12 Sisi Gelap Korea Selatan yang Tidak Seindah di Drakor, Jangan Tertipu

Korea Selatan terkenal dengan K-Pop dan drama yang memukau, tetapi ada sisi gelap yang jarang terlihat. Simak 12 fakta mengejutkan di balik kehidupan modern Korea.

12 Sisi Gelap Korea Selatan yang Tidak Seindah di Drakor, Jangan Tertipu
12 Sisi Gelap Korea Selatan yang Tidak Seindah di Drakor, Jangan Tertipu. Gambar : BaperaNews/Achmad Rifai

BaperaNews - Korea Selatan terkenal dengan pesona drama dan musik pop yang mendunia. Banyak penggemar dari berbagai negara terpikat oleh budaya populer negeri ini, mulai dari kisah romantis dalam drama Korea hingga gaya hidup mewah yang sering ditampilkan para idol.

Gambaran kehidupan glamor ini membuat banyak orang bermimpi tentang kehidupan di Korea Selatan, membayangkan suasana yang indah dan nyaman seperti di layar kaca. Namun, apakah kehidupan di sana benar-benar seindah yang terlihat?

Pada kenyataannya, ada sisi gelap Korea Selatan yang jarang terekspos dalam drama. Meskipun memiliki keindahan alam dan teknologi maju, negara ini juga menghadapi tantangan sosial dan ekonomi yang cukup berat.

Mulai dari tekanan kompetitif yang tinggi, jam kerja berlebihan, hingga krisis demografi. Artikel ini akan membahas 12 sisi gelap Korea Selatan yang tidak seindah di drama Korea. Simak baik-baik agar tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia hiburan semata.

1. Budaya Kompetitif yang Ekstrem

Budaya Kompetitif yang EkstremGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Di Korea Selatan, masyarakat terbiasa hidup dalam persaingan ketat, terutama dalam pendidikan dan dunia kerja. Banyak orang merasa bersalah jika meluangkan waktu untuk beristirahat, karena produktivitas diutamakan di atas segala hal.

Hal ini terlihat dari tuntutan pada siswa untuk terus belajar tanpa henti sejak usia dini, yang kemudian berlanjut ke dunia kerja di mana karyawan merasa harus selalu meningkatkan performa mereka.

Tekanan kompetitif ini sering membuat orang merasa terbebani, bahkan dalam hal-hal sederhana, seperti waktu tidur.

Dalam lingkungan di mana kelelahan menjadi hal yang normal, banyak orang mengalami stres berkepanjangan karena merasa harus aktif dan produktif, meski itu berarti mengorbankan kesehatan mereka sendiri.

2. Obsesi terhadap Universitas Elit

Obsesi terhadap Universitas ElitGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Masuk ke universitas bergengsi adalah kebanggaan tersendiri di Korea Selatan. Namun, ambisi ini datang dengan tekanan besar sejak dini. Banyak anak sekolah dasar yang mengikuti les tambahan hingga larut malam demi mempersiapkan diri masuk ke sekolah menengah dan universitas terkemuka.

Obsesi ini sering kali membuat mereka kekurangan tidur dan waktu bermain, sehingga stres dan kelelahan menjadi bagian dari keseharian.

Serial Korea Sky Castle menggambarkan sisi gelap dari obsesi masyarakat terhadap pendidikan elit. Tekanan dari orang tua sering kali memaksa anak-anak untuk terlihat berprestasi.

Mereka yang tidak mampu memenuhi standar pendidikan tinggi ini kerap merasa gagal, bahkan mengalami depresi.

3. Tingkat Bunuh Diri yang Tinggi

Tingkat Bunuh Diri yang TinggiGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Tekanan sosial dan ekspektasi tinggi di Korea Selatan turut menyumbang tingginya angka bunuh diri di negara tersebut. Korea Selatan tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia, terutama di kalangan siswa dan lansia.

Banyak siswa yang putus asa setelah gagal dalam ujian masuk universitas, merasa masa depan mereka telah hancur.

