Peneliti Amerika Serikat Buat Stiker Tenggorokan, Bisa Bicara Tanpa Pita Suara

Alat tempel tenggorokan inovatif dari University of California menggunakan AI untuk menerjemahkan gerakan otot menjadi ucapan.

Peneliti Amerika Serikat Buat Stiker Tenggorokan, Bisa Bicara Tanpa Pita Suara
Peneliti Amerika Serikat Buat Stiker Tenggorokan, Bisa Bicara Tanpa Pita Suara. Gambar: Prof. Jun Chen Lab di UCLA

BaperaNews - Para peneliti di University of California, Amerika Serikat, baru-baru ini menciptakan sebuah alat tempel tenggorokan bertenaga mandiri yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menerjemahkan gerakan otot menjadi ucapan sehingga membantu orang berbicara tanpa pita suara.

Jun Chen, asisten profesor bioteknologi di Universitas California, Los Angeles, mendapat ide untuk membuat perangkat bantu bicara noninvasif setelah merasa pita suaranya lelah akibat mengajar selama beberapa jam.

Dengan bantuan rekan-rekannya di Universitas California, dia merancang patch inovatif yang menempel di tenggorokan pengguna dan menggunakan teknologi AI untuk memecahkan kode gerakan otot mereka menjadi kata-kata.

Perangkat ini sangat ringan dan tahan terhadap keringat kulit. Selain itu, perangkat ini memanfaatkan gerakan otot pengguna untuk menghasilkan listrik sehingga tidak memerlukan baterai untuk beroperasi.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature Scientific Journal, Prof. Jun Chen dan timnya menjelaskan cara kerja alat tempel tenggorokan seberat 7,2 gram yang dapat memberikan kekuatan sendiri.

Perangkat ini terdiri dari lima lapisan tipis, termasuk bahan yang merespons gerakan halus otot tenggorokan.

Baca Juga: Pria Terjebak 3 Jam di Gunung Gegara Ikuti Google Maps

Saat pemakainya melakukan gerakan yang diperlukan untuk mengucapkan sebuah frasa, bahan tersebut merespons dengan menghasilkan sinyal listrik yang kemudian dapat diterjemahkan ke dalam ucapan dengan bantuan teknologi pembelajaran mesin.

Lapisan luar tambalan terbuat dari bahan silikon yang lembut dan fleksibel, memberikan kenyamanan bagi pengguna. Lapisan tengah terbuat dari silikon dan mikromagnet yang menghasilkan medan magnet yang bervariasi sesuai dengan pergerakan otot.

Dua lapisan tengah lainnya terbuat dari gulungan kawat tembaga yang mengubah perubahan medan magnet menjadi impuls listrik. Impuls listrik ini kemudian diterjemahkan menjadi kata-kata oleh sistem AI yang tertanam di perangkat.

Perangkat ini dirancang untuk membantu individu yang mengalami kesulitan berbicara, terutama mereka yang tidak dapat menggunakan pita suaranya. Dengan alat ini, pengguna cukup menempelkan patch di tenggorokan mereka dan melakukan gerakan otot yang diperlukan untuk menghasilkan ucapan.

Teknologi AI yang canggih akan memproses gerakan tersebut dan menerjemahkannya menjadi suara, memungkinkan komunikasi tanpa perlu menggunakan pita suara.

Prof. Jun Chen mengungkapkan bahwa ide ini muncul dari kebutuhan pribadi saat mengajar. Setelah beberapa jam mengajar, ia merasakan kelelahan pada pita suaranya dan mulai memikirkan cara alternatif untuk berbicara tanpa menggunakan pita suara.

Penelitian ini mendapat dukungan penuh dari timnya di Universitas California, dan bersama-sama mereka berhasil mengembangkan alat yang inovatif ini.

Baca Juga: Kunci Dekripsi dari Brain Cipher Belum Bisa Buka Pusat Data Nasional