Jembatan di Mamasa Ambruk, Belasan Siswa Terjatuh ke Sungai
Sebuah jembatan gantung sepanjang 20 meter di Mamasa, Sulawesi Barat, ambruk dan mengakibatkan sejumlah siswa terjatuh ke sungai.
BaperaNews - Sebuah jembatan gantung sepanjang 20 meter di Desa Tadisi, Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, ambruk pada Jumat (4/10) sekitar pukul 11.00 Wita.
Saat kejadian, sejumlah murid sekolah dasar tengah melintasi jembatan tersebut, dan beberapa di antaranya terjatuh ke dalam sungai. Meski demikian, tidak ada laporan korban jiwa dalam insiden ini.
Kepala Desa Tadisi, Paulus Palullungan, menjelaskan bahwa warga yang tinggal di sekitar lokasi kejadian segera memberikan pertolongan setelah jembatan ambruk.
"Anak-anak sekolah melintas, ada yang tercebur ke sungai, tetapi tidak ada korban jiwa," ungkap Paulus saat dimintai keterangan pada Sabtu (5/10).
Paulus juga menambahkan bahwa jembatan gantung tersebut sudah berusia tua dan merupakan bagian dari proyek PNPM beberapa tahun lalu.
Meski insiden ini melibatkan sejumlah siswa terjatuh, Paulus belum memastikan apakah ada di antara mereka yang mengalami luka. Warga sekitar cepat tanggap dan langsung menolong para murid yang tercebur.
"Di ujung jembatan ada rumah warga. Mereka langsung memberikan pertolongan kepada anak-anak yang jatuh," ujarnya.
Paulus menyebutkan bahwa jembatan gantung yang ambruk tersebut sebenarnya hanya merupakan jalan alternatif bagi warga Desa Tadisi.
Jembatan ini membentang di atas Sungai Sumarorong, dan meskipun ambruk, aktivitas warga tidak banyak terganggu.
"Itu hanya jalan alternatif. Ada atau tidaknya jembatan itu, aktivitas warga tidak terhambat. Hanya selisih 50 meter saja kalau lewat jalan lain," terangnya.
Baca Juga : Wanita Terjatuh dari Motor dan Terjun ke Bawah Jembatan Suhat Malang
Usia jembatan yang sudah tua menjadi salah satu penyebab utama ambruknya. Jembatan ini dibangun sebagai bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) beberapa tahun silam.
Menurut Paulus, kondisi jembatan sudah lama mengalami penurunan kualitas, namun karena tidak mempengaruhi mobilitas warga secara signifikan, perbaikan jembatan tidak menjadi prioritas.
"Sudah tua, dan memang jembatan ini bukan akses utama. Jadi, usulan untuk merehab jembatan ini tidak saya prioritaskan," tambahnya.
Paulus juga mengungkapkan bahwa biaya untuk memperbaiki jembatan gantung tersebut sangat besar, sehingga pemerintah desa belum mengajukan permohonan perbaikan.
"Kalau direhab, tidak mungkin hanya rehab ringan. Biayanya besar karena harus dilakukan rehab berat," jelas Paulus.
Jembatan gantung yang berfungsi sebagai akses alternatif ini menjadi jalur yang sering digunakan oleh anak-anak sekolah dan warga setempat.
Namun, dengan kejadian ambruknya jembatan ini, warga diharapkan untuk menggunakan jalan utama yang lebih aman, meski jaraknya sedikit lebih jauh.
Meskipun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ambruknya jembatan gantung ini, keselamatan anak-anak sekolah menjadi perhatian utama.
Banyak pihak yang mengharapkan adanya evaluasi terhadap kondisi jembatan-jembatan di daerah pedesaan yang seringkali digunakan oleh anak-anak sekolah sebagai akses menuju tempat belajar mereka.
"Ke depan, kita berharap ada perhatian lebih dari pihak terkait untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak, terutama jembatan yang digunakan oleh anak-anak sekolah," harap salah satu warga setempat.
Sampai saat ini, belum ada keputusan resmi terkait apakah jembatan gantung tersebut akan segera diperbaiki atau tidak.
Namun, pemerintah desa telah menyarankan warga untuk menggunakan jalan alternatif yang lebih aman dan tidak melintasi jembatan yang ambruk.
Baca Juga : Jembatan di China Utara Ambruk, 11 Orang Tewas dan 30 Lebih Hilang