Part 4: Fahd A Rafiq dan Grameen Bank

Fahd El Fouz Arafiq selaku ketua umum Bapera bersama pengurus Barisan Pemuda Nusantaranya sedang melakukan hal penting yakni terobosan dan inovasi dalam berkarya.

Part 4: Fahd A Rafiq dan Grameen Bank
Fahd El Fouz A Rafiq, Ketua Umum Barisan Pemuda Nusantara BAPERA. Gambar : Instagram/fahdarafiq

BaperaNews - Ketimpangan Sosial, ketidaksetaraan politik salah satu faktor pemicu hancurnya sebuah peradaban. Kita harus cegah hal itu dengan melakukan terobosan baru dengan kredit mikro yang tepat dan manusiawi. Kredit memainkan peran strategis dalam menghapus Kelaparan di Dunia. - Fahd El Fouz A Rafiq

Terobosan dan inovasi dalam berkarya itu penting inilah yang sedang dilakukan oleh Fahd El Fouz A Rafiq dengan Barisan Pemuda Nusantaranya. 

BAPERA menjadi ormas pemuda baru yang kegiatannya selalu ada hampir tiap hari diseluruh Indonesia, satu kata AMAZING. 

Para pengurus BAPERA baik Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, hingga tingkat Kecamatan dan Kelurahan sangat kreatif dalam berkarya untuk bangsa. 

Kita ingat Arnold J. Toynbee dalam A Study of History (1934) tatkala mengatakan, “Tidak ada peradaban dunia yang dibentuk oleh mayoritas. Peradaban dan perubahan itu dibangun oleh minoritas kreatif. Ketika semua orang mengatakan tidak mungkin, minoritas kreatif berkata mungkin dan dia menunjukkannya dengan data dan fakta-fakta.” 

Baca Juga : Part 1 : Fahd El Fouz A Rafiq Dan Grameen Bank

Sebelum membahas lebih jauh mengenai Grameen Bank mari sejenak kembali menengok sejarah, bahwa ketidak setaraan sosial salah satu penyebab faktor hancurnya sebuah peradaban. 

Dikutip dari BBC.com, Kekayaan dan ketidaksetaraan politik dapat menjadi pendorong utama disintegrasi sosial, seperti halnya oligarki dan sentralisasi kekuasaan di antara para pemimpin. Ini tidak hanya menyebabkan tekanan sosial, tetapi juga menghambat kemampuan masyarakat untuk merespons masalah ekologi, sosial dan ekonomi. 

Bidang cliodynamics memodelkan bagaimana faktor-faktor seperti kesetaraan dan demografi berkorelasi dengan kekerasan politik. Analisis statistik masyarakat sebelumnya menunjukkan bahwa ini terjadi dalam siklus. Ketika populasi meningkat, pasokan tenaga kerja melampaui permintaan, pekerja menjadi murah dan masyarakat menjadi sangat berat sebelah. Ketidaksetaraan ini merusak solidaritas kolektif, disusul turbulensi politik. 

Ahli kehancuran dan sejarawan Joseph Tainter berpendapat bahwa masyarakat pada akhirnya akan runtuh di bawah beban akumulasi kompleksitas dan birokrasinya sendiri. 

Masyarakat adalah pemecahan masalah kolektif yang tumbuh dalam kerumitan untuk mengatasi masalah-masalah baru. Namun, keuntungan dari kompleksitas ini akhirnya mencapai titik kepuasan yang menurun. Setelah titik ini, mau tak mau keruntuhan akan terjadi. 

Kabar yang agak melegakan adalah bahwa runtuhnya metrik bukanlah gambaran keseluruhan. Ketahanan sosial mungkin dapat menunda atau mencegah kehancuran. Yang mempercepat kehancuran yang kita buat sendiri tidak akan datang dari tetangga yang kejam, tetapi dari kekuatan teknologi kita sendiri. Keruntuhan, dalam kasus kita, bisa berarti jebakan kemajuan. 

