52 Siswi SMP di Bengkulu Lukai Tangan Pakai Silet Untuk Konten
52 orang siswi SMP Negeri di Argamakmur, Bengkulu Utara melukai tangannya sendiri dengan silet untuk konten.
BaperaNews - Ngeri, 52 orang siswi SMP Negeri di Argamakmur, Bengkulu Utara melukai tangannya sendiri dengan silet. Aksi para siswi lukai tangan pakai silet tersebut membuat warga heboh.
Parahnya, siswi di Bengkulu lukai tangan pakai silet demi konten, menyayat tangan beramai-ramai. Polisi pun menyelidiki siapa sosok provokator di balik aksi lukai tangan pakai silet tidak terpuji ini.
Kapolres Bengkulu Utara AKBP Andy Pramudya menyebut pihaknya bersama dinas terkait sudah turun tangan, motif para siswa ialah ikut tren, seolah seperti ada gangster di sekolah.
“Kepala sekolahnya sudah menghubungi kepolisian dan kami sudah turun tangan berikan pendampingan” tutur Andy hari Jumat (10/3).
Aksi para siswi lukai tangan pakai silet tersebut awalnya dipergoki oleh salah satu guru, dilakukan di hari Rabu (8/3), saat itu, sejumlah siswa memiliki luka yang sama, setelah diperiksa, jumlahnya ada 52 siswa. Aksi melukai diri sendiri itu ternyata hanya untuk ikut tren di media sosial.
Pihak sekolah pun kemudian memanggil orang tua siswa agar mengawasi anak-anaknya, agar tak lagi berbuat hal sama yang bisa beresiko buruk pada keselamatan.
Baca Juga : Mahasiswi UI Bunuh Diri Jelang Wisuda Karena Ingin Persatukan Orang Tua
Alasan 52 Siswi di Bengkulu Lukai Tangan Pakai Silet
Diduga para siswi di Bengkulu melakukan hal tersebut hanya untuk mencari perhatian alias karena caper, hal ini disampaikan oleh Ainul Mardiati Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Anak dan Perempuan Bengkulu.
Berdasarkan keterangannya, sebenarnya aksi siswi lukai tangan pakai silet demi konten itu hanya satu dua orang anak saja yang caper, “Dan yang lain hanya ikut-ikutan, meniru di media sosial” ucap Ainul.
Para siswa tersebut menurut Ainul memang butuh diberi konseling agar tidak ikut-ikutan tren yang berbahaya, sebab perbuatan menyakiti diri sendiri hanya berdampak buruk, biasanya dilakukan karena kecewa dan protes kepada orang tertentu.
“Makanya perlu penggalian dan pendekatan, masalah apa yang sebenarnya terjadi, apa ada luka batin yang butuh ditangani?” pungkas Ainul.
Pihaknya akan terus lakukan pemantauan dan pendampingan pada para siswi SMP tersebut.
Anak remaja biasanya mengalami masa pubertas, ingin mendapat perhatian, ingin menjadi seperti apa yang mereka idolakan.
Namun seringkali mereka belum tahu mana langkah yang terbaik untuk dilakukan, yang tidak merugikan diri sendiri atau orang sekitar.
Sebab itu orang tua perlu lakukan pendampingan, memperhatikan anaknya, membuat anak mau bercerita perasaan dan hari-harinya, agar anak tidak lakukan hal-hal buruk untuk mencari perhatian sebagaimana yang dilakukan siswi SMP di Bengkulu Utara tersebut.
Baca Juga : Kronologi Wanita Tewas Usai Bikin Konten Gantung Diri di Bogor