Anak Korban Tragedi Kanjuruhan Ditawarkan Kapolri Masuk Polisi

Kapolri Jenderal Listyo Sigit takziah kerumah salah satu korban dan turut berduka cita, ia menawarkan anak korban untuk menjadi Polisi ketika dewasa.

Anak Korban Tragedi Kanjuruhan Ditawarkan Kapolri Masuk Polisi
Anak korban tragedi Kanjuruhan ditawarkan masuk polisi oleh Kapolri. Gambar : detik.com/Grandyos Zafna

BaperaNews - Kapolri Jenderal Listyo Sigit takziah ke rumah salah satu korban tewas tragedi Kanjuruhan yang terjadi di Malang, Jawa Timur. Ia menyampaikan duka cita mendalam dan menawarkan anak korban untuk menjadi polisi kelak ketika ia telah dewasa.

“Saya turut berduka cita akibat kejadian ini” ujar Sigit kepada ibu korban pada Senin (3/10).

Listyo Sigit kemudian mendengar tentang kesaksian pada tragedi Kanjuruhan dari keluarga korban dan menguatkan mereka agar tabah dan kuat dalam menerima ujian ini.

Sigit pun menawarkan salah satu anak korban untuk kelak jadi polisi. “Kalau kamu masuk polisi mau nggak?” tanyanya.

Kapolri Jenderal Listyo kemudian janji untuk mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang tersebut sesuai dengan arahan Presiden Jokowi. Polisi akan mengusut berdasarkan rekaman CCTV, data, fakta, dan melakukan reka ulang di tempat kejadian.

“Yang jelas kami akan usut dengan serius dan tuntas, ke depannya tentang proses penyelenggaraan dan pengamanan akan didiskusikan, akan jadi acuan” terangnya.

Baca Juga : FIFA Respon Tragedi Kanjuruhan, FIFA: Sepakbola Dunia Berduka

Selain takziah, Listyo Sigit juga menjenguk korban luka yang dirawat di RSUD Kanjuruhan dan menanyakan kepada tim medis tentang kondisi para korban.

“Dari 93 orang yang kita tangani, sisa 11 orang, sebagian besar ringan dan sedang, ringannya sudah kami pulangkan. Yang sisa 11 itu, 8 orang dirawat di IGD dan 2 orang di ICU, serta 1 orang masih di ruang rawat inap” jelas dokter yang berjaga.

Dalam kunjungan tersebut, Kapolri Jenderal Listyo Sigit didampingi oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah indar, Menpora Zainuddin Amali, dan Ketum PSSI Mochamad Iriawan. Adapun tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu malam (1/10) usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya.

Suporter Arema FC beramai-ramai masuk lapangan karena tidak terima tim kesayangan mereka kalah dari Persebaya Surabaya. Mereka melakukan tindakan anarkis dan menyerang petugas keamanan, membuat petugas panik, menyelematkan para pemain dan official dengan segera dan kemudian membubarkan massa dengan gas air mata.

Namun, gas air mata tersebut membuat penonton panik, pintu keluar belum dibuka, puluhan ribu orang berebut keluar ke pintu keluar, membuat banyak orang terinjak, berdarah, sesak nafas, dan tewas. Tragedi Kanjuruhan menjadi kesedihan bagi seluruh insan sepakbola di seluruh dunia.

Baca Juga : PSSI Beri Tanggapan Soal Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan