Konflik Memanas, Kemlu RI Tetapkan Status Siaga 1 di 8 Provinsi Suriah
Kemlu RI menetapkan siaga 1 di delapan provinsi Suriah akibat eskalasi konflik. KBRI Damaskus imbau WNI tingkatkan kewaspadaan dan siap hadapi kemungkinan evakuasi.
BaperaNews - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia telah meningkatkan status siaga di sejumlah daerah Suriah menyusul eskalasi konflik yang terjadi di negara tersebut.
Serangan kelompok bersenjata anti-rezim di Suriah Utara telah memperburuk situasi keamanan, sehingga KBRI Damaskus memutuskan untuk menetapkan status Siaga 1 di delapan provinsi.
Keputusan ini diambil mulai 2 Desember 2024 dan mempengaruhi wilayah yang kini dianggap paling rawan, termasuk Aleppo, Idlib, Hama, Dier Zour, Hasaka, Raqqa, Daraa, dan Suwaida.
Menurut Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kemlu RI, Judha Nugraha, status Siaga 1 adalah tingkat tertinggi dalam status kewaspadaan, yang mengharuskan pengawasan ketat terhadap kondisi di lapangan.
Sementara itu, kawasan lainnya, termasuk Ibu Kota Damaskus, tetap berada dalam status Siaga II. Keputusan ini mencerminkan kekhawatiran yang mendalam atas keselamatan warga negara Indonesia (WNI) yang berada di wilayah konflik.
Konflik di Suriah telah berlangsung selama hampir 14 tahun, namun pertempuran baru-baru ini antara pasukan rezim Bashar Al-Assad dan kelompok bersenjata anti-rezim di wilayah utara Suriah semakin memperburuk situasi.
Pada 27 November 2024, serangan mendadak di pedesaan barat Aleppo membuat kawasan tersebut dan beberapa wilayah lainnya jatuh ke tangan pasukan anti-pemerintah.
Sejak saat itu, situasi di Aleppo dan daerah sekitar telah semakin tidak stabil, dengan pasukan rezim berusaha merebut kembali kendali atas daerah-daerah yang sudah dikuasai oleh kelompok bersenjata lawan.
Peningkatan status siaga ini dilakukan setelah melakukan koordinasi dengan KBRI Damaskus, serta perwakilan Indonesia di negara-negara tetangga Suriah.
Baca Juga : Berkuasa Selama 24 Tahun, Kini Pemerintahan Bashar Al-Assad di Suriah Telah Berakhir!
Kemlu RI juga bekerja sama dengan pihak terkait lainnya untuk memastikan rencana kontingensi berjalan dengan baik dalam menghadapi kemungkinan terburuk dari eskalasi konflik tersebut.
Dalam menanggapi situasi yang semakin memburuk, Kemlu RI mengimbau seluruh WNI di Suriah untuk meningkatkan kewaspadaan dan segera melaporkan diri ke perwakilan Indonesia terdekat.
Selain itu, WNI diminta untuk menjaga komunikasi dengan KBRI, menghindari area rawan, serta menggunakan media sosial secara bijak.
Kemlu juga mengingatkan WNI untuk mempersiapkan "tas survival", yaitu tas yang berisi dokumen penting dan benda-benda yang dibutuhkan dalam keadaan darurat jika harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Selain itu, para WNI di Suriah juga diminta untuk menandatangani surat pernyataan evakuasi, sebagai bentuk persiapan apabila evakuasi diperlukan.
Judha Nugraha menekankan pentingnya mengikuti instruksi dari perwakilan Indonesia terkait evakuasi. "Kami sangat mengimbau para WNI untuk mengikuti proses evakuasi yang telah disampaikan oleh Perwakilan WNI setempat, jangan ditunda-tunda," kata Judha.
Saat ini, tercatat ada 1.162 WNI yang masih berada di Suriah. Sebagian besar dari mereka tinggal di Damaskus dan Hasaka, sementara 35 WNI lainnya berada di wilayah yang lebih berisiko, seperti Aleppo dan Hama.
Pihak KBRI terus memantau perkembangan situasi dan memastikan bahwa seluruh WNI yang berada di Suriah dapat diberikan perlindungan maksimal.
Baca Juga : Israel Bom Jalan Raya Perbatasan Masnaa Lebanon dengan Suriah