Isi Curhatan Mahasiswi Undip yang Bunuh Diri Diduga Korban Bullying: Sakit Sekali
Isi curhat ARL, mahasiswi Undip, mengakhiri hidupnya setelah mengalami tekanan berat dan bullying.
BaperaNews - Kasus bunuh diri yang menimpa seorang mahasiswi PPDS Anestesi FK Undip, ARL, telah mengguncang banyak orang. Dokter muda ini diduga mengakhiri hidupnya karena tekanan berat yang ia alami selama menjalani pendidikan di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah.
Kisah tragis ini menjadi sorotan setelah isi diary ARL yang mengungkapkan perasaan sakit dan tertekan terkuak ke publik.
ARL, mahasiswi kedokteran PPDS Anestesi di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara menyuntikkan obat bius jenis Roculax.
Kasus ini semakin mencuat setelah berbagai sumber mengungkapkan bahwa tindakan tragis ini diduga kuat dipicu oleh bullying yang dialaminya selama masa pendidikan.
Menurut informasi dari teman dekat dan pacar korban, ARL sering kali terlihat menangis di dalam kamarnya sebelum kejadian naas tersebut. Selain itu, tekanan yang dialaminya juga tercermin dalam diary pribadi yang ditemukan setelah kematiannya.
Dalam catatan tersebut, ARL menggambarkan betapa berat beban yang harus ia tanggung sebagai dokter muda di PPDS Anestesi Undip.
Baca Juga: Mahasiswi Kedokteran PPDS Undip Bunuh Diri dengan Obat Bius Diduga Jadi Korban Bullying
Salah satu curhatan dalam diary yang ditemukan bertanggal 5 Juli 2024, sangat menggambarkan perasaan putus asa dan kesakitan yang dialami ARL:
1 semester aku berjuang di sini.
Terlalu berat untukku
Sakit sekali.
Beban fsiknya begitu besar.
Aku ingin berhenti.
Sakit sekali, sungguh sakit.
Rasanya masih sama,
Aku ingin berhenti.
Aku tidak sanggup setiap hari bekerja seperti ini.
Ada yang bisa menolong saya?
Apa Tuhan tau saya tersiksa?
Apa Tuhan tau aku kesakitan?
Kenapa di setiap aku berharap.
Tidak pernah ada jawabannya.
Apa Tuhan membenciku?
Aku selalu menjerit mohon pertoongan.
Tapi kenapa aku dibiarkan?
Apa aku dilahirkan hanya untuk mengakhiri?
Seni kehidupan mana yang kulihat dahulu sehingga aku setuju untuk memililih dilahirkan?
Aku tidak serta merta menyerah tanpa berusaha.
Aku sudah menanggung banyak.
Aku manusia biasa.
Punggungku terasa amat sangat sakit setiap pulang.
Pulang dini hari, bukan duduk-duduk saja.
Aku merasakan sakit yang luar biasa mala mini.
Aku tidak sanggup lagi meneruskan siklus ini.
Aku mohon, maafkan aku.
Maafkan aku yang menyerah.
Aku sudah berjuang.
Aku sudah sangat berusaha.
Aku mohon,
Aku mohon.
Aku tidak sanggup lagi.
Bila harus menanggung lebih lama lagi.
Aku sendirian, aku berjuang sendiri.
Tidak ada yang menolongku.
Aku tidak ingin sesakit ini lebih lama lagi.
Semoga Tuhan mengampuniku.
Tuhan, aku sakit.
Aku mohon tempat aku pulang
Kutipan ini menunjukkan betapa berat tekanan fisik dan mental yang harus dihadapi oleh ARL sebagai seorang dokter muda. Kesakitan yang ia alami membuatnya merasa tidak mampu lagi melanjutkan hidup, yang akhirnya mendorongnya untuk mengambil keputusan ini.
Tidak hanya bullying, ada dugaan bahwa Aulia juga diduga menjadi korban pelecehan seksual selama menjalani pendidikan di PPDS Anestesi Undip. Hal ini diungkapkan oleh sebuah akun di platform media sosial X (@convobase)
Akun tersebut mengklaim bahwa diary Aulia memuat banyak catatan yang mengungkapkan pengalaman pahitnya selama di Undip, termasuk perlakuan tidak menyenangkan dari senior dan rekan-rekannya.
"Ada akun Instagram yang bakal ngespill catatan harian Risma yang curhat tentang bullying di Anestesi Undip," tulis akun tersebut.
Lebih lanjut, akun Instagram @auliarismadiary yang kini telah memiliki 88 unggahan, juga menjadi sumber pembuka banyak rahasia yang dialami Aulia. Akun tersebut memposting berbagai kutipan dari diary Aulia, yang semakin menguatkan dugaan bahwa Aulia tidak hanya mengalami bullying tetapi juga pelecehan seksual secara verbal.
“Tidak hanya bullying yang Aulia dapatkan, namun juga pelecehan seksual verbal,” ungkap akun tersebut.
Baca Juga: Kemenkes Hentikan Sementara Program Anestesi Undip Setelah Mahasiswi Bunuh Diri