Kabel Bawah Laut Australia Ke Singapura Lintasi RI, Luhut: Harus Izin dan Bayar
Australia ingin membangun kabel listrik di bawah laut yang akan terhubung dengan Singapura, Luhut wajibkan Australia izin dan bayar!
BaperaNews - Australia ingin membangun kabel listrik di bawah laut yang terhubung dengan Singapura, Indonesia akan menjadi Negara yang wilayahnya dilintasi proyek tersebut.
Menkomarives Luhut Binsar menegaskan Australia harus meminta izin dulu dan bayar kepada Indonesia dan hal itu sudah ia sampaikan kepada pihak Australia.
“Terkait dengan rencana pemasangan kabel bawah laut dari Australia ke Singapura, saya sudah bilang ke pihak Australia kalau mereka harus minta izin dan bayar, kita ini negara berdaulat, kita tunjukkan kita hebat” ujarnya pada Kamis (8/9).
Luhut menjelaskan, pemerintah saat ini sedang meningkatkan digitalisasi dan hilirisasi produksi dalam negeri ke dalam e-katalog, termasuk yang sedang didorong ialah proyek kabel di bawah laut.
“Seperti kabel bawah laut, bisa kita produksi dalam negeri, kita buat semua, lalu dimasukkan ke dalam e-katalog sehingga efisien dan menurunkan korupsi” imbuhnya.
Luhut mencontohkan, industri alat kesehatan sebelumnya 85% impor, saat ini 40% sudah diproduksi sendiri di dalam negeri.
“Pemerintah saat ini melakukan audit, seperti kelapa sawit, kita temukan belum benar pembayarannya, sehingga setelah di audit akan banyak penerimaan pajak dari kelapa sawit, Anda bisa bayangkan besar dampaknya untuk Indonesia, transformasi ini yang banyak orang tidak tahu” terangnya.
Baca Juga : Kecam Serangan Bom Di Kedutaan Rusia, China Desak Afghanistan Pastikan Keamanan Diplomat
Luhut Binsar menyimpulkan, kenaikan komoditas dalam negeri membuat nilai tambah, hilirisasi, efisiensi, dan digitalisasi meningkat. E-katalog bisa menghemat 20% dan menarik UMKM untuk tumbuh karena promosi melalui digital lebih cepat dan hemat serta luas jangkauannya.
Pendapatan Negara juga bisa didapatkan dari Negara lain yang melibatkan Indonesia dalam proyeknya, seperti proyek kabel bawah laut Indonesia.
“Saat ini kami menyusun peta jalan untuk hilirisasi nikel ore, kelapa sawit, dan bauksit. Kita berdayakan downstream industry, kalau semua berjalan baik, target kami tahun 2030 pendapatan per kapita bisa mencapai USD 10 ribu” pungkasnya.
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Sistem Komunikasi Kabel Bawah Laut Indonesia Akhmad Ludfy mengatakan industri kabel bawah laut masih menggunakan sumber daya dari luar negeri.
Sedangkan untuk pemasangannya, Sekjen Asosiasi Sistem Komunikasi Kabel Bawah Laut Indonesia Amri Chatib mengatakan pasar cukup bagus.
“Walaupun dalam kondisi Covid-19, ekonomi masih bergelut di angka USD 150 juta” tandasnya.