Selain siswa, tekanan juga dirasakan para pekerja yang menghadapi persaingan ketat di tempat kerja dan tuntutan untuk selalu tampil sempurna. Beberapa selebriti juga menjadi korban tekanan publik yang luar biasa hingga memilih mengakhiri hidup mereka.

Hal ini menunjukkan betapa seriusnya dampak dari tekanan sosial di berbagai lapisan masyarakat.

4. Rendahnya Angka Pernikahan dan Kelahiran

Rendahnya Angka Pernikahan dan KelahiranGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Biaya hidup yang tinggi dan tekanan sosial membuat banyak warga Korea Selatan memilih untuk tidak menikah atau memiliki anak. Beban ekonomi dan tuntutan hidup yang berat dianggap sulit dipadukan dengan membangun keluarga.

Akibatnya, angka kelahiran di Korea Selatan terus menurun, hingga mencapai titik terendah dalam beberapa dekade terakhir.

Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran terhadap krisis populasi di masa depan. Generasi muda semakin fokus pada karier dan kehidupan individu daripada berkeluarga.

Hal ini diperparah dengan tingginya biaya pendidikan dan perumahan, yang membuat banyak orang merasa memiliki anak bukanlah pilihan realistis.

5. Kasus Bullying dan Pelecehan Seksual

Kasus Bullying dan Pelecehan SeksualGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Kasus bullying dan pelecehan seksual adalah masalah serius yang terjadi di berbagai lingkungan di Korea Selatan. Bullying tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di dunia kerja dan industri hiburan.

Banyak korban merasa sulit untuk berbicara atau melawan karena budaya yang cenderung tidak mendukung pelaporan kasus-kasus ini.

Dalam industri hiburan, beberapa selebriti terlibat dalam kontroversi bullying, baik sebagai pelaku maupun korban. Pelecehan seksual pun kerap terjadi, dengan korban sering memilih diam karena takut dampak sosial yang mungkin mereka alami jika melapor.

Hal ini menunjukkan sisi gelap yang jarang terlihat di balik gemerlap dunia hiburan Korea Selatan.

6. Jam Kerja Berlebihan

Jam Kerja BerlebihanGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Budaya kerja di Korea Selatan sering kali menuntut karyawan untuk bekerja dengan jam yang sangat panjang. Hal ini terutama berlaku di industri hiburan, di mana para aktor, aktris, dan kru produksi kerap lembur untuk mengejar jadwal produksi yang ketat.

Kondisi ini bahkan membuat beberapa pekerja mengalami kelelahan ekstrem, yang dalam beberapa kasus, berujung pada kematian akibat bekerja berlebihan.

Kebiasaan lembur ini dianggap normal dalam budaya kerja Korea Selatan. Para pekerja merasa sulit mengambil cuti atau istirahat karena takut dianggap tidak produktif atau kurang berkontribusi.

Ini menciptakan lingkungan kerja yang sangat kompetitif, namun menguras kesehatan fisik dan mental para pekerja.

7. Ketidakadilan dalam Gaji Aktor dan Aktris

Ketidakadilan dalam Gaji Aktor dan AktrisGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Para aktor dan aktris di Korea Selatan menghadapi ketidakadilan dalam sistem pembayaran mereka. Gaji mereka dihitung per episode, bukan berdasarkan jumlah adegan yang dimainkan.

Artinya, artis yang bekerja lebih keras dengan banyak adegan tetap dibayar sama dengan artis yang tampil dalam lebih sedikit adegan.

Hal ini menyebabkan hanya segelintir artis papan atas yang benar-benar menikmati kesuksesan finansial. Bagi artis pendatang baru atau pemeran pendukung, pendapatan mereka sering kali jauh lebih rendah, sehingga mereka harus bekerja lebih keras untuk mencapai kesuksesan stabil dalam industri hiburan.

