Pengamat Ahli Ungkap Dampak Ekonomi Bila Harga BBM Pertalite Naik Jadi Rp 10 Ribu per Liter
BaperaNews - Direktur Center of Economics and Law Studies Bhima Yudhistira memperkirakan BBM jenis pertalite akan naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter. Dengan demikian, inflasi secara year on year telah menembus 6-6,5%.
Bhima menyebut kenaikan harga BBM naik akan langsung dirasakan dampaknya oleh masyarakat yang akan membuat berkurangnya daya beli dan bertambahnya jumlah orang miskin.
“Karena konteksnya masyarakat saat ini sudah menghadapi kenaikan harga pangan dengan inflasi mendekati 5%” ujarnya (17/8).
Pemerintah sebelumnya telah memberi sinyal akan ada kenaikan BBM bersubsidi, sinyal ini menguat usai Presiden Jokowi menjelaskan bahwa Negara harus memberi subsidi dan kompensasi kepada energi hingga Rp 502 Triliun.
Bhima mengatakan di tengah masyarakat yang masih berjuang pulih usai pandemi Covid-19, harga BBM naik akan memberi pukulan berat, apalagi saat ini telah ada 11 juta lebih pekerja kehilangan pekerjaan atau dirumahkan, kehilangan jam kerja, dan gajinya dipotong karena pandemi.
Jika diperburuk dengan harga BBM naik, bersubsidi, dikhawatirkan tekanan ekonomi untuk 40% kelompok rumah tangga terbawah akan semakin dalam bebannya.
“Belum lagi ada 64 juta UMKM yang bergantung pada BBM subsidi” imbuhnya.
Baca Juga : Terkait Isu Kenaikan Harga BBM, Sri Mulyani Terus Terang Siapkan Tambahan Dana Bansos Bila Diperlukan
Menurut Bhima, pemerintah perlu memikirkan dampaknya dulu jika ingin menaikkan harga BBM subsidi, sebab pengguna BBM subsidi bukan hanya kendaraan pribadi, namun juga kendaraan untuk operasional UMKM.
Pengamat ekonomi lain dari Development of Economics and Finance Nailul Huda berpendapat, Indonesia memang berada dalam posisi sulit dalam kebijakan BBM subsidi.
Jika harga dinaikkan di tengah resiko kenaikan harga barang secara global, inflasi Indonesia akan makin tidak terkendali yang saat ini mencapai 4,94%.
Jika harga BBM naik, menurutnya semua harga barang dan transportasi juga akan naik dan inflasi bisa mencapai 7%. Namun jika BBM subsidi tidak dinaikkan, beban APBN juga semakin membengkak.
“Maka memang paling pas ialah menaikkan harga BBM non pertalite jadi pertalite masih tetap harganya” tuturnya.
Selain itu, juga ada cara lain yakni dengan menaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia, namun menurutnya, Bank Indonesia masih berusaha untuk tidak menaikkan suku bunga cuan meski nilai tukar rupiah melemah dan membuat jebol anggaran subsidi minyak.
Baca Juga : Harga Tiket Pesawat Melonjak, Bisakah Disubsidi? Simak Penjelasan Sandiaga Uno