Alat Deteksi Kebohongan Terbaru 'Eyedetect', Cocok Digunakan Ungkap Kasus Brigadir J
Kasus Pembunuhan Brigadir J oleh Ferdy Sambo cukup memakan waktu yang lama, Alat Deteksi Kebohongan terbaru bernama 'Eye Detect' semestinya cocok digunakan ungkap kasus ini!
BaperaNews - Kasus pembunuhan Brigadir J (Yoshua Hutabarat) oleh Ferdy Sambo masih menjadi pemberitaan hangat. Tersangka tambahan kini ada lima orang, semakin hari, semakin terkuak pula adanya kebohongan yang dilakukan para pelaku untuk menutupi bagaimana dan kenapa sebenarnya Brigadir J tewas.
Pengungkapan kasus ini tak lepas dari teknologi, kepolisian menggunakan sejumlah teknologi canggih untuk mengungkap kronologi kejadian dan apa motif aslinya. Dulu, penggalian kebohongan dilakukan menggunakan Poligraf yang mendeteksi perubahan fisiologis seseorang yang diperiksa ketika memberikan keterangan yang tidak bisa diamati dengan mata normal.
Teknologi Eye Detect
Kini muncul teknologi pendeteksi kebohongan terbaru bernama Eye Detect, teknologi dari Amerika, diklaim lebih murah, cepat, dan tingkat akurasinya lebih kompetitif. Program komputer digunakan untuk menangkap dan menguraikan aktivitas mata hingga per milidetik.
Sebuah kebohongan disebut membutuhkan lebih banyak usaha dibanding mengatakan yang sebenarnya, pelaku harus berpikir keras ketika berbohong, yang akan membuat pupil matanya membesar.
Semua itu akan terdeteksi dengan Eye Detect, dibuat oleh Perusahaan Converus asal Lehi, Utah, Amerika Serikat.
Baca Juga : Keren! Teknologi Ini Bikin Orang Meninggal Bisa Bicara Sama Pelayat
CEO Converus, Mickelsen menyebut telah memberi ratusan tes angka kepada pemerintah federal dan meminta peserta memilih nomor, menuliskannya, dan tidak menunjukkan kepada siapapun. Kemudian dia menyalakan program Eye Detect di komputer. Hasilnya, Eye Detect berhasil memprediksi nomor tersembunyi dengan tingkat keberhasilan lebih dari 90%.
Poligraf vs Eye Detect
Teknologi yang ada dalam Eye Detect kemudian ditelusuri oleh dua orang Profesor dari Universitas Utah, John Kircher dan David Raskin. Keduanya ialah ahli di dunia deteksi kebohongan, mereka juga yang menciptakan Poligraf pada tahun 1991.
Eye Detect dianggap lebih baik dalam hal apapun dibanding Poligraf, hal ini diakui professor lain dari Universitas Utah diantaranya Douglas Hacker dan Dan Woltz. Pada tahun 2022, Eye Detect telah digunakan di lebih dari 60 negara dengan lebih dari 600 kasus mulai dari kasus di kepolisian, Bank, Firma Hukum, Klinik Terapi, hingga lembaga pemerintah.
Teknologi yang dipakai dalam kasus Ferdy Sambo
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia Dr. Edi Hasibuan menyarankan Polri memakai pendeteksi kebohongan untuk kasus Ferdy Sambo.
“Tim khusus Polri perlu menyiapkan lie detector saat memeriksa keluarga, pengawal, dan asisten Ferdy Sambo, kami yakin akan kelihatan siapa yang benar dan yang bohong” ujarnya.
Namun pihak kepolisian belum menjelaskan memakai teknologi pendeteksi kebohongan apa dalam penyelidikan kasus ini. rasanya 'Eye Detector' ini cocok untuk bantu ungkap kasus ini yaa
Baca Juga : Deretan Fakta Rekonstruksi Kasus Pembunuhan Brigadir J