Tepat 1 Rajab 1444 dan Pulang Umroh, Fahd A Rafiq Langsung Ziarah Ke Wali Songo
Ketua Umum DPP Bapera Fahd A Rafiq melakukan agenda rutin setelah umroh yakni ziarah ke makam wali songo pada Senin (23/1) bertepatan dengan tanggal 1 Rajab 1444 hijriah.
Ahmad Sofyan (Kontributor) - Ibadah umroh Bapera kloter 7 telah selesai dilaksanakan, usai melakukan ibadah umroh Ketua Umum DPP Bapera Fahd A Rafiq langsung melanjutkan ziarah ke makam Wali Songo pada Senin (23/1) bertepatan dengan tanggal 1 Rajab 1444 hijriah.
Tidak perlu diragukan lagi akan spiritualitas dari Ketua Umum Fahd El Fouz A Rafiq yang mana ibadah umroh dan ziarah merupakan sebuah rutinitas yang tidak pernah ketinggalan. Ziarah ke makam Wali Songo merupakan agenda tahunan, sedangkan umroh adalah agenda yang bisa dilakukan setahun 3 kali, sebab program tersebut bertujuan untuk memberikan semangat kepada para anggota dan seluruh pengurus Bapera di Indonesia.
Ormas Barisan Pemuda Nusantara (Bapera) langsung menghentak Negeri ini, yang mana Ormas baru ini juga langsung memberikan warna baru dalam dunia organisasi masyarakat di Tanah Air.
Fahd A Rafiq mengatakan, “Ibadah umroh dan ziarah mengajak kita pada wisata spiritual. Ibadah umroh adalah jejak nubuat, sebagai tempat yang mempunyai nilai sejarah seperti makan para wali Allah, jika di Mekkah ada makam Nabi Ibrahim AS, maka di Madinah ada makam Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya (Abu Bakar As-Shiddiq dan Umar bin Khattab)”.
“Jejak nubuat dikategorikan sebagai tempat yang mempunyai nilai sejarah kenabian sebagaimana makam para Wali Allah. Para Wali dan kekasih Allah itulah yang mampu menghadirkan pancaran sinar keilahian dan cahaya Nubuat yang akhirnya bisa menghadirkan daya tarik secara otomatis,” lanjut Fahd A Rafiq.
Baca Juga : Gelombang Ke-7, Ketum DPP Bapera Berangkatkan Umroh Kebangsaan Secara Gratis
Menurut Fahd A Rafiq, “Melakukan ziarah kubur itu sebuah refleksi kemanusiaan dan ketuhanan, lebih jelasnya adalah ziarah kubur itu memiliki dua fungsi untuk si mayyit meringankan beban si penghuni kubur karena mereka telah berpindah alam, diperkuat dengan ayat Al-Qur’an surah Al Imran ayat 69 yang artinya ‘Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki’.
“Sedangkan untuk para peziarah sendiri mengingatkan dan menumbuhkan kembali rasa kesadaran Ilahiah dan Insaniah dengan meningkatkan kezuhudan, bahwa kita di dunia ini ada masanya,” sambung Fahd A Rafiq.
Fahd A Rafiq senada dengan Karl Jasper, bahwa ziarah kubur itu eksistensi yang menziarahi situasi batas berupa kematian orang-orang terdekat. Dia menyadari bahwa sebagai eksistensi, bagaimanapun kuatnya ilmu yang dimiliki manusia, dia tidak akan mampu mencegah kematian dirinya sendiri bahkan orang terdekat.
“Ketika sang peziarah berdiri di depan transendensi dengan kesadaran reflektif berbasis ketuhanan, maka saat itu dia memasuki tingkatan transendensi yang dalam bahasa sufi sejenis Makrifat,” imbuh Fahd A Rafiq.
“Ziarah bukan hanya mengunjungi makam orang terdekat yang mendahului kita. Para Wali Allah yang telah berjasa tapi lebih sebagai refleksi keberadaan kemanusiaan kita didunia, agar keberadaan kita bernilai dan tidak sia-sia. Maka dari itu, kita perlu menziarahi kemanusiaan kita,” tutup Fahd A Rafiq.
Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat).