Maraknya Penyebaran Video Porno: Mengapa Orang Menyebarluaskannya?

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menjelaskan alasan di balik penyebaran video porno.

Maraknya Penyebaran Video Porno: Mengapa Orang Menyebarluaskannya?
Maraknya Penyebaran Video Porno: Mengapa Orang Menyebarluaskannya?. Gambar : Ilustrasi Kreator BaperaNews Via Canva

BaperaNews - Media sosial belakangan ini diramaikan dengan kasus penyebaran video porno. Publik figur Rebecca Klopper menjadi salah satu korban dari fenomena "revenge porn".

Revenge porn adalah bentuk pelecehan seksual yang terjadi ketika seseorang dengan sengaja menyebarkan gambar atau video seksual tanpa izin.

Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah, mengapa ada orang yang memilih untuk menyebarkan video porno?

Dr. Rose Mini Agoes Salim, dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, menilai ada sejumlah pendorong seseorang untuk menyebarkan konten semacam ini.

"Mungkin juga orang yang menyebarkan video porno karena sensasi, yang kemudian ia mendapatkan banyak respons dari orang lain," ujarnya saat dihubungi Kompas, Rabu (30/12/2020).

Pada dasarnya, masyarakat sudah memahami regulasi mengenai penyebaran konten di media sosial seperti yang diatur dalam UU ITE. Namun, banyak yang masih kurang paham dampak yang mungkin timbul dari tindakan ini.

"Hal itulah yang harus diedukasi kepada masyarakat," ungkap Dr. Romy. 

Baca Juga : Awas Nonton Video Porno di Twitter, Banyak Link Phising

Masyarakat juga harus mempertimbangkan dampak lain. Salah satunya adalah potensi link video porno tersebut dibuka dan ditonton oleh anak-anak atau mereka yang masih di bawah umur.

"Maka dari itu, tangan kita memiliki tanggung jawab, apa yang kita kirimkan, apa yang kita berikan kepada orang lain maka harus dipertimbangkan baik-baik," tambah Dr. Romy.

Penyebaran link video porno atau konten serupa bukan hanya didorong oleh keinginan sensasi. Psikolog asal Solo, Hening Widyastuti, menyebut ada dua tipe psikis dari orang yang memahami informasi tentang seks.

"Jika positif dalam berpikir dan didukung mental yang stabil, biasanya kurang berminat dengan hal 'esek-esek' seperti itu," ungkap Hening, 8 September 2019.

Fenomena "revenge porn" sendiri bukanlah hal baru. Kasus-kasus penyebaran gambar atau video seksual tanpa izin, seringkali sebagai bentuk balas dendam, semakin marak ditemukan di kalangan anak muda.

Dorongan balas dendam, dikombinasikan dengan kurangnya empati dan kebutuhan untuk merasa berkuasa, menjadi beberapa alasan mengapa seseorang memutuskan untuk menyebarkan video porno.

Ketika menyinggung soal revenge porn, ada beberapa hal yang perlu dicermati. Kurangnya empati mungkin saja membuat mereka tidak sepenuhnya memahami rasa sakit dan trauma yang dapat dialami oleh korban akibat tindakan mereka.

Fenomena ini juga diwarnai dengan adanya tindakan "sextortion", di mana seseorang mengancam untuk menyebarkan gambar atau video seksual bila korban tidak memenuhi permintaan pelaku.

Sebagai masyarakat, kita perlu waspada terhadap bentuk kejahatan menyebarkan video porno ini. Edukasi dan pemahaman mengenai dampak negatifnya, serta pentingnya memahami tanggung jawab moral dalam bermedia sosial, adalah kunci untuk meminimalkan risiko dan memberikan lingkungan digital yang lebih aman bagi semua pengguna. 

Baca Juga : Pasutri Ikut Pesta Seks Orgy di Apartemen Jaksel