Data Perdagangan China Mengecewakan, Rupiah Kena Imbas?
ata perdagangan China yang mengecewakan berdampak pada melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dan mata uang regional lainnya. Simak selengkapnya di sini!
BaperaNews - Nilai tukar uang rupiah berada di angka Rp 14.878 per dollar AS per hari Rabu sore (7/6).
Mata uang Indonesia ini terhitung masih lemah 18 poin atau 0,12% dibanding perdagangan sebelumnya. Sedangkan kurs Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan Rupiah ke posisi Rp 14.875 per dolar AS di hari yang sama.
Mata uang Asia bergerak bervariasi, diantaranya :
- Rupee India menguat 0,1%
- Yen Jepang 0,14%
- Ringgit Malaysia 0,12%
- Peso Filipina 0,18%
- Dolar Hong Kong 0,04%
- Dolar Singapura melemah 0,04%
- Won Korea Selatan minus 0,44%
- Yuan China minus 0,14%
Sementara mata uang negara maju juga bergerak bervariasi, yakni :
- Dolar Australia menguat 0,01%
- Euro Eropa 0,08%
- Poundsterling Inggris 0,12%
- Dolar Kanada melemah 0,09%
- Franc Swiss minus 0,01%
Baca Juga : Tidak Ribet! Kini Belanja di Malaysia Bisa Pakai Rupiah Via QRIS
Analis pasar Lukman Leong menyebut rupiah melemah karena data perdagangan China yang mengecewakan yang juga menurun, membuat investor lebih berhati-hati dan waspada.
“Rupiah melemah karena respon investor di data perdagangan China yang mengecewakan” tutur Leong.
Menurunnya data perdagangan China memang memberi dampak pada negara di sekitarnya termasuk Indonesia yang selama ini banyak menggelar kerjasama di bidang dagang dengan China. Jika perdagangan China melemah, maka barang ekspor China akan lebih kompetitif dan lebih murah ketika dibeli dengan uang asing.
Meski terkesan menguntungkan membuat dunia bisa membeli produk China dengan harga murah, namun hal ini membuat resiko yakni meningkatkan inflasi dan menekan ekonomi yang sebelumnya telah melambat.
Turunnya perdagangan China bisa berdampak pada ekspor Indonesia ke China seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dan tembaga. Maka hal ini perlu diwaspadai meski tidak selalu memberi dampak yang signifikan.
“Bisa membawa efek rombongan untuk mata uang regional terutama di Asia akan cenderung menekan atau terdepresiasi, jadi rupiah juga bisa terbawa arus itu” sambung ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal.
Meski demikian, sentimen pada rupiah secara umum masih kuat, hal ini terlihat pada hasil obligasi 10 tahun Indonesia yang dinyatakan turun ke level paling rendah sejak Januari 2022. Obligasi sendiri ialah surat utang jangka pendek dan menengah yang menerbitkan saham dengan besaran bunga selama periode tertentu.
Baca Juga : Kemenkeu Bakal Naikkan Uang Lembur PNS 2024!