Kisah Ahmad Suradji, Dukun Pembunuh Berantai 41 Wanita Demi Kesaktian

Ahmad Suradji, dukun pembunuh berantai Indonesia, terlibat dalam kasus mengerikan membunuh 41 wanita demi kesaktian. Baca kisah kelamnya di sini.

Kisah Ahmad Suradji, Dukun Pembunuh Berantai 41 Wanita Demi Kesaktian
Kisah Ahmad Suradji, Dukun Pembunuh Berantai 41 Wanita Demi Kesaktian. Gambar : detik.com

BaperaNews - Ketika mendengar nama Ahmad Suradji, mungkin banyak dari kita tidak mengenali siapa dia. Namun, di akhir tahun 90-an, namanya menjadi sorotan berbagai media massa sebagai pembunuh berantai.

Ahmad Suradji atau yang lebih dikenal dengan sebutan Dukun AS adalah seorang yang terlibat dalam kasus pembunuhan berantai yang mencengangkan. Ia berasal dari Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang, Sumatera Utara. A

hmad Suradji terlibat dalam pembunuhan 41 wanita selama 11 tahun sebelum akhirnya kasusnya terungkap pada tahun 1997. Selain menjadi seorang dukun, Ahmad Suradji adalah seorang peternak sapi.

Ahmad Suradji, pembunuh berantai ini terlibat dalam salah satu kasus pembunuhan berantai yang paling mengejutkan dalam sejarah kriminal Indonesia. Ia mengakui bahwa telah membunuh 41 wanita dengan tujuan yang sangat mengerikan.

Motif di balik serangkaian pembunuhan yang mengerikan ini adalah keyakinan bahwa untuk mendapatkan kekuatan tak terkalahkan, seseorang perlu meminum air liur 70 perempuan yang telah meninggal.

Ahmad Suradji, sang dukun pembunuh, akhirnya dieksekusi mati pada 22 November 2007 setelah Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menolak pengajuan grasinya. Berikut kisah Ahmad Suradji.

Baca Juga : Tak Kenal Belas Kasihan, Ini Kasus-kasus Pembunuhan Terbaru!

Masa Kecil Ahmad Suradji

Ahmad Suradji lahir dari pasangan Jogan dan Sartik. Ayahnya adalah seorang dukun, yang ternyata menjadi inspirasinya untuk meneruskan profesi tersebut. Namun, menurut pengakuan teman bermainnya, Sugito, sejak masa kecil, Ahmad Suradji kerap terlibat dalam tindakan kejahatan ringan.

Dia suka mencuri dan sering terlibat dalam pertengkaran. Bahkan setelah dipenjara pada usia 19 tahun karena tindakan mencuri dan kekerasan, Ahmad Suradji tidak berubah.

Setelah dia keluar dari penjara, dia malah mengulangi tindakannya dengan mencuri ternak. Setelah keluar dari penjara untuk kedua kalinya, Ahmad Suradji memutuskan untuk menjalani kehidupan sebagai seorang dukun di kampungnya. Namun, sejarah kriminal masa kecilnya menjadi awal dari perjalanan yang sangat gelap di masa depan.

Ayah Seorang Dukun

Ayah Seorang Dukun

Gambar : Ilustrasi Kreator BaperaNews Via Canva

Ayah Ahmad Suradji adalah seorang dukun, dan hal ini sangat mempengaruhi dirinya. Keyakinan akan kesaktian ilmu gaib menjadi bagian penting dalam hidupnya.

Ayahnya adalah orang yang memberinya keyakinan bahwa untuk mencapai kekuatan tak terkalahkan, ia harus meminum air liur dari 70 perempuan yang telah meninggal. Keyakinan ini adalah dasar dari serangkaian pembunuhan yang akan dia lakukan di masa mendatang.

