Komisi C DPRD Surabaya Usulkan Pemanfaatan Saluran Air Zaman Belanda untuk Atasi Banjir

Komisi C DPRD Surabaya usulkan pemanfaatan saluran air peninggalan Belanda untuk mengatasi banjir di pusat kota, dengan menghubungkannya ke saluran drainase modern.

Komisi C DPRD Surabaya Usulkan Pemanfaatan Saluran Air Zaman Belanda untuk Atasi Banjir
Komisi C DPRD Surabaya Usulkan Pemanfaatan Saluran Air Zaman Belanda untuk Atasi Banjir. Gambar : Surya.co.id/Bobby Constantine Koloway

BaperaNews - Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya mengusulkan pemanfaatan saluran air peninggalan zaman Belanda yang selama ini tidak digunakan.

Langkah ini diharapkan menjadi solusi dalam menangani banjir yang sering terjadi di pusat kota, terutama saat hujan deras. Hal tersebut diungkapkan oleh anggota Komisi C, William Wirakusuma, pada Jumat (tanggal tidak disebutkan).

Menurut William, berbagai langkah telah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengatasi masalah banjir.

Langkah tersebut meliputi pemeliharaan dan rehabilitasi saluran drainase, pembangunan bozem sebagai tempat penampungan air, serta penyediaan fasilitas pematusan. Namun, upaya ini dinilai belum memberikan hasil yang signifikan.

"Banjir di Surabaya masih menjadi masalah serius. Indeks genangan kota pada tahun 2021 hanya turun 1 persen dibandingkan tahun 2020," kata William.

Ia juga menyebutkan bahwa meskipun anggaran sebesar Rp171 miliar telah dialokasikan untuk pengelolaan dan pengembangan sistem drainase pada 2021, dampaknya belum optimal.

Hasilnya, luas wilayah yang terdampak banjir hanya berkurang sekitar 10,07 hektare, tanpa perubahan berarti pada tinggi genangan air.

William, legislator dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), menyarankan agar Pemkot Surabaya mempertimbangkan infrastruktur saluran air zaman Belanda sebagai solusi baru.

Ia menilai bahwa Surabaya, sebagai kota pesisir yang menjadi pusat perdagangan sejak masa penjajahan, memiliki saluran air besar yang dirancang untuk mencegah banjir.

“Saya pikir Pemkot perlu melihat peta tata air Surabaya pada masa Belanda. Gorong-gorong besar yang berada di bawah jalan kemungkinan besar masih ada dan dapat dimanfaatkan,” ujar William.

Baca Juga : Warga Jakarta Akan Dilarang Ambil Air Tanah untuk Cegah Penurunan Permukaan

Ia mengusulkan agar pencarian saluran air difokuskan pada kawasan Embong Malang hingga arah utara. Kawasan tersebut diyakini memiliki saluran besar yang dapat digunakan untuk mengurangi genangan air di pusat kota dengan menghubungkannya ke saluran baru.

Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, Lilik Arijanto, menyatakan bahwa pihaknya telah memulai pencarian saluran air peninggalan Belanda di wilayah Embong Malang hingga Pelabuhan Kalimas.

Fokus utama pencarian saat ini berada di kawasan Blauran hingga Kranggan, yang sering mengalami banjir saat hujan.

“Jika saluran peninggalan Belanda di kawasan Kranggan ditemukan, kami akan menghubungkan saluran baru ke gorong-gorong tersebut dan menyambungkannya dengan rumah pompa di Jalan Kenari,” jelas Lilik.

Selama ini, air di kawasan tersebut dialirkan ke Bozem Morokrembangan, yang lokasinya cukup jauh. Jika saluran lama berhasil dimanfaatkan, hal ini diyakini dapat mempercepat pembuangan air dan mengurangi genangan di daerah yang rawan banjir.

Pemanfaatan saluran air zaman Belanda diharapkan menjadi langkah strategis dalam mengatasi banjir yang terus menjadi permasalahan Kota Surabaya.

Integrasi antara rehabilitasi saluran drainase modern dengan infrastruktur lama diyakini dapat menjadi solusi jangka panjang untuk memperbaiki sistem tata air kota ini. 

Legislator PSI dan DSDABM sepakat bahwa langkah ini perlu segera direalisasikan agar banjir di pusat kota Surabaya dapat diminimalisir.

Baca Juga : Kini Gunakan Air Tanah dari Sumur Wajib Lapor ke Kementerian ESDM!