Fahd A Rafiq : Indonesia Wajib Kejar Ketertinggalan Di Berbagai Bidang Dari Negara-Negara Maju

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menegaskan bahwa Indonesia harus mengejar apapun yang telah tertinggal di berbagai bidang dari Negara-Negara maju.

Fahd A Rafiq : Indonesia Wajib Kejar Ketertinggalan Di Berbagai Bidang Dari Negara-Negara Maju
Fahd A Rafiq menegaskan RI harus mengejar apapun yang tertinggal di berbagai bidang dari Negara-Negara maju. Gambar : Pixabay.com/Dok. Reinaldoreinhart

Ahmad Sofyan (Kontributor) - Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq memberikan penjelasan kepada para pemuda saat ini untuk tidak membenci sesuatu lalu dipecahkan dengan cara mengkritik, apabila ingin mengkritik harus disertai dengan solusi. Sebab, mengkritik dengan menggunakan narasi kebencian akan menghancurkan persatuan secara perlahan. 

“Jadi, mari kita sibukkan diri dengan karya inovatif yang berujung pada kemajuan bangsa disertai dengan kekuatan intuisi dan lompatan imajinasi,” ujar Fahd A Rafiq di Jakarta, pada Jumat (25/11). 

“Tidak akan ada yang bisa merubah nasib suatu kaum, bangsa dan sebuah negeri jika bukan bangsa itu sendiri yang merubahnya,” lanjutnya. 

Diketahui, Indonesia menjadi sebuah Negara merdeka pada 17 Agustus 1945 dengan sebuah perencanaan yang begitu matang, dan perjuangan yang panjang. Saat itu anak bangsa Indonesia banyak yang tumpah darah atas dasar common sorrow atau menderita bersama. 

“Dan hari ini Indonesia telah merdeka, namun masih terdapat jebakan-jebakan yang mengekang bangsa ini dan tidak ada habisnya,” imbuh Fahd A Rafiq. 

Membangun sebuah Negara tidak mudah, pada awal kemerdekaan, Indonesia masih diganggu oleh Belanda dengan pemberontakan dari dalam negeri. Saat ini langkah Indonesia menjadi negara maju sangat dibatasi oleh Negara-Negara yang memiliki kepentingan akan kekayaan alam Indonesia. 

“Lamanya Indonesia untuk merdeka itu disebabkan karena adanya pengkhianat bangsa yang kongkalingkong dengan pihak penjajah, bahkan sesama anak bangsa yang beda haluan harus saling sikat pada zaman itu,” tegasnya. 

Fahd A Rafiq percaya bahwa hakikat setiap Negara di dunia ini pasti menginginkan berdikari (Berdiri Diatas Kaki Sendiri). Namun, ucapan tersebut tidak semudah perjuangan yang akan dilakukan. Seperti halnya, India, Tiongkok dan banyak Negara lainnya yang ingin merdeka dalam arti sesungguhnya. 

Terlebih lagi di era modern seperti ini, pasti banyak sekali hambatan untuk berdikari dan pastinya juga akan diganggu oleh Negara lain. Apalagi Negara berkembang yang permasalahannya tidak pernah jauh dari soal ekonomi sehingga semangat juangnya begitu mudah untuk dipatahkan. 

Kemerdekaan Indonesia yang telah dicapai pada 1945 itu bukanlah pencapaian akhir. Puncaknya adalah ketika rakyat dibebaskan untuk berkarya, sebab jika karya-karya Nusantara buah hasil dari anak bangsa tidak dijaga, resikonya karya tersebut bisa diambil oleh negara lain. 

Fahd A Rafiq selalu memberikan semangat dengan mengutip narasi dari Jenderal Besar Soedirman yang berbunyi, “Percaya dan yakinlah bahwa kemerdekaan satu negara yang didirikan di atas timbunan reruntuhan ribuan jiwa, harta benda dari rakyat dan bangsanya tidak akan dilenyapkan oleh manusia, siapapun juga”. 

Narasi positif tersebut telah Fahd A Rafiq sampaikan kepada publik untuk menjadi sebuah dorongan kepada generasi bangsa agar terus berupaya untuk mengangkat dan mengharumkan kembali nama banga Indonesia kembali disegani dan maju seperti Nusantara dulu. 

