Imbas Minum 15 Kopi Sachet dan 2 Bungkus Rokok Sehari, Pemilik Bengkel Cuci Darah 2 Kali Seminggu
Wiji Untara, pemilik bengkel dari Kulon Progo, harus menjalani cuci darah dua kali seminggu akibat kebiasaan hidup tidak sehat.
BaperaNews - Wiji Untara alias Toro, pemilik bengkel di Padukuhan Kepek, Kalurahan Pengasih, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, harus menjalani cuci darah dua kali seminggu sejak usia 39 tahun.
Hal ini disebabkan oleh kebiasaan hidup tidak sehat, termasuk konsumsi hingga 15 kopi sachet dan dua bungkus rokok setiap hari.
Toro (45) mengungkapkan bahwa ia harus rutin menjalani hemodialisis (HD) di Rumah Sakit Umum (RSU) Rizki Amalia Temon untuk menyelamatkan nyawanya.
Setiap minggunya, Toro berangkat sendiri ke rumah sakit menggunakan motor. Bekas luka di lengannya, yang merupakan tanda pemasangan AV-Shunt sebagai akses HD, menunjukkan betapa serius kondisi kesehatannya.
"Kata dokter ada kista di ginjal saya," kata Toro.
Kondisi ginjalnya yang rusak membuat kadar kreatinin dalam urinenya mencapai 16,7 miligram per desiliter (mg/dL), jauh di atas kadar normal.
Toro akhirnya memutuskan untuk mengikuti saran dokter untuk menjalani cuci darah setelah merasakan gejala seperti sesak nafas, lemah, dan letih yang semakin parah.
Baca Juga: Kasus Cuci Darah pada Anak Sedang Marak, Heru Budi Tekan Dinkes dan Disdik Edukasi Makan Sehat
Awalnya, Toro merasa tubuhnya tidak seperti biasanya. Temannya di laboratorium rumah sakit menyarankan agar ia segera memeriksakan diri.
Setelah didiagnosis, Toro menyadari bahwa kebiasaan hidupnya yang tidak sehat menjadi penyebab utama kerusakan ginjalnya. Dokter mengupas pola hidupnya di masa lalu yang berimbas buruk pada ginjalnya.
"Dulu bisa bekerja hingga pukul 02.00 WIB pagi. Tidak tahu kenapa. Dulu senang sekali hanya tenggelam di mesin, kopi dan rokok," ungkapnya.
Kebiasaan bekerja larut malam dengan asupan kopi dan rokok berlebihan tanpa cukup makan dan minum air putih mengakibatkan gejala sakit pinggang yang berkepanjangan. Pada akhirnya, kondisi tubuhnya memburuk dan menunjukkan pembengkakan di berbagai bagian tubuh.
Perjuangan Toro untuk menjalani cuci darah tidak lepas dari dukungan teman-temannya.
"Diculik teman-teman mancing (untuk cuci darah), dibantu uang, hingga dibantu agar bisa dicover BPJS. Sekarang lebih baik kondisi, tinggal kita jalani penuh semangat kehidupan kita," kata Toro.
Kini, Toro masih tetap menjalankan bengkelnya dengan semangat, meski tidak sekeras dulu.
Toro harus menutup bengkelnya lebih awal, sekitar pukul 16.00 WIB, agar bisa menghabiskan waktu bersama keluarganya. Istri Toro sesekali berjualan jajanan pasar, sementara Toro berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya yang cukup besar.
Anak pertama Toro yang putus sekolah memiliki hobi IT, sementara anak-anak lainnya masih bersekolah di tingkat SMA, SMP, dan SD. Penghasilan Toro dari bengkel bervariasi, mulai dari Rp100.000 hingga Rp150.000 per hari, dan bisa mencapai Rp500.000 jika ramai pelanggan.
Toro menekankan pentingnya menjaga kesehatan ginjal kepada orang lain.
"Ingatlah, sayangi ginjal kalian," ujarnya.
Meski ginjalnya sudah tidak berfungsi, Toro tidak pernah mengeluh dan terus bekerja demi keluarganya. Tidak ada cara pengobatan lain selain menjalani hemodialisis atau memperoleh donor ginjal.
"Hakikatnya laki-laki itu bekerja. Bukan mengeluh. Tidak boleh cengeng," tegas Toro.
Baca Juga: Usai Banyak Anak Kecil Cuci Darah, KPAI Sarankan Negara Harus Kendalikan Industri Makanan