KKI Sebut 75 Persen Distribusi Galon Guna Ulang Tak Ikuti Aturan

Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) menyoroti bahaya distribusi galon isi ulang dengan bak terbuka yang terpapar sinar matahari, berisiko meluruhkan BPA dan mencemari air minum.

KKI Sebut 75 Persen Distribusi Galon Guna Ulang Tak Ikuti Aturan
KKI Sebut 75 Persen Distribusi Galon Guna Ulang Tak Ikuti Aturan. Gambar : Ilustrasi Canva

BaperaNews - Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) menyoroti adanya masalah serius dalam distribusi galon isi ulang di Indonesia.

Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan di lima kota besar pada November hingga Desember 2024, sekitar 75 persen distribusi galon guna ulang masih menggunakan truk bak terbuka tanpa penutup. 

Hal ini berpotensi membahayakan konsumen karena galon yang terpapar langsung sinar matahari dapat mengakibatkan peluruhan bahan kimia berbahaya dari kemasan.

Ketua KKI, David Tobing, menegaskan bahwa paparan sinar matahari langsung pada galon isi ulang dapat meluruhkan kandungan Bisphenol-A (BPA) pada kemasan polikarbonat galon, yang berisiko mencemari air minum.

BPA adalah senyawa kimia sintetis yang umum digunakan dalam pembuatan plastik, termasuk untuk galon guna ulang, dan telah diketahui dapat menimbulkan masalah kesehatan jika terkonsumsi dalam jangka panjang.

Penelitian ilmiah di berbagai negara telah menunjukkan bahwa paparan BPA dalam minuman dapat menyebabkan gangguan hormon, gangguan tumbuh kembang anak, hingga meningkatkan risiko kanker.

"Berbagai merek galon, baik yang berisi air maupun kosong, diangkut menggunakan bak terbuka. Padahal, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa BPA bisa luruh akibat paparan sinar matahari langsung," ujar David, pada Rabu (12/2).

Masalah ini juga menunjukkan bahwa produsen galon tidak mematuhi Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 yang mengatur tentang cara penyimpanan air minum dalam kemasan (AMDK).

BPOM mengharuskan AMDK disimpan di tempat yang bersih dan sejuk, serta terlindung dari paparan sinar matahari langsung dan bau tajam. 

Baca juga : Kemarau Ekstrem, Galon Sekali Pakai Gosong Saat Distribusi

Sebagai tindak lanjut, KKI meminta agar distribusi galon dilakukan dengan menggunakan truk pengangkut tertutup untuk menjaga kualitas air minum hingga sampai ke tangan konsumen.

Pakar polimer dari Universitas Indonesia, Prof. Mochamad Chalid, juga mengungkapkan risiko peluruhan BPA dari kemasan polikarbonat galon karena paparan sinar matahari.

Menurutnya, risiko ini bisa semakin tinggi mengingat Indonesia berada di wilayah tropis dengan paparan sinar matahari yang lebih intens dan tingkat kemacetan yang cukup tinggi. 

"Paparan suhu yang tinggi pada kemasan air minum polikarbonat dapat meningkatkan risiko peluruhan BPA ke dalam air minum," jelas Prof. Chalid.

Selain suhu tinggi, faktor lain yang dapat menyebabkan senyawa BPA bermigrasi adalah pencucian galon yang tidak benar, termasuk penggunaan detergen dan penggosokan yang tidak tepat.

Proses ini sering terjadi di berbagai depot air isi ulang, yang semakin meningkatkan risiko BPA berpindah dari kemasan ke air minum.

Untuk mengatasi masalah ini, KKI merekomendasikan pengawasan pascaproduksi yang lebih ketat, khususnya pada proses distribusi galon guna ulang.

KKI juga berencana mengirim surat kepada produsen galon guna ulang untuk memastikan mereka mengawasi sirkulasi galon mereka dan berkoordinasi dengan BPOM, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), dan Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan pengawasan distribusi pascaproduksi.

David Tobing menambahkan bahwa meskipun produksi galon mungkin sudah menggunakan teknologi modern seperti robot dan mesin, distribusi galon yang tidak terkelola dengan baik tetap menjadi masalah besar.

“Ini bukan hanya masalah produksi, melainkan juga distribusi dan pengembalian galon. Konsep 'halal from farm to fork' yang diterapkan dalam produk makanan juga seharusnya diterapkan pada distribusi galon guna ulang untuk menjamin keamanan air minum,” katanya.

Baca juga : Kronologi Mobil Bawa 12 BBM Galon Terbakar di Jambi