Kenali Penyakit Ruben Onsu Empty Sella Syndrome: Penyebab, Gejala, & Pengobatannya
Ruben Onsu diketahui didiagnosa penyakit langka Empty Sella Syndrome (ESS). Penyakit ini memang jarang terjadi, oleh karena itu tidak banyak orang yang familiar dengan penyakit ini.
BaperaNews - Presenter dan pengusaha ternama Ruben Onsu diketahui didiagnosa penyakit langka Empty Sella Syndrome (ESS). Kabar tersebut muncul setelah Ruben sempat dilarikan ke rumah sakit ketika kondisi kesehatannya menurun saat tengah bekerja di Majalengka, Jawa Barat.
Bagi Ruben, ini bukan pertama kalinya ia berjuang melawan ESS. Pada pertengahan 2022, ia sudah sempat berbagi mengenai kondisi kesehatannya yang semakin menurun. Melalui pemeriksaan MRI, ditemukan bahwa Ruben mengidap ESS, selain bercak-bercak putih yang muncul di otaknya.
Baca Juga: Profil Ruben Onsu
Empty Sella Syndrome memang jarang terjadi, oleh karena itu tidak banyak orang yang familiar dengan penyakit ini. Namun, walaupun kondisi ini terdengar menakutkan, ESS biasanya tidak mengancam jiwa jika ditangani dengan tepat.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai apa itu Empty Sella Syndrome, gejala-gejala yang ditimbulkannya, serta bagaimana kondisi ini dapat diobati. Yuk, simak terus agar kamu lebih memahami penyakit langka yang diidap Ruben Onsu ini!
Apa Itu Empty Sella Syndrome?
Gambar : Dok. royalprogress.com
Empty Sella Syndrome (ESS) adalah kondisi langka yang memengaruhi sella turcica, yaitu rongga tulang di dasar otak tempat kelenjar pituitari berada. Kelenjar pituitari memainkan peran penting dalam mengatur hormon-hormon yang mengontrol berbagai fungsi tubuh, seperti pertumbuhan, metabolisme, dan sistem reproduksi.
Dalam kasus ESS, rongga ini tampak kosong karena kelenjar pituitari mengecil atau tertekan oleh cairan otak.
Jenis-Jenis Empty Sella Syndrome
Gambar : Dok. pantirapih.or.id
1. ESS Primer
ESS primer biasanya terjadi karena adanya kelainan sejak lahir yang memengaruhi sella turcica. Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui secara jelas.
Baca Juga: Perjalanan Karir Ruben Onsu
Dalam kondisi ini, cairan otak bisa bocor dan masuk ke dalam rongga sella turcica, menekan kelenjar pituitari hingga tampak seolah-olah hilang. Walaupun terbilang langka, ESS primer bisa terjadi pada siapa saja, dan sering kali tanpa gejala yang signifikan.
2. ESS Sekunder
Di sisi lain, ESS sekunder biasanya disebabkan oleh faktor eksternal yang menyebabkan kerusakan pada kelenjar pituitari atau struktur otak di sekitarnya. Faktor penyebab ESS sekunder dapat berupa:
- Cedera kepala serius
- Operasi atau radiasi di area otak
- Tumor otak
- Perdarahan otak
- Sindrom Sheehan, yaitu kerusakan kelenjar pituitari akibat komplikasi persalinan
Meskipun kedua jenis ESS ini memiliki penyebab yang berbeda, keduanya dapat menyebabkan gangguan pada produksi hormon tubuh dan menimbulkan gejala yang serupa.
Gejala-Gejala Empty Sella Syndrome
Gambar : Ilustrasi Canva
Salah satu hal yang membuat Empty Sella Syndrome sulit untuk dideteksi adalah karena banyak penderita tidak menunjukkan gejala yang jelas. Namun, bagi beberapa orang, ESS dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang memengaruhi berbagai fungsi tubuh. Gejala yang paling sering dialami oleh penderita ESS antara lain:
1. Sakit Kepala Kronis
Banyak penderita ESS melaporkan mengalami sakit kepala yang sering kambuh. Namun, para ahli masih belum yakin apakah sakit kepala ini berkaitan langsung dengan ESS atau faktor lain yang menyertainya, seperti tekanan darah tinggi.
2. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
ESS sering kali berhubungan dengan tekanan darah tinggi, yang bisa memicu sakit kepala yang lebih parah.
3. Gangguan Hormon
ESS memengaruhi kelenjar pituitari, sehingga hal ini bisa menyebabkan berbagai gangguan hormon, seperti menstruasi yang tidak teratur atau disfungsi ereksi pada pria. Beberapa penderita ESS juga mengalami kelelahan yang luar biasa dan penurunan gairah seksual.
