Pelaku Pembunuhan Shinzo Abe Buka Suara, Niat Awal Membunuh Pakai Peledak
Pelaku pembunuhan dengan aksi penembakan PM Jepang Shinzo Abe buka suara dengan mengaku awalnya ingin membunuh dengan memakai peledak.
BaperaNews - Pelaku penembakan yang membunuh mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe buka suara, ia mengaku awalnya ingin membunuh Shinzo Abe dengan memakai peledak.
Pria bernama Tetsuya Yamagami bahkan menyebut sejak awal sudah menyiapkan peledak untuk membunuh Shinzo Abe ketika Perdana Menteri ini menghadiri acara di Okayama.
“Saya berencana membunuh Shinzo Abe di Okayama, tapi saya lihat di pintu masuk ada prosedur pendaftaran dan saya rasa akan sulit untuk masuk” ujar pelaku Tetsuya Yamagami kepada penyelidik.
Tetsuya Yamagami kemudian memutuskan untuk beraksi di Nara dimana Abe dijadwalkan pidato dan kampanye di dekat Stasiun Yamato Saidaiji hari Jumat (8/7) dan tempatnya lebih terbuka serta banyak masyarakat berlalu lalang yang jelas lebih mudah untuk masuk.
Kepolisian Prefektur Nara, Tomoaki Onizuka juga menjelaskan, berdasarkan rekaman kamera pengawas. Tetsuya Yamagami masuk ke Stasiun Yamato Saidaiji setelah naik kereta menuju acara Shinzo Abe.
Pembunuhan inipun membuat masyarakat bertanya bagaimana pengawasan di Jepang terkait dengan protokol keamanan dan penjagaan untuk Pejabat Jepang.
Tomoaki bahkan menyebut penjagaan untuk Shinzo Abe amat buruk, sampai-sampai bisa ditembak ketika berkampanye yang seharusnya ia dikelilingi dan dilindungi oleh pengawal. “Tidak bisa dipungkiri, ada masalah langkah pengamanan dan penjagaan untuk mantan PM Jepang Shinzo Abe” imbuhnya (9/7).
“Selama bertahun-tahun, sejak saya jadi polisi pada tahun 1995, tidak pernah ada penyesalan yang lebih besar dari hari ini” ujarnya yang merasa kecewa atas terbunuhnya Shinzo Abe dengan cara tragis.
Baca Juga : 7 Fakta Penembakan Shinzo Abe Sampai Meninggal Dunia
Biasanya, Pejabat di Jepang memang bepergian dengan protokol pengamanan yang tidak terlalu ketat, biasanya hanya memakai intimidasi fisik, tidak memakai senjata untuk melindungi pejabat dari serangan, beda halnya dengan Negara lain misalnya Amerika Serikat yang membawa senjata lengkap untuk melindungi pejabat.
Usai insiden pembunuhan ini terjadi, polisi juga mengaku Shinzo Abe hanya dilindungi beberapa petugas kepolisian, dan hanya satu yang membawa senjata. Di tengah penjagaan yang sama sekali tidak rapat ini, Tetsuya Yamagami sebagai pelaku pembunuhan pun dengan leluasa bisa melancarkan aksinya untuk melepas tembakan bahkan dari jarak dekat kepada Shinzo Abe saat berpidato di jalanan Nara, Jepang.
Tentunya hal ini akan jadi evaluasi untuk kepolisian dan Pejabat Jepang untuk lebih memperketat protokol keamanan dan penjagaan kepada para Pejabatnya.