Kasus Campak Meningkat di RI, IDAI: Melonjak 32 Kali Lipat

IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) menyebut bahwa kasus campak di Indonesia mengalami lonjakan di tahun 2022 meningkat 32 kali lipat dibandingkan tahun 2021.

Kasus Campak Meningkat di RI, IDAI: Melonjak 32 Kali Lipat
Kasus campak meningkat di Indonesia. Gambar : AFP

BaperaNews - Kasus campak di Indonesia mengalami lonjakan di tahun 2022 meningkat 32 kali lipat dibandingkan tahun 2021. Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), kasus campak tahun 2021 ada 132 kasus, sedangkan di tahun 2022 meningkat jadi 3.341 kasus campak.

12 Provinsi di Indonesia menyatakan KLB (Kejadian luar biasa) untuk campak. Namun, kasus campak terjadi di 31 Provinsi. KLB ini terjadi karena menurunnya capaian imunisasi di masa pandemi Covid-19. Kemenkes berencana memaksimalkan vaksin campak untuk wilayah yang terdampak.

Ketua UKK Infeksi Penyakit Tropis IDAI dr Anggraini Alam SpA (K) mewanti-wanti agar masyarakat paham tentang virus campak, virus campak ini, dalam satu penderita, bisa menular kepada 18 orang lainnya. Artinya, angka reproduksinya tinggi dibanding dengan Covid-19, cacar air, atau polio.

Dr Anggraini juga mewanti-wanti agar angka vaksinasi campak Indonesia bisa mencapai 91 - 94 % untuk bisa ciptakan herd immunity.

“Campak ini infeksinya melebihi wabah karena sangat menular dan bisa menular lewat udara, kejadian kasus di tahun 2022 saja naik 32 kali lipat” sebutnya.

Maka orang tua harus memberikan vaksin campak untuk anak-anaknya jika memang sadar akan kesehatan dan perlindungan untuk anaknya di masa depan. Juga perlu memahami gejala campak yakni demam tinggi, batuk, dan konjungtivitis. Gejala tersebut biasa terjadi di tahap awal infeksi.

Baca Juga : 600 Anak Di Bantul Kena TBC, Diduga Akibat Sering Dicium

Tahap selanjutnya, pasien mengalami ruam di tubuh secara menyeluruh, di belakang telinga, badan dan lengan atas, di tungkai bawah, selama tiga hari. Fase terakhir seluruh gejala hilang, berubah jadi Hiperpigmentasi.

“Campak bisa memicu komplikasi, infeksi telinga, pneumonia, diare, bahkan komplikasi otak” papar dr Anggraini. Sebab itu virus campak harus diwaspadai, sebisa mungkin dihindari dan dicegah yakni dengan pemberian vaksin campak untuk anak-anak.

Vaksinasi campak di Indonesia terus digalakkan hingga tahun 2021, namun ketika tahun 2021 di saat pandemi Covid-19 datang, masyarakat justru berkurang kesadarannya akan imunisasi campak sehingga membuat resiko penyakit terus meluas.

Banyak masyarakat yang menyepelekan resiko campak, menganggap campak sudah hilang sehingga berpikir tak perlu vaksin lagi, juga terkait kehalalan vaksin.

“Juga tentang isu kehalalan vaksin waktu tahun 2017 itu, saat itu sudah ada program eliminasi campak, Indonesia melakukan dan sukses di Jawa dan Bali, namun ternyata next nya justru muncul penolakan karena isu kehalalan vaksin” tuturnya.

“Saat ini kita sudah tidak dengar lagi, sudah clear (halal), sehingga diberikan” tutup Ketua UKK Infeksi Penyakit Tropis IDAI dr Anggraini.

Baca Juga : BPOM Izinkan Vaksin Covid-19 Untuk Anak 6 Bulan, Berapa Dosisnya?