Harga Minyak Goreng Naik ! Ini Alasan Utamanya
Akhir-akhir ini harga minyak goreng menjadi mahal dan meresahkan para ibu rumah tangga, inilah penyebab kenapa harga minyak goreng semakin mahal, berikut informasinya!
BaperaNews - Kenaikan harga minyak goreng di pasaran akhir – akhir ini banyak meresahkan para ibu rumah tangga pada umumnya. Mengingat minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap harinya.
Dilansir dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, minyak goreng yang mengalami kenaikan harga sebelumnya adalah minyak goreng dalam kemasan yang mempunyai merk 1, minyak goreng dalam kemasan yang mempunyai merk 2, dan juga minyak goreng curah.
Untuk minyak goreng yang mempunyai merk 1, kenaikan harga di pasaran setidaknya mencapai 0,58 persen yakni kisaran Rp 100 menjadi harga Rp 17.300 per kilogramnya. Di daerah Padang sendiri ditemukan harga minyak goreng dengan merk 1 sebesar Rp 18.250. Kemudian di DKI Jakarta harga yang beredar menjadi Rp 17.350 per kilogramnya dengan kenaikan sebesar Rp 450.
Sedangkan minyak goreng dengan merk 2 juga mengalami kenaikan harga sebesar 0,6 persen di pasaran kisaran Rp 100 menjadi Rp 16.800 per kilogramnya. Wilayah DKI Jakarta mengalami kenaikan sebesar Rp 350 menjadi Rp 17.500 yang semula harganya berkisar Rp 17.150 per kilogramnya.
Dari kondisi di lapangan, yang jelas – jelas di semua daerah tanpa terkecuali mengalami kenaikan harga minyak goreng, tentu ada alasannya dong. Pasti banyak orang yang bertanya – tanya, kenapa dan apa alasannya?
Pihak Kementerian Perdagangan pun menjelaskan perihal kenaikan harga minyak goreng di pasaran hingga saat ini. Oke Nurwan (Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri) memberikan penjelasan bahwa banyak negara yang mengalami beberapa masalah sehingga berdampak kenaikan harga minyak goreng di ruang lingkung global. Tak hanya di Indonesia saja yang mengalami kenaikan, ternyata semua negara juga ikut merasakan dampaknya.
“Argentina dan Kanada yang merupakan salah satu produsen terbesar Canola Oil mengalami kendala di lapangan yang menyebabkan produksinya mengalami penurunan cukup drastis setidaknya 7 persen. Ini sangat menghambat pasokan Canola Oil dunia,” kata Oke Nurwan (Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri).
“Tak hanya itu, penurunan produksi juga terjadi di Malaysia sebagai pemasok Crude Palm Oil dengan alasan kekurangan tenaga kerja akibat dampak dari pandemi yang berkepanjangan. Kemudian di beberapa negara seperti Eropa, China dan India mengalami krisis energi sehingga beralih ke biodiesel. Ditambah lagi biaya logistik yang meningkat tajam karena dampak dari penurunan frekuensi pelayaran akibat pandemi,” tambahnya.