Tak Bisa Temukan Susu, Ibu di Gaza Terpaksa Beri Tepung untuk Anak

Krisis gizi di Gaza membuat seorang ibu terpaksa memberikan tepung pada anaknya yang malnutrisi karena tidak ada susu. Simak selengkapnya di sini!

Tak Bisa Temukan Susu, Ibu di Gaza Terpaksa Beri Tepung untuk Anak
Tak Bisa Temukan Susu, Ibu di Gaza Terpaksa Beri Tepung untuk Anak. Gambar: AFP/MOHAMMED ABED

BaperaNews - Amira al-Taweel, seorang ibu di Gaza, terpaksa memberikan tepung kepada anaknya yang menderita malnutrisi karena tidak dapat menemukan susu di apotek-apotek sekitar. Anak laki-lakinya, Youssef, yang berusia dua tahun, dirawat di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Gaza tengah.

"Youssef membutuhkan perawatan dan susu, tetapi tidak ada yang tersedia di Gaza," kata Amira yang berusia 33 tahun kepada AFP pada Senin (3/6).

Amira telah berusaha mencari susu di berbagai apotek dan toko, namun semua tempat tersebut kehabisan stok. Akibatnya, ia harus memberikan tepung dan menjadikannya susu tepung untuk Youssef.

"Saya memberinya makan gandum (tepung) yang membuatnya kembung," tambahnya.

Kondisi Youssef kini sangat memprihatinkan. Tubuhnya yang lemah hanya bisa terbaring di tempat tidur yang sempit, menerima obat melalui selang infus di kakinya.

Menurut laporan dari Kantor Media Pemerintah Hamas, sejak perang pecah pada 7 Oktober, sedikitnya 32 orang telah meninggal akibat kekurangan gizi di Gaza, Palestina, mayoritas adalah anak-anak.

Lembaga-lembaga bantuan internasional memperingatkan bahwa perang Israel-Hamas membawa dampak serius terhadap anak-anak, dengan banyak dari mereka yang kini kelaparan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Sabtu (1/6) melaporkan bahwa empat dari lima anak di Gaza telah melewati setidaknya satu hari tanpa makan dalam 72 jam terakhir.

"Anak-anak kelaparan," kata juru bicara WHO, Margaret Harris, dalam sebuah pernyataan. Peningkatan malnutrisi di kalangan anak-anak Gaza sebagian besar disebabkan oleh bantuan kemanusiaan yang tidak mencapai tempat yang dibutuhkan.

Baca Juga: AS Menolak Penyelidikan ICC atas Kejahatan Perang Israel di Gaza

Sejak pertengahan Januari, badan kemanusiaan PBB, OCHA, telah melakukan pemeriksaan terhadap lebih dari 93.400 balita di Gaza untuk mendeteksi adanya malnutrisi, termasuk 7.280 balita yang dinyatakan menderita gizi buruk akut.

Malnutrisi paling parah terjadi di Gaza utara, yang menerima sedikit bantuan pada bulan-bulan awal perang. Dalam beberapa minggu terakhir, banyak bantuan makanan telah dialihkan melalui penyeberangan baru setelah peringatan dari lembaga-lembaga bantuan tentang ancaman kelaparan.

Pada Minggu (2/6), militer Israel melaporkan bahwa 1.858 truk bantuan telah diperiksa dan dikirim ke Gaza minggu ini melalui penyeberangan Kerem Shalom dan Erez West, termasuk 764 truk bantuan dari Mesir. Namun, kondisi di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa tetap kritis, dengan para ibu mengkhawatirkan anak-anak mereka yang kekurangan gizi.

Noha al-Khaldi, ibu dari seorang bayi bernama Saif, yang juga dirawat di rumah sakit tersebut, mengungkapkan kekhawatirannya.

"Kami bergantung pada bantuan yang datang ke sini dan diberikan kepada anak-anak," katanya.

Dr. Hazem Mostafa, seorang dokter anak di rumah sakit tersebut, menyalahkan penutupan penyeberangan Rafah di selatan sebagai penyebab memburuknya situasi. Penyeberangan ini merupakan jalur utama untuk bantuan ke Gaza dari Mesir, namun telah ditutup sejak 7 Mei oleh pasukan Israel.

Dr. Mostafa menekankan bahwa penutupan penyeberangan ini telah mencegah masuknya makanan, terutama susu, untuk anak-anak, yang menyebabkan kelemahan serius, pertumbuhan yang sangat buruk, dan infeksi oleh berbagai penyakit.

"Kami menuntut pasokan susu yang melimpah sehingga para ibu dapat memberi makan anak-anak mereka agar tetap sehat," jelasnya kepada AFP.

Baca Juga: Prabowo Bertemu Zelensky, Bahas Bantuan Kemanusiaan di Gaza hingga Pertahanan Ukraina