Selain itu, ESS juga bisa menyebabkan gejala-gejala lain yang lebih jarang muncul, seperti:
- Pembengkakan pada mata
- Perubahan penglihatan
- Kebocoran cairan serebrospinal dari hidung
Walaupun gejala-gejala ini bisa terjadi, banyak orang dengan ESS tidak menunjukkan gejala apa pun sepanjang hidup mereka.
Apakah Empty Sella Syndrome Berbahaya?
Gambar : Dok. radiopaedia.org
Banyak orang mungkin bertanya-tanya apakah Empty Sella Syndrome (ESS) adalah kondisi yang berbahaya. Untungnya, meskipun ESS terdengar menakutkan, penyakit ini umumnya tidak mengancam jiwa.
Baca Juga: Bisnis Ruben Onsu
Sebagian besar penderita ESS bahkan tidak memerlukan pengobatan khusus karena kelenjar pituitari mereka masih berfungsi dengan normal.
Namun, dalam beberapa kasus, ESS dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius jika fungsi kelenjar pituitari terganggu. ESS dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang berpengaruh pada berbagai sistem tubuh.
Misalnya, penderita bisa mengalami masalah kesuburan, gangguan menstruasi, atau penurunan gairah seksual. Pada kasus yang lebih parah, cairan serebrospinal dapat bocor dari otak melalui hidung, yang berpotensi memerlukan tindakan bedah untuk mengatasinya.
Selain itu, penderita ESS dengan tekanan darah tinggi berisiko mengalami komplikasi yang lebih berat, seperti stroke atau kerusakan organ lain akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Oleh karena itu, meskipun ESS umumnya tidak berbahaya, diagnosis dan pengelolaan yang tepat tetap penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang.
Pengobatan untuk Penderita Empty Sella Syndrome
Gambar : Ilustrasi Canva
Pengobatan untuk Empty Sella Syndrome (ESS) bergantung pada tingkat keparahan kondisi dan apakah kelenjar pituitari masih berfungsi dengan baik. Bagi sebagian besar penderita yang tidak mengalami gejala serius atau gangguan fungsi hormon, pengobatan khusus mungkin tidak diperlukan.
Dokter biasanya hanya akan memantau kondisi pasien secara berkala melalui pemeriksaan pencitraan otak dan tes darah untuk memastikan kelenjar pituitari berfungsi dengan baik.
Namun, jika ESS sudah menyebabkan ketidakseimbangan hormon, terapi hormon biasanya menjadi pilihan pengobatan utama. Terapi ini bertujuan untuk menggantikan hormon yang kurang diproduksi oleh kelenjar pituitari, seperti hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, atau hormon yang mengatur metabolisme tubuh.
Pengobatan hormon bisa berupa pil, suntikan, atau patch hormon yang diberikan secara rutin sesuai kebutuhan pasien.
Baca Juga: Anak Ruben Onsu
Pada beberapa kasus langka, jika ESS menyebabkan kebocoran cairan otak (cairan serebrospinal) ke dalam rongga hidung, tindakan operasi mungkin diperlukan untuk menghentikan kebocoran tersebut. Operasi ini bertujuan untuk memperbaiki struktur yang rusak dan mencegah infeksi atau komplikasi lain yang lebih serius.
Pencegahan Empty Sella Syndrome
Gambar : Ilustrasi Canva
Pencegahan Empty Sella Syndrome (ESS) sangat bergantung pada jenisnya. Untuk ESS primer, sayangnya tidak ada cara yang pasti untuk mencegahnya, karena kondisi ini disebabkan oleh kelainan bawaan pada struktur sella turcica yang belum diketahui penyebab pastinya.
Namun, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah ESS sekunder, yang biasanya disebabkan oleh faktor eksternal seperti cedera atau tumor. Berikut beberapa langkah pencegahan ESS sekunder:
- Menghindari cedera kepala dengan menggunakan helm dan sabuk pengaman
- Menghindari paparan zat kimia berbahaya di tempat kerja
- Menjalani skrining genetik bagi yang memiliki riwayat keluarga dengan tumor atau kanker otak
- Menjaga pola hidup sehat, termasuk tidak merokok dan menjaga berat badan ideal
Dengan menjalankan gaya hidup sehat dan berhati-hati dalam menjaga keselamatan, risiko terkena ESS sekunder dapat diminimalkan.
Kamu juga bisa membaca profil Ruben Onsu, perjalanan karier Ruben Onsu, bisnis Ruben Onsu, hingga anak Ruben Onsu.