Megaproyek Arab Saudi Dikabarkan Memakan Korban Jiwa hingga 21.000 Pekerja

Megaproyek Visi 2030 Arab Saudi telah menewaskan 21.000 pekerja migran sejak 2017.

Megaproyek Arab Saudi Dikabarkan Memakan Korban Jiwa hingga 21.000 Pekerja
Megaproyek Arab Saudi Dikabarkan Memakan Korban Jiwa hingga 21.000 Pekerja. Gambar : X/@FindingNimo__

BaperaNews - Laporan terbaru mengungkap bahwa megaproyek di Arab Saudi, yang menjadi bagian dari inisiatif Visi 2030, telah menyebabkan setidaknya 21.000 pekerja meninggal sejak 2017.

Sebagian besar korban berasal dari India, Bangladesh, dan Nepal yang bekerja di proyek konstruksi besar di bawah arahan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Temuan ini meningkatkan kekhawatiran internasional terhadap keselamatan pekerja migran di negara tersebut.

Dokumenter dari ITV, yang dirilis dan dikutip oleh Newsweek pada Jumat (1/11), mencatat setidaknya 21.000 pekerja asing meninggal di lokasi konstruksi di Arab Saudi.

Selain itu, sekitar 100.000 pekerja dilaporkan hilang sejak megaproyek ini dimulai pada 2017. Beberapa pekerja menggambarkan kondisi kerja mereka sebagai "mirip budak" dan "pengemis," akibat ketatnya aturan dan denda yang diberlakukan.

Salah satu kisah memilukan datang dari seorang pekerja Nepal bernama Raju Bishwakarma. Sebelum ditemukan meninggal, Raju sempat menelepon keluarganya untuk meminta bantuan, dengan pesan, “Tolong selamatkan saya.”

Raju diberi tahu bahwa ia hanya bisa pulang jika membayar denda setara lima bulan gaji, beban yang tidak mungkin ditanggungnya.

Laporan ini juga menyebutkan Dewan Ketenagakerjaan Luar Negeri Nepal, yang melaporkan lebih dari 650 kematian migran asal Nepal yang belum dapat dijelaskan di Arab Saudi. Data ini mencerminkan isu keselamatan serius di proyek-proyek tersebut.

Baca Juga: Arab Saudi jadi Negara Pertama yang Berhasil Lakukan Transplantasi Jantung Pakai Robot

Di bawah Visi 2030, Arab Saudi merencanakan proyek-proyek besar, termasuk NEOM—sebuah kota futuristik di Laut Merah yang mencakup The Line, kota linier sepanjang 105 mil.

Proyek senilai USD 500 miliar ini bertujuan mengubah ekonomi Saudi dari ketergantungan minyak menjadi sektor pariwisata dan jasa.

The Line dirancang sebagai kota tanpa kendaraan dan emisi karbon, sebuah visi yang memicu antusiasme global. Namun, pembangunannya menghadapi beberapa kendala, seperti lonjakan biaya dan keterlambatan. NEOM kini menjadi lokasi konstruksi terbesar di dunia, melibatkan berbagai proyek di sepanjang garis pantai Jeddah.

Sejak 2017, banyak pekerja migran yang mulai mengisi proyek-proyek ini, namun banyak pula yang melaporkan kondisi kerja yang sulit.

Kebijakan ketat Arab Saudi membatasi kemampuan pekerja untuk pulang tanpa membayar denda, menimbulkan tekanan mental dan fisik. Selain itu, laporan menyebutkan lemahnya regulasi keselamatan, meningkatkan risiko kecelakaan kerja.

Pekerja di NEOM dan The Line menghadapi jam kerja panjang dan target konstruksi yang ketat, menyebabkan tingginya angka kecelakaan kerja yang berujung pada kematian atau cedera serius.

Selain NEOM dan The Line, Arab Saudi juga mengembangkan Ad Diriyah dan Qiddiya, dua proyek besar yang bertujuan menarik wisatawan internasional.

Ad Diriyah berlokasi dekat Riyadh, berfokus pada pelestarian budaya dan tujuan wisata sejarah, sementara Qiddiya direncanakan sebagai pusat hiburan dan olahraga. Kedua proyek ini merupakan bagian dari transformasi ekonomi dalam Visi 2030.

Namun, laporan tingginya angka kematian pekerja migran telah menciptakan sorotan negatif terhadap proyek-proyek tersebut, khususnya dalam hal keselamatan kerja.

Laporan kematian pekerja di megaproyek Arab Saudi memicu reaksi internasional, khususnya dari negara asal pekerja migran seperti Nepal dan Bangladesh.

Pemerintah negara-negara tersebut terus mencari penjelasan terkait kondisi kerja dan keselamatan warga mereka yang bekerja di Arab Saudi.

Perhatian global terhadap isu ini dapat memengaruhi citra Arab Saudi yang tengah mempromosikan pariwisata dan pembangunan berkelanjutan. Hingga kini, pihak berwenang Arab Saudi belum memberikan tanggapan rinci mengenai jumlah kematian yang dilaporkan.

Namun, laporan ini menambah tekanan terhadap megaproyek Arab Saudi, yang kini dituntut untuk meningkatkan standar keselamatan dan kesejahteraan pekerja migran.

Baca Juga: Arab Saudi Buat Aturan Ketat untuk Penyelenggaraan Ibadah Haji 2025