Fahd A Rafiq Berikan 8 Solusi Untuk Menghadapi Resesi Ekonomi Pada 2023
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq berikan 8 solusi untuk menghadapi resesi ekonomi pada 2023.
Ahmad Sofyan (Kontributor) - Seluruh dunia sedang mengalami inflasi yang meningkat tajam dan cepat. Bagi para ekonom sadar akan semua ini ialah hal yang menakutkan. Bayangkan saja sebuah perjalanan ekonomi yang hebat selama 3 dekade terakhir akan segera berakhir. Sekarang kita memasuki era baru dimana ketidakstabilan stagflasi yang parah.
Fahd A Rafiq mengatakan, “Inflasi kenaikan harga dari tahun ke tahun berada di bawah target Bank Sentral Negara maju sebesar 2% selama 3 dekade ekonomi dunia terkendali. Sekarang dunia sedang dihadapi oleh stagflasi yang persisten resesi dengan inflasi tinggi" ujarnya.
Fahd A Rafiq mengucapkan, “Lalu apa yang harus kita lakukan? kita kembali melihat sejarah tahun 1970 an dunia mengalami satu dekade Stagflasi karena dua guncangan minyak negatif dan respon kebijakan yang salah menyebabkan Inflasi dan resesi dunia” imbuh
“Guncangan pertama dipicu oleh embargo minyak terhadap AS dan barat oleh OPEC setelah perang Oktober 1973 antara Israel dan negara-negara Arab. Guncangan kedua dipicu oleh revolusi islam 1979 di Iran” lanjutnya.
Dalam kedua kasus tersebut lonjakan harga minyak menyebabkan lonjakan inflasi dan resesi ekonomi minyak di barat.
Inflasi didorong oleh respon kebijakan terhadap goncangan karena Bank Sentral tidak dengan cepat mengetatkan dan memberlakukan kebijakan moneter dan fiskal yang kuat untuk menahan inflasi.
Setelah stagflasi tahun 1970 an hingga awal 1980 an, keuangan dunia melakukan sentralisasi keuangan atas kendali IMF dan strategi kembali kendalikan suku bunga yang sukses dan dicirikan oleh inflasi yang rendah di negara negara maju, pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil dan kuat dengan resesi yang pendek diatasi dengan permainan uang mudah quantitative easing dan uang ketat atau quantitative tightening.
Strategi keuangan memainkan bunga dan uang beredar tadi mulai retak ketika krisis keuangan di Amerika dan dan sebagian dunia di tahun 2008.
Baca Juga : Fahd A Rafiq Berikan Solusi Jika Indonesia Terkena Resesi
Namun, pada tahun 2017 terjadi peningkatan tajam masalah keuangan dunia dengan perang dagang Amerika dan China. Lalu pecah juga menjadi krisis keuangan dunia yang kemudian resesi ketika Covid-19, dan perang antara Rusia di Ukraina.
Kabar baik bahwa ekonomi dunia saat ini berbeda dengan inflasi yang meningkat sejak tahun 2021.
Hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan penting yang bermunculan hingga diperdebatkan oleh para ekonom, pembuat kebijakan dan investor. Seperti, apa sifat inflasi kali ini?, berapa Panjang periodenya? apa kebijakan tepat yang harus dilakukan karena selama 30 tahun dilakukan memainkan uang beredar, tinggi rendahnya bunga, kuat lemahnya Dollar, semua saat ini tidak jalan, tidak efektif, dunia tetap inflasi tinggi, daya beli terus menurun. Apakah era keuangan IMF sudah akan berakhir? Apa yang harus dilakukan dilakukan dengan telah terjadinya inflasi dan stagflasi kali ini?
Kondisi ekonomi dalam pertumbuhan ekonomi yang melemah, daya beli turun, angka pengangguran yang tinggi terjadi akibat gabungan dari banyak hal dan berbeda-beda dengan peristiwa ekonomi dunia yang lalu.
Salah satu unsur yang membuat pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah ialah perang Rusia di ukraina yang mengganggu perdagangan energi, makanan, pupuk, logam industri dan komoditas lainnya.
Pemisahan Amerika, sekutu dengan China semakin menajam disemua dimensi perdagangan mulai dari barang, jasa, modal, tenaga kerja, teknologi, data dan informasi juga politik kawasan masalah Taiwan. Ditambah dengan adanya Opec Plus memainkan harga minyak untuk selalu tinggi.
Amerika ternyata tidak membuat ekonomi lebih baik dengan strategi menaikkan suku bunga Dollar, karena mereka telah sepenuhnya dipersenjatai untuk tujuan strategis dan keamanan nasional Amerika, bukan untuk menyelesaikan masalah dunia.
Sistem perdagangan dunia rusak parah karena sanksi ekonomi terhadap Rusia meningkatkan biaya transaksi perdagangan ke nilai yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Jadi bisa terlihat pada 1970 an, keadaan saat ini di tahun 2022 guncangan negatif yang terus menerus dan berulang menghasilkan stagflasi.
Selain itu, rasio utang yang tinggi akan menciptakan kondisi krisis utang yang tidak stabil yaitu yang terburuk dari tahun 1970 an dan yang terburuk dari periode pasca krisis keuangan global.
Mungkin 5 tahun kedepan merupakan krisis utang stagflasi yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi tahun kegelapan 2023? Fahd A Rafiq berikan 8 solusi untuk menghadapi resesi ekonomi pada 2023.
Berikut 8 Solusi untuk Menghadapi Resesi Ekonomi pada 2023:
- Uang tunai adalah raja. Pelihara aset yang siap liquid saja, Non liquid asset segera jual sebelum nilainya jatuh.
- Hindari investasi dan properti berisiko tinggi, dimana saat ini krisis ekonomi investasi dan properti berisiko tinggi.
- Lunasi hutang Anda, karena bunga akan terus merangkak naik karena inflasi dan pengetatan uang beredar dari Bank Sentral.
- Jual aset sekarang juga karena sebelum harga jatuh untuk melunasi hutang Anda.
- Jauhi hutang, apapun jenis hutangnya harus ditabung mulai dari sekarang. Karena banyak kebutuhan Anda dan keluarga selama 1 tahun. Anda tidak akan mengetahui apa yang akan terjadi di tahun 2023.
- Letakan uang Anda di emas dan logam mulia, karena barang tersebut akan menjadi aset.
- Efisiensikan pengeluaran, hemat apa yang bisa dihemat dari biaya operasional hingga gaya hidup.
- Jaga kesehatan psikologi dan biologi Anda.
Kita semua tidak tahu resesi ekonomi apa yang akan terjadi di tahun 2023, alangkah baiknya kita harus mempersiapkan keburukan yang akan terjadi. Karena kita semua tidak akan bisa prediksi seberapa dalam jurang kejatuhan yang terjadi pada dunia.
Penulis: Ahmad Sofyan (Bapera Pusat)