BaperaNews - Itamar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Nasional Israel, telah memerintahkan tentara Israel untuk menembak perempuan dan anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Tindakan kontroversial ini didasarkan pada alasan bahwa itu diperlukan untuk melindungi pasukan Israel dari ancaman yang datang dari pihak lawan.
Menurut laporan media Israel, perintah tersebut muncul sebagai tanggapan terhadap pernyataan Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Letnan Jenderal Halevi Halevi, yang menyebutkan bahwa perintah penembakan di daerah perbatasan diubah sesuai dengan instruksi petugas di lapangan setiap hari. Ben-Gvir menegaskan bahwa musuh mereka akan menguji mereka dengan mengirimkan perempuan dan anak-anak sebagai penyamar, yang pada akhirnya akan terbukti menjadi penyabot.
Ben-Gvir menyatakan, "Tidak mungkin ada situasi di mana anak-anak dan perempuan mendekati kami dari tembok. Siapa pun yang mendekat untuk mengganggu keamanan harus menerima peluru, jika tidak kita akan melihat 7 Oktober lagi."
Baca Juga : Pasukan Israel Nyamar Jadi Dokter, Bunuh 3 Orang Palestina di Rumah Sakit
Namun, keprihatinan muncul terkait dengan keputusan tersebut. Para kritikus menilai bahwa menargetkan perempuan dan anak-anak merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia dan tidak proporsional. Hal ini juga mengundang kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan dan kemungkinan lebih banyak korban di wilayah konflik.
Letnan Jenderal Halevi menanggapi bahwa koordinasi perintah yang lebih baik diperlukan untuk menghindari kejadian buruk di mana tentara Hamas akan menargetkan tentara Israel sebagai balasan atas tindakan tersebut.
Perintah ini menimbulkan debat luas, baik di dalam negeri maupun di komunitas internasional, mengingat dampaknya yang besar terhadap kemanusiaan dan kemungkinan peningkatan eskalasi konflik di wilayah tersebut. Beberapa pihak menganggapnya sebagai langkah yang diperlukan untuk menghadapi ancaman yang dihadapi oleh Israel, sementara yang lain menuntut peninjauan kembali kebijakan tersebut demi menghormati prinsip-prinsip hak asasi manusia dan kemanusiaan.
Kontroversi ini menyoroti eskalasi ketegangan yang berkelanjutan di wilayah Timur Tengah, di mana perdamaian dan kestabilan terus menjadi tantangan besar bagi kedua belah pihak. Dalam situasi ini, diperlukan upaya diplomatik yang lebih intensif dan solusi politik yang berkelanjutan untuk mengakhiri siklus kekerasan dan mencegah lebih banyak penderitaan bagi warga sipil, terutama perempuan dan anak-anak yang rentan.
Baca Juga : Akun Instagram Mahfud MD Diduga Dihack Pihak Israel