8. Kesulitan Proses Menjadi Trainee Idol

Kesulitan Proses Menjadi Trainee IdolGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Proses menjadi idol di Korea Selatan melalui jalan yang panjang dan sulit. Banyak trainee menghabiskan bertahun-tahun untuk berlatih, hanya untuk memiliki peluang kecil dalam debut. Latihan intensif, jadwal padat, dan tekanan untuk tampil sempurna sering membuat mereka kelelahan mental dan fisik.

Meski beberapa berhasil debut dan menjadi terkenal, sebagian besar trainee tidak mencapai tahap ini. Persaingan ketat dan ekspektasi tinggi membuat perjalanan menjadi idol penuh tantangan, jauh dari gambaran glamor di layar kaca.

9. Fanatisme Penggemar atau Sasaeng

Fanatisme Penggemar atau SasaengGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Penggemar obsesif yang dikenal sebagai sasaeng sering melewati batas privasi idol. Mereka mengganggu kehidupan pribadi idol dengan tindakan ekstrem, seperti mengunjungi rumah tanpa izin atau mengakses informasi pribadi mereka.

Perilaku ini menjadi ancaman serius bagi para selebriti, yang sering merasa tidak aman karena adanya sasaeng.

Para idol menghadapi stres tambahan karena harus menjaga jarak dari sasaeng yang bisa melakukan apa saja untuk mendekati mereka. Ini menunjukkan sisi lain dari popularitas, di mana perhatian berlebihan penggemar bisa menjadi ancaman.

10. Budaya Operasi Plastik yang Mendarah Daging

Budaya Operasi Plastik yang Mendarah DagingGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Operasi plastik adalah hal yang umum di Korea Selatan, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Standar kecantikan tinggi membuat banyak orang merasa perlu mengubah penampilan agar sesuai dengan ekspektasi masyarakat. Bahkan, operasi plastik sering menjadi hadiah ulang tahun bagi remaja dari orang tua mereka.

Budaya ini membuat banyak orang merasa bahwa penampilan fisik adalah salah satu kunci sukses di Korea Selatan. Mereka yang tidak memenuhi standar kecantikan kerap kesulitan mendapatkan pekerjaan atau diterima dalam lingkungan sosial tertentu.

11. Biaya Hidup yang Tinggi

Biaya Hidup yang TinggiGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Korea Selatan memiliki biaya hidup sangat tinggi, terutama di kota besar seperti Seoul. Banyak orang harus bekerja keras hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan dan tempat tinggal. Tingginya biaya hidup juga menjadi salah satu alasan banyak orang menunda pernikahan dan memiliki anak.

Kondisi ini menyebabkan banyak penduduk Korea Selatan memilih hidup hemat atau bahkan tinggal sendiri demi menekan pengeluaran. Bagi sebagian orang, bertahan hidup di kota besar seperti Seoul adalah tantangan besar yang menguras fisik dan mental.

12. Cancel Culture yang Kuat

Cancel Culture yang KuatGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Korea Selatan memiliki budaya cancel culture yang kuat. Selebriti diharapkan menjadi contoh bagi masyarakat, sehingga perilaku mereka selalu diawasi ketat. Jika seorang selebriti terlibat dalam skandal, mereka bisa kehilangan karier dan dukungan penggemar dalam sekejap. Cancel culture ini membuat selebriti takut tampil terlalu terbuka atau jujur.

Budaya ini menunjukkan betapa sensitifnya masyarakat Korea Selatan terhadap tindakan atau pernyataan publik. Banyak selebriti berhati-hati dalam setiap langkah agar tidak menjadi korban cancel culture yang bisa menghancurkan karier mereka.

Di balik gemerlap dunia hiburan dan kehidupan modern, Korea Selatan memiliki sisi gelap yang nyata. Budaya kompetitif, tekanan sosial, dan tingginya biaya hidup adalah beberapa tantangan yang dihadapi masyarakat.

Sebelum memutuskan tinggal atau bekerja di Korea Selatan, penting memahami realita tersembunyi di balik layar. Meski negara ini penuh keindahan dan kemajuan, memahami sisi gelap Korea Selatan akan memberi gambaran lebih lengkap tentang kehidupan di negeri ginseng ini.