“Jangan pernah berhenti untuk berusaha dan saya sangat meyakini itu bahwa ujung usaha adalah takdir. Semua orang di Indonesia hari ini bisa berdiri di atas situasinya dan mendapatkan kesuksesan bila mereka mendedikasikan dan bersemangat dengan apa yang mereka kerjakan,” tegasnya. 

Fahd A Rafiq mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dan Airlangga Hartarto Hartarto Menteri Perekonomian RI tempuh saat ini yakni ingin menjadikan Indonesia lebih baik kedepannya. 

Diketahui saat ini kondisi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja, akan tetapi Indonesia tetap tegar dan terus berinovasi agar NKRI dapat meminimalisir ancaman Resesi Global. 

Baca Juga : Fahd A Rafiq Usulkan 1 Juta Tentara Dan Polisi Aktif Harus diwujudkan

Fahd A Rafiq menjelaskan bahwa apabila terdapat sebuah Negeri yang ingin maju, individunya harus diarahkan untuk memiliki kekuatan Intuisi dan imajinasi dengan dorongan seperti mencintai kegiatan yang saat ini sedang dilakukan. 

“Kita harus punya tekad untuk meninggalkan jejak sejarah di Alam semesta, kita harus memeras otak kita karena manusia biasa hanya menggunakan 5-6 persen kapasitas otaknya, kita harus memaksimalkan kapasitas otak, naiklah 20-60 persen. Disisi lain kita juga harus berani berpikir berbeda khususnya soal karya dalam bidang teknologi hingga pendidikan dan yang pasti kita harus menggunakan Bahasa yang mudah dipahami banyak orang” ujarnya.

Mengutip dari lirik lagu Indonesia raya “Bangunlah Jiwanya, bangunlah bangsanya”. Fahd A Rafiq menjelaskan juga bahwa “Kemerdekaan suatu negara dapat dijamin teguh berdiri apabila berpangkal pada kemerdekaan jiwa. Jadi, jiwa jiwa muda harus dibangun untuk dimasukkan ke dalam pikiran bawah sadarnya. Sehingga, Indonesia wajib menjadi Negara maju dan mengejar ketertinggalan dari bangsa bangsa lain” pungkasnya.

Fahd A Rafiq menceritakan, “Kita yakin dan percaya bahwa Indonesia adalah bangsa yang mampu memaksimalkan kekuatan akal pikirnya. Kembali meligar sejarah Operation Paper Clips, dimana ada sebuah negara yang merampok para Individu individu berkualitas dari Jerman yaitu bangsa Amerika. Mereka mengumpulkan dan merekrut ilmuwan dan insinyur Jerman yang berjumlah sekitar 1.600 orang yang terjadi antara tahun 1945 dan 1959 oleh Amerika Serikat” imbuhnya.

Bangsa Amerika menjadi bangsa yang maju dibidang teknologi dan wajar akhirnya negeri Paman Sam ini mendominasi penghargaan Nobel saat ini dan Negeri Amerika ini  menerima atas hak kekayaan intelektual terbesar di dunia. 

Melihat dari data Bank Dunia tahun 2016 menunjukkan bahwa Amerika Serikat mencatat penerimaan dari hak atas kekayaan intelektual senilai US$ 126,2 miliar mengalahkan Belanda yang berada di posisi kedua dengan nilai US$ 42,8 miliar serta Jepang di tempat ketiga dengan nilai US$ 36,6 miliar. Singapura satunya satunya wakil dari Asia Tenggara.

Apakah kita perlu memodifikasi operasi Paper Clips yang dilakukan Amerika? Untuk memberikan kewarganegaraan Indonesia kepada ilmuwan ilmuwan dunia yang tersisih dari kompetisi Nobel tersebut?

“Karena sepengetahuan saya banyak ilmuwan yang disingkirkan karena mungkin ilmu mereka terlalu canggih. Kita Indonesia bisa menampungnya, Bagaimana dengan ide ini?” Tutup Fahd A Rafiq.

Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat)