad ingin merusuh,” tegas Bhakti.
Fahd A Rafiq mengatakan dan ini senada Dengan Bhakti (Guru Besar UI), “Dari sisi manajemen risiko pra-kegiatan sejumlah upaya harus dilakukan yaitu, sosialisasi HAM dan prosedur manajemen huru-hara bagi petugas keamanan, kesiapan tenaga dan fasilitas medis yang memadai, rute evakuasi dalam stadion, pemilihan waktu pertandingan untuk laga yang dianggap memiliki tensi tinggi, pemeriksaan keamanan atau security check point merupakan sebagian langkah yang harus diperbaiki kedepannya” ungkapnya.
Pada akhir dari Tragedi Kanjuruhan ini membawa dampak negatif pada citra kepolisian pada beberapa bulan terakhir di tahun 2022 ini, beberapa survei menunjukan penurunan kepercayaan publik terhadap institusi Kepolisian.
“Menurut saya, Kasus Ferdy Sambo yang menjadi perhatian publik secara luas menjadi salah satu sebab. Saya rasa, tragedi Kanjuruhan akan berdampak pula pada kepercayaan masyarakat terhadap lembaga Polri. Saya rasa publik, kita semua, sudah lelah dengan berita kekerasan. Polisi harus berbenah sekarang juga,” jelas Fahd A Rafiq.
Hingga saat ini banyak pernyataan maaf dari pejabat tinggi dan belasungkawa atau kehadirannya dalam tragedi Kanjuruhan dengan mengunjungi korban.
Nikel Indonesia
Fahd A Rafiq juga menyinggung soal hasil Nikel selama 4 tahun terakhir naik dari 100 Triliun transaksinya menjadi 300 triliun “Hebat ya. Tapi transaksi segitu besar negara dapat apa? Pajak, berapa pajaknya 10%. Dapat 30 triliun plus tambah pajak pajak lainnya 50 triliun’ ujarnya.
Tapi ternyata perusahaannya bukan milik pemerintah tapi milik negara lain. Proses pengambilan nikel itu tanur (Pembakar)/ furnace dalam proses smelterkan bentuknya vertikal kilen. Proses tambang adalah mengambil dan memilih ore (Earth) yang banyak mengandung nikel di proses di smelter tadi. Maka output produknya adalah terpisahnya metal dan nonmetal.
Fahd A Rafiq mengatakan “Yang metal masih heterogen, yang non metal slacknya di buang. Yang heterogen mineral tadi yang terdeteksi banyak dan murah adalah Nikel. Ya yang bayar adalah kandungan nikel nya aja kok gitu kenapa tidak mineral contetnya yang dibayar. Maksudnya bagaimana?”.
Dalam heterogen mineral isinya ada nikel(ni), lithium (Li), osmium (os), iridium (Ir), ya kok mau aja dibayar nikelnya aja. Harusnya bayar mineral contentnya.
Iridium dibaca 0,3 %, Osmium dibaca 0,7%, iridium dibaca 200 ppm semua wajib dibayar. Bukan hanya nikel yang cm 2,1 % saja yang dibayar. Artinya apa dari setiap satu ton ada 21 kg Nikel, plus 3 kg iridium plus 7 kg osmium ya harus di bayar dong semua itu dan saat ini hanya dibayar 2,1 % saja. Indonesia hanya dapat 50 triliun, Tiongkok bisa dapat 1000 triliun.
Baca Juga : Akibat Diterjang Banjir, Tembok Roboh Di MTsN 19 Jakarta Menewaskan 3 Orang
Tewasnya 3 Siswa MTsN 19 Jakarta
Habis jatuh ketiban tangga, indonesia terus menerus dilanda tragedi dan kali ini tewasnya 3 siswa MTsN 19 Jakarta Selatan.
Fahd A Rafiq juga menyinggung bangunan MTsN 19 Jakarta “Seharusnya bangunan yang berada di dataran rendah depan, belakang, kanan, kiri harus ada resapan air. Jangan di beton semua” ujarnya.
“Air harus diberikan jalan jangan ditutup. Beberapa bulan ke depan Indonesia akan mengalami peningkatan curah hujan dan ini harus dipikirkan ulang agar tidak terjadi hal serupa” Fahd A Rafiq.
Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat)