Gejala Seperti Flu, 79 Orang Dikabarkan Tewas di Kongo Akibat Wabah Penyakit X
Penyakit X melanda Kongo, menewaskan 79 orang dari 376 kasus sejak Oktober 2024. Wabah ini masih misterius dengan gejala mirip flu, meningkatkan kekhawatiran pandemi global.
BaperaNews - Wabah yang belum teridentifikasi, yang disebut sebagai Penyakit X, telah melanda Republik Demokratik Kongo sejak Oktober 2024. Penyakit ini telah menyerang ratusan orang, menyebabkan 79 orang meninggal dunia.
Para pejabat kesehatan negara tersebut masih berusaha mengidentifikasi penyebab penyakit ini dalam beberapa hari mendatang.
Menurut Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, Jean Kaseya, dari total 376 kasus yang tercatat, hampir 200 di antaranya adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Mayoritas korban yang meninggal berusia antara 15 hingga 18 tahun. Wabah ini pertama kali terdeteksi di provinsi Kwango, tepatnya di zona kesehatan Panzi, yang kini menjadi pusat perhatian.
Gejala awal yang dilaporkan mencakup demam, sakit kepala, batuk, dan kesulitan bernapas, yang mirip dengan gejala flu biasa. Namun, keparahan kondisi ini membuat banyak korban tidak dapat bertahan hidup.
Peringatan nasional mengenai wabah ini diumumkan pada 1 Desember 2024, beberapa minggu setelah kasus pertama ditemukan.
Direktur Jenderal Institut Kesehatan Masyarakat Nasional, Dieudonne Mwamba, menduga bahwa penyakit ini dapat menular melalui udara atau dengan cara airborne, yang berarti bisa menyebar melalui partikel udara.
Sampel dari pasien yang terinfeksi telah dikirim ke laboratorium nasional di Kinshasa, yang terletak sekitar 500 kilometer dari lokasi wabah. Hasil pengujian diperkirakan akan selesai dalam waktu 48 jam setelah pengiriman sampel.
Kementerian Kesehatan Kongo menegaskan bahwa asal usul penyakit ini masih menjadi misteri.
Baca Juga : WHO Sebut Mpox Bukan COVID Baru Melainkan Ancaman Kesehatan Global yang Mengkhawatirkan
Menteri Kesehatan, Samuel Roger Kamba, mengatakan, "Kami dalam keadaan siaga maksimum, kami menganggap ini sebagai tingkat epidemi yang perlu kami pantau."
Mengingat jumlah korban yang terus meningkat, pemerintah Kongo kini menghadapi tantangan besar dalam mencegah wabah ini semakin meluas.
Untuk mengurangi risiko penyebaran lebih lanjut, pemerintah mengimbau masyarakat untuk mencuci tangan secara rutin, menghindari pertemuan besar, dan tidak menyentuh jenazah tanpa pengawasan petugas kesehatan yang terlatih.
Peningkatan kasus influenza juga terjadi bersamaan dengan munculnya Penyakit X, yang memunculkan kekhawatiran akan potensi penyebaran patogen baru ini secara global.
Situasi ini mengingatkan banyak orang pada pandemi COVID-19 yang sempat melanda dunia beberapa tahun lalu, yang memaksa banyak negara untuk menutup perbatasan dan menghentikan aktivitas ekonomi serta sosial.
Penyebaran penyakit ini terjadi pada saat yang sama dengan munculnya kasus cacar air jenis baru di awal tahun 2024. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan penyakit tersebut sebagai darurat kesehatan masyarakat, meskipun penyebarannya di luar Afrika masih terbatas.
Namun, munculnya Penyakit X ini tentu meningkatkan kekhawatiran akan pandemi baru yang bisa menyebar dengan cepat.
Pejabat WHO di wilayah Afrika telah mengirimkan tim untuk menyelidiki wabah ini, termasuk untuk mengumpulkan sampel dan melakukan pemeriksaan laboratorium.
Selain itu, CDC Amerika Serikat, yang memiliki kantor di Kongo, juga turut serta memberikan bantuan teknis kepada tim respons cepat yang bekerja di lapangan.
Jean Kaseya menambahkan bahwa CDC Afrika juga mendukung Kongo dengan mengirimkan para ahli epidemiologi, ilmuwan laboratorium, serta spesialis pencegahan dan pengendalian infeksi.
"Kami mendukung negara ini untuk membangun kapasitas yang kuat dalam pengawasan" ujar Kaseya.
Baca Juga : Kasus Ledakan COVID-19 Terjadi Lagi di Singapura, Kemenkes RI Beri Imbauan