Runtuhnya peradaban kita tidak bisa dihindari. Sejarah menunjukkan kemungkinannya, tetapi kita punya keuntungan yang unik karena kita bisa belajar dari puing-puing masyarakat masa lalu. 

Kita tahu apa yang perlu dilakukan: emisi dapat dikurangi, ketidaksetaraan disetarakan, degradasi lingkungan diperbaiki, inovasi dibebaskan dan ekonomi diberagamkan. Usulan kebijakannya sudah tersedia. Hanya kemauan politik lah yang kurang. 

Ketika pembuat kebijakan akhirnya menyadari bahwa kaum miskin adalah mitra mereka, bukan penonton atau musuh, kita akan berkembang lebih cepat dibanding yang dicapai  saat ini. 

Kembali ke Grameen Bank, Muhammad Yunus sangat yakin bahwa semua manusia memiliki keterampilan bawaan lahir. Beliau menyebutnya keterampilan bertahan hidup. Fakta bahwa kaum miskin bisa hidup jelas membuktikan kemampuan itu. Mereka tidak perlu kita ajari cara bertahan hidup, mereka sudah tahu bagaimana  caranya. Jadi dari pada membuang waktu mengajari mereka keterampilan baru, kami mencoba memaksimalkan. 

Memberikan akses kredit kepada kaum miskin, menjadikan mereka segera mempraktekkan keterampilan yang sudah mereka pahami seperti menenun, konveksi, ternak sapi dan lain lain. Para peminjam seringkali mengajari teknik teknik baru yang membuat mereka bisa lebih memanfaatkan keterampilannya bertahan hidup. Mereka mengajarkan apa yang jauh lebih baik dari yang pernah bisa kita lakukan. 

Para pengambil kebijakan di pemerintahan, ornop-ornop dan konsultan internasional biasanya memulai kerja pengentasan kemiskinan dengan menyelenggarakan program program pelatihan besar. Mereka melakukan itu karena dari awal mereka berasumsi bahwa orang menjadi miskin karena tidak terampil. Pelatihan ini mengenalkan kepentingan mereka sendiri, menciptakan banyak pekerjaan untuk diri mereka sendiri tanpa perlu tanggung jawab menghasilkan sesuatu yang konkrit. 

Baca Juga : Part 2: Fahd El Fouz A Rafiq Dan Grameen Bank

Para ahli pengentasan kemiskinan bersikeras bahwa pelatihan mutlak diperlukan oleh kaum miskin untuk meningkatkan jenjang perekonomiannya. Tetapi bila di dunia nyata, tidak bisa tidak Anda akan melihat bahwa kaum miskin menjadi miskin bukan karena tidak terampil atau buta huruf, tapi karena mereka tidak bisa menyisihkan hasil yang di dapat dari kerja mereka. Mereka tidak memiliki kontrol atas modal, dan kemampuan mengontrol modal lah yang memberi orang kekuatan untuk lepas dari kemiskinan. 

Laba tak pelak lagi bias dengan modal. Dalam kondisi tak berdaya, kaum miskin bekerja untuk keuntungan orang lain yang memiliki kontrol atas aset produktif. Mengapa mereka tidak bisa memiliki kontrol atas modal? Karena mereka tidak mewarisi modal atau kredit karena dianggap tidak layak kredit. 

Kredit harus dianggap bagian dari Hak Azasi Manusia dan bagaimana kredit bisa memainkan peran strategis dalam menghapuskan kelaparan di dunia. 

Seperti yang sudah sang pena jabarkan diatas, Barisan Pemuda Nusantara melakukan terobosan luar biasa untuk bangsa dan negerinya. Apa yang dilakukan Fahd A Rafiq adalah bukti kecintaannya kepada Indonesia.

Baca Juga : Part 3: Fahd El Fouz A Rafiq dan Grameen Bank