Kementan Stop Lalu Lintas Hewan Ternak Usai Muncul Kasus Antraks

Kementerian Pertanian saat ini lakukan pengawasan ketat pada kawasan Gunungkidul dan menghentikan sementara lalu lintas hewan ternak agar tidak menyebar ke daerah lain.

Kementan Stop Lalu Lintas Hewan Ternak Usai Muncul Kasus Antraks
Kementerian Pertanian stop lalu lintas hewan ternak usai muncul kasus Antraks. Gambar : Kompas.id /Dok. Ferganata Indra Riatmoko

BaperaNews - Masih menjadi perhatian adanya kasus antraks yang menyerang manusia di Gunungkidul, Yogyakarta, Jawa Tengah. Kasus antraks Gunungkidul ini terjadi karena hewan ternak yang mati tidak dikubur sesuai SOP, melainkan disembelih dan dimakan dagingnya oleh warga setempat.

Kementan (Kementerian Pertanian) saat ini lakukan pengawasan ketat pada kawasan Gunungkidul tersebut, dilakukan perhentian sementara lalu lintas hewan ternak agar kasus wabah antraks tidak menyebar ke daerah lain.

Direktur Kesehatan Hewan Kementan, Nuryani Zainuddin menyebut lalu lintas hewan ternak di lokasi desa yang jadi pusat penularan antraks di Gunungkidul, Yogyakarta telah dihentikan untuk sementara. Hal ini karena ditemukannya kasus penularan antraks kepada manusia hingga menyebabkan korban tewas.

“Sampai saat ini kasus antraks Gunungkidul dimana manusia tertular antraks yang masih terjadi di satu padukuhan saja, yaitu di Dukuh Jati, Desa Candirejo, Kecamatan Semanu” kaat Nuryani Zainuddin pada Jumat (7/7).

Maka pihaknya mengupayakan sungguh-sungguh agar kasus tidak sampai menyebar ke desa lain. Adapun langkah lain yang dilakukan selain menghentikan lalu lintas hewan ternak di Gunungkidul ialah dengan menyuntik antibiotik pada semua hewan ternak di desa tersebut. Sudah ada 78 ekor sapi dan 286 ekor kambing di Gunungkidul diberi vaksin untuk mencegah antraks.

Baca Juga : Kemenkes Nyatakan KLB Pada Kasus Antraks di Gunungkidul

Pihak Kementan telah menyediakan 110.000 dosis vaksin antraks dan telah didistribusikan sebanyak 96.000 dosis ke Gunungkidul, maka ia meminta masyarakat segera melapor jika ada kematian mendadak pada hewan ternaknya maupun ada tanda gejala hewan ternak sakit antraks.

“Kami harap masyarakat peduli pada wabah antraks dan bisa memperkuat surveilans di area endemik atau terancam” pungkas Nuryani.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi menambahkan, manusia yang memakan daging hewan ternak yang sakit antraks memang jelas bisa beresiko kematian. Sebab bakteri antraks juga bisa menyerang paru-paru manusia hingga melepuh.

“Jadi saya himbau pada semua Puskesmas di Gunungkidul untuk lebih waspada mengingat spora wabah antraks ini bisa hinggap dimana-mana” tegas Imran Pambudi.

Sebelumnya pada Kamis (6/7), 3 orang warga Gunungkidul dilaporkan tewas usai memakan daging hewan ternak. Belakangan diketahui ternyata hewan ternak yang dimakan ialah hewan ternak berpenyakit antraks yang tidak dikuburkan secara SOP namun justru disembelih dan dimasak serta dimakan dagingnya bersama-sama warga setempat.

Baca Juga : Wabah Flu Babi Afrika: Definisi, Penularan, dan Perbedaan Dengan Flu Babi Biasa