Baca Juga : Kasus-kasus Pembunuhan Artis Cantik di Indonesia, Penuh Misteri

Perjalanan Kriminal Ahmad Suradji

Setelah keluar dari penjara, Ahmad Suradji terlibat dalam tindak kriminal yang semakin serius. Dia mencuri ternak dan bahkan terlibat dalam pertarungan.

Namun, perjalanan kriminalnya mencapai tingkat yang jauh lebih mengerikan ketika ia memutuskan untuk menjadi seorang dukun dan mempraktikkan keyakinan aneh yang dia terima dari ayahnya.

Kasus Pembunuhan Ahmad Suradji

Kasus Pembunuhan Ahmad Suradji

Gambar : Kolase Bangka Post

Kasus pembunuhan yang mengerikan ini mulai terungkap ketika seorang pemuda setempat menemukan mayat tanpa busana di sebuah ladang tebu. Mayat ini kemudian diidentifikasi sebagai Kemala Dewi, seorang wanita yang telah dilaporkan hilang beberapa hari sebelumnya.

Penemuan ini membuat warga curiga, dan seorang tukang becak mengaku telah mengantarkan Dewi ke rumah Ahmad Suradji untuk berkonsultasi sebelum dia menghilang.

Penangkapan dan Pengungkapan Kasus

Polisi mulai mendalami laporan orang hilang dalam beberapa tahun terakhir dan menemukan bahwa sebagian besar dari mereka adalah pasien Ahmad Suradji, dukun pembunuh.

Polisi kemudian mendatangi rumah Ahmad Suradji dan menemukan sejumlah pakaian dan perhiasan perempuan, termasuk milik Dewi. Ahmad Suradji dan tiga istrinya, Tumini, Tuminah, dan Ngatiyah, ditangkap.

Ahmad Suradji akhirnya mengakui bahwa dia telah membunuh Dewi. Namun, selama proses interogasi, dia terus didesak oleh polisi, dan akhirnya mengakui bahwa dia telah membunuh 41 wanita.

Motif di balik pembunuhan-pembunuhan ini adalah keyakinannya bahwa dengan melakukan perbuatan ini, ia akan mendapatkan kesaktian. Dalam pengakuan mengerikan ini, Ahmad Suradji mengungkapkan bahwa ia telah menerima bisikan gaib untuk membunuh 72 perempuan.

Akhir Hidup Ahmad Suradji

Ahmad Suradji disidangkan di Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, Sumatera Utara, pada 22 Desember 1997. Meskipun banyak masyarakat yang mengikuti jalannya persidangan, hakim memutuskan untuk menjatuhkan hukuman mati. Putusan ini juga dikuatkan dalam tingkat banding dan kasasi.

Sementara itu, Tumini, istri tertua Ahmad Suradji, divonis penjara seumur hidup. Ahmad Suradji dan Tumini akhirnya dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta, Medan.

Ahmad Suradji mengajukan permohonan grasi kepada Presiden Megawati Soekarnoputri pada Agustus 2004, namun permohonan itu ditolak. Meskipun sempat meminta pertemuan terakhir dengan keluarganya sebelum eksekusi mati, Ahmad Suradji diakhiri pada 22 November 2007.

Kisah Ahmad Suradji, Dukun Pembunuh Berantai 41 Wanita Demi Kesaktian, adalah salah satu kisah kriminal yang paling mengerikan dalam sejarah Indonesia. Motif pembunuhan yang mengerikan, keyakinan gaib, dan perjalanan kriminalnya membuatnya menjadi sosok yang sulit untuk dilupakan.

Kasus ini juga menunjukkan betapa pentingnya tindakan penegakan hukum dalam menjaga keamanan masyarakat. Ahmad Suradji sebagai dukun pembunuh akhirnya dihukum mati sebagai hukuman atas perbuatannya yang mengerikan, namun kisahnya akan tetap menjadi bagian dari sejarah kriminal Indonesia yang suram.

Semoga kisah ini dapat menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keadilan dan keamanan dalam masyarakat.

Baca Juga : Jenazah Lansia Mengapung Di Sungai Diduga Korban Pembunuhan