Tak Hanya di Darat, Sound Horeg juga Beraksi di Laut

Viral video di media sosial memperlihatkan sound horeg setinggi lima meter, lengkap dengan rigging, ditempatkan di atas dua perahu yang berlayar di tengah laut. 

Tak Hanya di Darat, Sound Horeg juga Beraksi di Laut
Tak Hanya di Darat, Sound Horeg juga Beraksi di Laut. Gambar : Kolase Instagram/@jakarta.keras

BaperaNews - Fenomena "sound horeg" yang biasa terdengar di jalanan kini merambah lautan dan langsung menjadi viral. Dalam video yang dibagikan di media sosial, terlihat sound horeg setinggi lima meter, lengkap dengan rigging, ditempatkan di atas dua perahu yang berlayar di tengah laut. 

Suara musik yang biasanya menghentak jalanan ini kini terdengar menggema di lautan lepas. Fenomena ini menarik perhatian netizen di media sosial, banyak yang memberikan respons atas keberanian aksi tersebut.

Video yang diunggah oleh akun Instagram @awreceh.id menunjukkan sound horeg yang dibawa menggunakan dua perahu bersama sejumlah kru berpakaian seragam kaus putih.

Kapal-kapal tersebut tampak bergoyang diterjang ombak, sementara sound horeg terus memutar musik keras yang terdengar jelas di lautan. Dalam suasana yang unik ini, netizen menyampaikan beragam komentar. 

Tidak sedikit yang menghubungkan aksi tersebut dengan kehadiran Nyi Roro Kidul, mitos penguasa laut selatan Jawa, yang dianggap bisa terganggu oleh keberisikan tersebut.

Komentar-komentar pun mengalir, seperti, “NYAI TERIMALAH TUMBAL KAMI” dan “Nyi roro kidul: ‘Jancok, opo iku?’” tulis beberapa netizen.

Ada pula yang menyindir, “Kalau Bu Susi masih jadi menteri KKP, ini diledakkan atau tidak ya?” Sementara itu, netizen lain bahkan bercanda bahwa sound horeg mungkin akan menjajal udara setelah laut dan darat.

Sound horeg di Jember, Jawa Timur, sebelumnya telah menuai kontroversi di daratan. Fenomena ini dikenal karena suara bisingnya yang kerap mengganggu ketenangan masyarakat setempat.

Aksi sound horeg, yang biasanya dibawa dengan truk besar, tidak jarang mendapatkan penolakan lantaran tingkat kebisingannya yang tinggi dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar. 

Baca Juga : Driver Ojol di Bali Minta Ganti Rugi, Tak Terima Ditabrak Mobil Ambulans yang Bawa Pasien

Bahkan, ada laporan di Jember tentang kru sound horeg yang merusak atap warung warga karena kendaraannya tidak dapat melintas. 

Peristiwa ini memicu konflik antara kru sound horeg dan pemilik warung, memperlihatkan ketegangan yang timbul akibat kegiatan ini di area publik.

Di laut, sound horeg menghadirkan tantangan yang berbeda, khususnya dalam hal keselamatan dan risiko teknis. Beberapa netizen mengutarakan kekhawatiran mereka terhadap keamanan penumpang dan risiko teknis yang timbul ketika sound system besar dioperasikan di atas kapal.

Kekuatan perahu dan sound horeg dinilai tidak selalu memadai, yang bisa menyebabkan kapal terbalik atau bocor. 

Sejumlah netizen menyatakan kritik terhadap aksi ini, salah satunya dari akun @MasKarebet yang menulis, “Sangat beresiko, kekuatan konstruksi perahu dan sound horeg beresiko patah, perahu berpotensi terbalik, bocor, dan tenggelam, belum lagi bahaya aliran listrik."

Dampak dari kebisingan sound horeg juga menjadi sorotan. Akun @CakKhum berpendapat bahwa kebisingan dari sound horeg di laut berpotensi merusak pendengaran dalam jangka panjang, sementara netizen lain mengaitkannya dengan polusi suara yang mengganggu.

Bahaya tersebut tidak hanya terbatas pada pengaruh suara terhadap kesehatan, tetapi juga terhadap kondisi peralatan yang bisa berisiko rusak atau patah di tengah laut.

Komentar lain yang bernada satir muncul dari akun @satpamkuburan_ yang menulis, “Baguslah, biar gak ngerusak rumah warga, biar gak ngerusak jembatan, dan biar langsung wassalam pas tenggelam nanti." 

Aksi sound horeg di laut ini mengundang perhatian terkait regulasi dan pengawasan terhadap penggunaan sound system di area publik. Meskipun sound horeg sudah sering mendapat kritik, fenomena ini tampaknya tetap terus terjadi tanpa pengawasan ketat.

Netizen menyampaikan harapan agar dinas terkait segera turun tangan untuk mencegah insiden lebih besar, terutama karena risiko keselamatan di laut jauh lebih tinggi dibandingkan di daratan. 

Baca Juga : Baru Laku Rp30.000, Hasil Jualan Es Teh Remaja di Karawang Dipalak Preman